Tuesday, July 26, 2011

Review: Rebel Without a Cause (1955)

Plot: Jim Stark (James Dean) seorang remaja yang baru saja pindah ke Los Angeles. Di awal-awal perpindahannya, Jim sudah ditangkap oleh polisi akibat mabuk di jalan. Di kantor polisi itu lah ia bertemu untuk pertama kalinya dengan Judy (Natalie Wood) yang kabur dari rumah dan Plato (Sal Mineo) yang tertangkap akibat tindakan anarkisnya. Ternyata mereka semua bersekolah di sekolah yang sama. Jim selama ini selalu dihantui oleh perasaan galau akibat ambisi nya ingin membuktikan diri bahwa ia bisa menjadi seorang yang lebih punya nyali dan berani dibandingkan ayahnya. Akibat sebuah kecelakaan fatal, Jim mulai dekat dengan Judy dan Plato yang membuat mereka seakan mendapat 'keluarga' baru, hingga sebuah insiden yang membuka mata mereka.

Review: Rebel Without a Cause adalah satu dari tiga film terakhirnya James Dean. James Dean sendiri adalah seorang aktor muda yang sempat disebut memiliki karir masa depan yang gemilang karena kualitas aktingnya yang ajib. Sayangnya, di umur yang baru 24 tahun, kecelakaan mobil menewaskan dirinya. Kematian dini di puncak karirnya tersebut membuat Dean dilabeli ikon 'legendary' di dunia perfilman. Kasus yang mirip juga terjadi beberapa tahun lalu yang menimpa Heath Ledger. Ada sesuatu yang, kalo boleh gw bilang, ironically tragic, juga dari film arahan Nicholas Ray ini, ketiga aktor leadnya, James Dean, Sal Mineo dan Natalie Wood menemui ajalnya di usia yang, well, masih bisa dibilang muda lah. Penyebab kematian ketiganya ini lah yang menurut gw cukup tragis, Dean karena kecelakaan mobil, Mineo (umur 37) karena di stabbed sama pisau, lalu Wood (43) karena tenggelam. 'Unik'nya semua hal tersebut (kecelakaan mobil, knive fighting, 'drowning') sempat disinggung oleh film ini. Jadi apakah Rebel Without a Cause adalah film yang terkutuk? Hahaha hanya Tuhan yang tahu. Oke, stop dulu trivia aneh itu, lanjut tentang filmnya sendiri aja.

Film ini mostly bercerita tentang ke-galau-an remaja, atau mungkin yang lebih gaul istilahnya, teen angst. Ada beberapa isu yang disinggung, yang masing-masing diwakili oleh ketiga karakter utama. Pertama oleh karakter Jim Stark tentang 'masculinity'. Jim Stark lahir di sebuah keluarga yang cukup 'ribut'. Ia menganggap bahwa ayahnya adalah seorang wimp, loser, karena selalu ditutupi oleh bayang-bayang istri dan ibunya sendiri. Jim tidak melihat bahwa ayahnya adalah sosok sentral dalam keluarga, hal yang seharusnya dilakukan oleh ayahnya. Ayahnya selalu terlihat kalah dalam argumen dengan ibunya. 'You're tearing me apart!' begitulah teriakkan Jim kepada orang tuanya yang selalu berbeda pendapat. Jim selama ini selalu terlibat masalah di kota-kota tempat tinggalnya mungkin karena selalu disibukkan untuk membuktikan dirinya bukanlah 'chicken' atau pengecut. Sama seperti apa yang terjadi di Planetarium oleh seorang bully bernama Buzz. Sayang, 'pertarungan' terakhir bersama Buzz harus berujung tragis. Tetapi malah hal tersebut membuat Jim menjadi mengerti apa yang seharusnya dilakukan seorang pria. Konfrontasinya kepada orang tuanya menjadi salah satu highlight film ini. Oiya, permainan akting James Dean sebagai Jim Stark menurut gw sangat sangat sempurna. Perhatikan deh aura yang selalu ia bawa dalam setiap adegan, 'idup' banget!

Yang kedua adalah tentang coming of age seorang remaja yang diwakili oleh karakter Judy. Ibu dari karakter tersebut pas banget ngomong tentang keadaan putrinya, 'age where nothing fits'. Di saat Judy bukanlah anak kecil lagi yang harus dimanja-manja, tetapi juga bukan lah seorang wanita matang dengan appearance yang dewasa. Hadoh jadi inget lagunya Britney Spears #eh. Lalu yang ketiga adalah hilangnya sebuah family figure yg dirasakan Plato. Ayahnya udah gak ada, ibu nya sering berpergian, membuat Plato hanya diurus oleh seorang nanny-nya saja. Adanya sosok Jim yang 'berbeda' dibandingkan orang-orang di sekolahnya membuat Plato terkesan dan membayangkan Jim adalah ayahnya. Ketika di penghujung film pun, ia juga menganggap Judy sebagai sosok ibu yang absen dalam hidupnya. Mungkin gara-gara takut kehilangan 'sosok keluarga baru' itu lah yang menjadi trigger aksi nya di akhir film. Endingnya memang tragis, tetapi entah mengapa gw rasa membawa perubahan yang berarti bagi karakter-karakternya. Setelah menebak-nebak iseng, sepertinya apa yang dimaksud oleh kata-kata 'Rebel without a cause' yang dijadikan judul film ini berasal dari point of view tiap orang tua karakter, termasuk juga para petugas keamanan. Kalo melihat dari POV mereka, anak-anak tersebut berkelakuan 'aneh' dan rebellious tanpa alasan yang jelas. Padahal mereka gak tau dan ngerti tentang ke-galau-an yang dirasakan masing-masing karakter.

RWaC sebenernya dirilis dalam format hitam putih, tetapi sudah di remastered dengan menambahkan warna untuk film ini. Karena dirilis tahun 50an, mungkin itu yang membuat gw merasa bahwa RWaC terkesan outdated. Gw ada sedikit masalah dengan beberapa adegan yang drags too long dan terasa terlalu dramatis. Beberapa hal juga ada yang sedikit tidak masuk akal (termasuk apa yang dilakukan oleh karakter Plato di penghujung akhir, imho, atau perasaan Judy yang kok kayaknya biasa aja setelah accident chickie run) kalo dibandingkan dengan jaman modern ini, well mungkin memang di jaman itu masih make sense. Mungkin juga pengaruh ambisi film ini yang ingin menangkap semua cerita dalam rentang waktu 24 jam. Tetapi hal tersebut termaafkan oleh penangkapan shot-shot yang menarik dengan pergerakan kamera yang juga unik di beberapa adegan. Salah satu scene favorit gw tentu saja knive fighting di Planetarium antara Jim dan Buzz. Dari awal-awal gengnya mulai mengincar Jim, Nicholas Ray dengan sangat baik menumbuhkan suspense dan thrill hingga menjadikan scene ini, somehow, sangat menegangkan.

Overview: Biarlah kalo gw mengatakan RWaC itu sedikit dated, terlalu theatrical maupun melodramatis. Setidaknya pesan yang hendak disampaikan oleh film ini masih bisa gw tangkep dengan mulus. Yang paling ngena tentu saja yang disampaikan oleh sub-plot milik Jim Stark; bahwa ke-'macho'-an seorang lelaki bukanlah dihitung dari betapa kuat dan besar nyalinya dalam pertandingan adu pisau atau melompat dari mobil yang menuju jurang, tapi bagaimana ia berani melakukan hal yang seharusnya dilakukan dan bertanggung jawab atas perbuatannya. RWaC beruntung karena didukung oleh barisan cast yang apik, terutama James Dean yang berakting sangat prima. Melalui RWaC, Nicholas Ray memang menurut gw cukup pas dalam menangkap teen angst di jaman tersebut. Film coming of age yang mampu merangkum beberapa masalah sentral yang dihadapi para teenager yang hendak bertransisi menjadi 'orang'. Bagusnya, beberapa masalah masih relevant di jaman sekarang. Dan inget, selain Joker, there are no rebels without causes, selalu ada sebab dibalik troubled teenager. Oh and btw, RIP Amy W.

(****)
Rebel Without a Cause (1955) | Drama, Romance | Rated PG-13 for some violence and thematic elements | Cast: James Dean, Natalie Wood, Sal Mineo, Jim Backus, Ann Doran, Corey Alle | Written by: Stewart Stern, Irving Shulman, Nicholas Ray | Directed by: Nicholas Ray

5 comments:

  1. Farizzzz, gue suka film ini! Lo harus nonton film james Dean yg Giant juga deh, epic banget.

    Anywayyy, lo nonton RWAC dimana? Bagi dong linknya :-( Gue dulu nonton di video ezy tp skrg udah gada masa :-(

    ReplyDelete
  2. Giant lagi donlot nih :p

    RWaC juga donlot hehe btw ini siapa ya? ada ya di video ezy? padahal dulu sering bgt kesana tapi gak pernah ngeh ada film ini (karena emang blm tau) haha

    ReplyDelete
  3. Ada deeh gamau ngasih tau, malu ah lo kenal gue sih :-P
    Eh eh ampun plis dong minta linknya? Dr 4shared? Idws? Pleeease
    Btw udah ntn west side story? Lebih gila lage tuh film

    ReplyDelete
  4. Yeek masa malu deh -,- hahaha donlot nya di thepiratebay.org pake torrent gw soalnya.. west side story blm pernah nntn, nanti gw coba deh, thank you sarannya :)

    ReplyDelete
  5. gue dari jaman smp pengen banget nonton film ini, sayang koneksi internet lagi lambat lambatnya buat donlot *nangis

    ReplyDelete