Thursday, April 30, 2009

They caught my eyes pt.4

Cast: Daniel Radcliffe, Emma Watson, Rupert Grint, Michael Gambon
Directed by: David Yates
15 July 2009

(the image below maybe inappropriate for some)
Antichrist
Cast: Willem Dafoe, Charlotte Gainsbourg
Directed by: Lars von trier
May 2009 (Cannes ff)

images from impawards.com again and again.

Tuesday, April 28, 2009

"In L.A., nobody touches you"

Kalo lo merhatiin widget 'All-Time Favorites' di bagian kanan blog ini, lo bakal nemu judul film ini disana. Film ini sempet membuat kehebohan di ajang Academy Awards taun 2006 lalu dengan kemenangannya yang tidak di duga2 sebagai Film Terbaik. Brokeback Mountain (2005) adalah film yang paling diunggulkan menang tahun itu. Bahkan sebelum pengumuman Film Terbaik, Ang Lee, sutradara Brokeback, telah memenangkan penghargaan Sutradara Terbaik. Gw akuin bahwa gw juga adalah satu dari banyak orang yang terkejut. Walaupun gw belom nonton Brokeback, tapi hype nya untuk menang kayaknya udah gede banget, bahkan udah dapet Golden Globes. Sedangkan film ini, dinominasikan di Film Terbaik Golden Globes aja enggak. Karena penasaran, beberapa hari setelah pengumumannya, gw nyari DVD nya dan langsung nonton. Dan ternyata, gw untuk pertama kali nya gw 1000% setuju dengan keputusan Oscar.

Cukup sulit untuk merangkumkan keseluruhan cerita film yang menganut metode multiplot ini. Secara singkatnya, Crash (2005) bercerita mengenai kehidupan beberapa orang serta masalah yang mereka hadapi selama dua hari yang di set di LA. Terkesan random memang pada awalnya, walaupun di penghujung film ditampilkan bahwa beberapa karakter saling berhubungan satu sama lain. Tema yang diangkat film ini adalah prasangka dan juga rasisme. Selain itu juga film ini ingin menunjukkan bahwa setiap orang memiliki sisi 'baik' dan 'buruk' dalam diri mereka masing2. Hal tersebut akan tersampaikan ketika di film ini karakter yang awalnya kita anggap jahat, pada ujungnya, akan melakukan sebuah tindakan terpuji. Dan juga sebaliknya.

Dibintangi oleh artis2 yang lumayan terkenal juga. Seperti Matt Dillon, Ryan Phillipe, Sandra Bullock, Don Cheadle, Brendan Fraser, Terrence Howard, Thandie Newton, Michael Pena, dan masih banyak lagi. Disutradarai serta ditulis ceritanya oleh penulis naskah film Million Dollar Baby (2004), Paul Haggis, yang juga mendapat penghargaan Naskah Asli Terbaik di Oscar.

Kenapa film ini menjadi salah satu favorit gw? Karena film ini gw akuin sebagai salah satu film terbaik yang pernah gw tonton. Dari segi cerita, setting, akting dan segala macemnya menurut gw sangat pas dan enak untuk dinikmati. Apakah gw terlalu meng-highly praised film ini? Mungkin iya. Banyak orang yang mungkin tidak terlalu menyukai film ini. Dan mungkin lo, yang baca, menganggap film ini gak bagus. Tetapi bagi gw, film ini adalah film yang sempurna.

Mungkin udah banyak film dengan tema cerita seperti ini. Tapi yang jelas, hanya satu film ini yang selalu nyangkut di otak gw dan ga ngebosenin, semua adegan membuat gw bertanya-tanya bagaimana akhir film ini, yang ternyata penuh dengan pesan2 moral yang menohok hati. Sebuah film yang tetep bisa gw nikmatin setelah nonton berkali2. Dan walaupun film ini memiliki banyak kisah serta banyak karakter, penuturannya yang sangat halus membuat gw semakin menyukai film ini (karena ga bikin pusing hahaha).

Film ini mengajarkan gw (dan mungkin lo semua) tentang dunia abu-abu. Dimana semua orang gak selalu sama seperti yang lo pikirkan di awal pertemuan. Sama seperti American Beauty (1999) dengan slogannya; look closer. Crash menampilkan bagaimana seorang 'bad guy' berubah menjadi 'hero' serta bagaimana seorang 'good guy' menjadi 'villain' dengan cara yang sangat cool dan mudah diikuti. Walaupun begitu, Crash tidak semerta-merta men-judge bahwa orang baik itu pasti juga jahat. Tapi film ini menjelaskan bagaimana suatu hal yang disebut prasangka buruk dan juga rasisme dapat merubah seseorang melakukan tindakan yang gak diinginkan.

Aktor-aktor yang disajikan pun bener2 mengisi perannya sebaik mungkin. Sebuah achievement yang jarang gw rasakan di film2 seperti ini. Salah satu adegan favorit gw adalah saat *SPOILER* tokoh yang diperankan Michael Pena menjerit haru saat memeluk anaknya yang di tembak di depan matanya. Serta saat tokoh yang diperankan Thandie Newton menolak diselamatkan polisi (yang diperankan Matt Dillon) karena satu alasan (lo bakal nemuin di awal2 film) dalam sebuah car crash. 2 adegan yang gw sebut barusan adalah beberapa scene2 memorable dalam film ini, yang bisa menghantui gw. Banyak scene2 yang menegangkan, menyayat hati, emosional dan masih banyak lagi yang sayang untuk dilewatkan.

Sayangnya, kredibilitas film ini sedikit menurun ketika judul nya disebut oleh Jack Nicholson sebagai Film Terbaik. Mayoritas pembela Brokeback Mountain dan mungkin beberapa orang lainnya dengan semena-mena menyebut Crash tidak pantas mendapatkan predikat tersebut, bahkan tidak pantas untuk diberi nominasi. Menurut gw, Crash truly deserved that statue. Sebagai orang yang belom nonton Brokeback, gw gak bisa membandingkan kedua nya. Tapi memang benar adanya bahwa Crash adalah film terbaik di tahun tersebut dan mungkin salah satu film yang terbaik sepanjang sejarah dunia (mulai lebay hahaha).

In conclusion: sebuah film yang sangat amat bagus dan tanpa ragu gw masukin di daftar film favorit gw sepanjang masa. Sebuah cerita yang menarik (walaupun multiplot dan karakter, tapi gak musingin) dengan pesan yang sarat makna. Peran-perannya yang well-acted juga menjadi poin penting bagus nya film ini. Sebagai seorang remaja yang masih mencari jati diri (caelaaaah), film ini cukup memberi kesan terdalam tentang sifat2 manusia serta sedikit panduan untuk berinteraksi dengan dunia. Bahkan menulis review ini aja ngebuat gw pengen lagi nikmatin film ini. Film ini bener2 gw rekomendasiin, sebuah film yang bagus buat lo tonton dan serap maknanya. Film ini adalah sebuah masterpiece, whether you agree or not.

Rating: 10/10

Sunday, April 26, 2009

Fly me back

It's been a while for me to post something that not movie-material. I love chit-chating about my daily life, but I think it'll bore you. And its kinda lame for me, actually. No offense hahaha Well, today, April 26th, will be the last day of High School National Exam's holiday. I don't have any interesting stories to share about my holiday. This holiday for me only revolves around my house and shopping malls. Sucks, right? Well, while I was looking through my friends' photo albums on facebook, I found my photos where I was in Japan for 15 days, back in Summer 08, which was the best holiday I've ever spent.. yet. Will this year's summer kick that trip's ass? Hope so.. But now, I really2 wish to God, please, fly me back to Japan.........

KYOTO! in front of Heian Shrine

KOBE! my host family w/ their American & Indonesian friends!

TOKYO! Tokyo Disneyland; with Capt. Hook, Emmir, Deydra & Icha

Saturday, April 25, 2009

"Who watches the Watchmen?"

Okay, first of all, this is a really great and terrific movie. But my experience watching it in Cineplex 21 was totally a pain in the ass! I watched it in Citos (Cilandak Town Square), and when I went to the counter to buy the tickets, I found out that from that day on, the price has changed, from 25k to 30k. Well I'm not really mad about that, though. But then, while I was watching the movie, all of the sudden, the projector stopped showing the movie for a few minutes. There were notices in the screen showing their apologize about the inconvenience. Then, after it finally worked again, not really long after that, the projector was doing that thing again. I was thinking, 'Is this some kind of a joke?? For 30k? Its not funny guysss!!!!'. Out of nowhere, a man was shouting from the distance. He said that they usually work with 2 projectors, but now, one of them is broken. If you know how the projectors work, good for you, cause I can't really explain it here, with words. Because the movie has 8 reels, so they said that it was going to be at least 8 little shut downs. WHAT A JERK?!!! WHAT A SHITTY THEATHER?!!

So lets talk about the movie now. I'm gonna use Indonesian, because it's easier that way hahaha

Gw udah menunggu film ini sejak taun lalu. Dari sejak masa syuting, pemilihan cast2nya, sampe perseteruan hak cipta film ini antara Warner Bros sama 20th Century Fox (padahal filmnya udah 90% siap tayang). Ada rasa kecewa besar waktu denger rumor film ini gak bakal masuk Indonesia karena tingkat graphic violence dan mature content yang cukup besar. Walaupun ada solusinya, DVD, tapi tetep aja, Watchmen adalah salah satu film yang ga terlalu asik kalo ga ditonton di bioskop.

Watchmen (2009) adalah film yang memiliki cerita yang menarik dan tema nya bisa dibilang cukup berat bagi sebuah film superhero, but that's fine by me. Di set di tahun 1980an, film ini bercerita mengenai sekelompok pahlawan bertopeng yang menamai mereka Watchmen. Watchmen beranggotakan, The Comedian / Edward Blake (Jeffrey Dean Morgan), Dr. Manhattan / Jon Osterman (Billy Crudup), Ozymandias / Adrian Veidt (Matthew Goode), Silk Spectre II / Laurie Jupiter (Malin Akerman), Nite Owl II / Dan Dreiberg (Patrick Wilson) dan Rorschach / Walter Kovacs (Jackie Earle Haley). Watchmen sebenernya adalah program pemerintah/polisi (lupa gw), untuk mengamankan kriminal. Notice the II's? Program ini bertahun2 sebelumnya pernah dibuat juga dengan nama Minutemen, yang beberapa adalah orang tua dari anggota Watchmen. Tapi dalam film ini, Watchmen udah berenti beroperasi karena gak disukai publik yang menganggap bahwa mereka bisa berlaku seenaknya. Makanya ada beberapa orang yang sering menulis di spanduk atau melalui coretan di dinding dengan tulisan; "Who watches the Watchmen?". Mungkin ada faktor perilaku semena-mena salah satu anggotanya atau penggunaan mereka dalam Perang Vietnam.

Di awal film terjadi pembunuhan salah satu anggota Watchmen, The Comedian. Rorschach, salah satu anggota Watchmen yang masih 'aktif' pun curiga bahwa ada niat terselubung dalam pembunuhan ini. Ia menganggap bahwa semua anggota Watchmen dalam bahaya. Ia kemudian meminta bantuan rekan2 Watchmen nya, yang pada awalnya menolak untuk beraksi lagi. Dengan menggunakan beberapa flashback, kita akan mengetahui tentang sejarah2 Minutemen, dibentuknya Watchmen serta kisah orang2 didalamnya. Investigasi Rorschach pun membawa nya pada sebuah kenyataan tentang pengkhianatan dalam fondasi Watchmen serta tentang World War III yang mungkin akan terjadi.

Sedikit warning buat lo-lo semua yang mau nonton. FILM INI 17+. Jangan bawa adek2 lo deh kalo mau nonton. Kenapa? Seperti yang gw bilang diatas, tingkat graphic violence sama mature content nya tinggi banget. Walaupun beberapa ada yg udah di sensor, buktinya masih banyak (ga terlalu banyak sih) adegan yang ga kepotong. Pas gw nonton, banyak banget anak kecil. Risih men denger merek berteriak-teriak norak setiap ada adegan bokep ('hahaha pantat.. pantatt..!!' you'll know if you watch the movie) ataupun adegan sadis. Sekali lagi, this movie is not suited for kids. Tidak seperti The Dark Knight, yang mungkin agak sedikit lebih 'light' dan masih watchable.

Dengan brilian nya, film ini mengaitkan semua cerita dengan peristiwa2 penting yang bener2 terjadi di dunia. Seperti Vietnam War, pendaratan Neil Armstrong di bulan (lengkap dengan kata2 legendarisnya; 'Good luck, Mr. Gorsky'), Nixon terpilih jadi presiden lagi, pembunuhan JFK, lelucon mengenai Ronald Reagan menjadi presiden, sampe ada hal yang berkaitan dengan Andy Warhol yang dikenal dengan gaya pop art nya. Hal tersebut membuat film ini menjadi sedikit lebih realistis. Pesannya pun juga cukup dalem, silahkan cari tau sendiri.

Action sequence yang ada di film ini keren banget. Harsh memang, cuman berkesan. Beberapa adegan mengingatkan kita dengan 300 (2007), seperti adegan slow motion yang gw bilang elegan. Maklum lah, sutradara nya sama, Zack Snyder. Sadis betul. Tata dan efek suara yang sangat luar biasa kenceng bener2 membantu suasana ketegangan film ini dan memacu adrenalin penonton yang ga jarang mengangkat tangannya dan menutup kuping akibat suara nya yang besar hahaha Film yang hampir berdurasi 3 jam ini juga bisa membuat pantat lo cukup mati rasa, ditambah sama 'so-called-little-shut-downs' yg gw sebut diatas.

Gw suka dengan kostum2 serta keunikan2 dari tiap superhero di film ini. Some of them were cheesy, yes. Gw juga suka sama cerita2 dan pribadi2 dibalik orang2 tersebut. My favorite is Rorschach, yang memiliki topeng yg memiliki tinta2, yang bisa berubah2 sesuai mood nya. Memang, agak sedikit membingungkan melihat cerita masing2 orang dalam satu film ini. I admit it, sometimes I was totally lost because of my slow brain was not able to understand them faster. Bahkan tema cerita nya sendiri pun gw bilang memang berat banget. Apalagi untuk ukuran film superhero. Sayangnya, conclusion di akhir juga gak terlalu memuaskan buat gw, walaupun membuat everybody happy, sort of.

In conclusion: this is not another superhero movie. Sebuah film dengan tema 'berat' yang dibalut dengan superhero, sepertinya lebih cocok buat predikat film ini. Cerita, tokoh2 serta misteri dalam film ini membuat film ini seru buat lo tonton. Adegan2 action nya gak kalah seru, 'enak' buat dinikmatin (bagi lo yang oke2 aja buat adegan2 brutal yang cukup mengumbar darah dan membuat lo muak). Suara dan effect oke. Akting oke juga. Dibalik itu semua ada pesan tentang kemanusiaan yang dalem banget dan seakan menyindir keadaan serta sifat manusia zaman sekarang. Buat lo yang ga mau dipusingin dengan segala belibet cerita nya, mending gausah nonton, karena lo will end up mocking this movie, which is a bad thing to do. This movie is art. Eventhough Batman Begins & The Dark Knight are still better. Oiya sekali lagi, THIS IS NOT FOR KIDS!!

Rating: 8.5/10

"Everybody runs"

"Science has stolen most of our miracles". Quotation tersebut gw kutip dari film ini. Kata-kata itu mungkin salah satu pesan dari film yang disutradarai sutradara paling terkenal di dunia, Stephen Spielberg (anybody disagrees?). Di set di Amerika tahun 2050an yang udah berkembang pesat teknologinya, bahkan dibuatlah departemen yang dapat meramalkan pembunuhan.

Minority Report (2002) bercerita mengenai John Anderton (Tom Cruise), chief dari Department of Precrime, sebuah lembaga yang dapat meramalkan terjadinya pembunuhan sebelum kejadian tersebut terjadi, dari pelakunya, korban sampe waktu nya serta gambaran2 dimana letak hal tersebut terjadi. Precrime menggunakan 3 'orang' yang memiliki kekuatan untuk melihat masa depan, 3 orang tersebut disebut Pre-cogs. 6 tahun sebelumnya, John Anderton kehilangan anaknya di sebuah public pool. Itulah salah satu alesan kenapa John mau ikut bergabung dengan Precrime, agar tidak terjadi lagi kriminal.

Tetapi Precrime masih dibalut dengan kontroversi. Precrime dianggap oleh beberapa orang, termasuk agen pemerintah, Danny Witwer (Colin Farrell) yang sedang men-supervise cara kerja Precrime, tidak 100% benar, karena masa depan masih bisa diubah. Walaupun begitu, John serta pencetus Precrime, Lamar Burgess (Max von Sydow) tetap berpegang teguh dengan Precrime. Sayangnya, tiba2 salah satu dari Precog telah meramalkan tentang sebuah pembunuhan yang akan terjadi beberapa hari lagi, dan John Anderton telah diramalkan menjadi pembunuhnya, bahkan ia tidak kenal siapa korbannya. John yang panik awalnya berusaha menyembunyikan kenyataan tersebut dan berusaha untuk kabur. Tetapi akhirnya John ketauan juga.

Selagi main kucing-kucingan dengan rekan2nya di Precrime yang akan menangkapnya, beberapa usaha ia lakukan untuk membuktikan dirinya tidak bersalah. Mulai dari mengganti bola matanya agar tidak dikenal (di masa depan di semua tempat ada eye detector) dan menculik Agatha (Samantha Morton), Pre-cog yang meramalkan pembunuhannya. Sampai ia menemukan kenyataan tentang minority report (alternative future gitu, bahwa kadang2 Pre-cog meramalkan hal2 yg berbeda), kenyataan dibalik 'pembunuhan' yg ia lakukan serta adanya musuh dibalik selimut.

Minority Repot dengan sangat bangganya gw bilang bahwa film ini film sci-fi thriller terbaik dalam beberapa tahun belakangan. Cerita nya yang diambil dari short story karya Phillp K Dick (orang dibalik Next, Paycheck, Blade Runner dan Total Recall) sangat menarik dan bener2 menegangkan. Plot nya asik, seru, fresh and intelligent. From scene to scene, it made me (and probably you) wanting to know more and asking whats gonna happen next. Ide cerita tentang Precrime mungkin akan sedikit mengingatkan dengan film Wanted (2008), atau Wanted yang mengingatkan kita pada Minority Report.

Visualisasi masa depan nya keren banget! Asli, penggantian flashdisk dengan sebatang kaca, pengoperasian komputer hanya dengan tangan, layar dengan kaca juga, eye detector di segala tempat, heat detector, serta eye detector dalam iklan2 di toko2 atau jalan2. Yang gw sebut terakhir mungkin yang paling gw suka, personal favorite. Jadi di jalan gitu, ada iklan 3D beer, terus waktu John lewat, iklan tersebut nge-detect retina John dan iklan tersebut akan ngomong, "John Anderton, you really need some beer" <--- ya gw tau itu bukan kata2 yg sesungguhnya, tapi ya gitulah contohnya hahaha Penyutradaraan Stephen Spielberg bisa dibilang gak bisa diragukan lagi. Jadi mungkin ga perlu gw komentarin. Tom Cruise sendiri cukup bisa membawakan perannya dengan baik. Sebagai aktor papan atas, Cruise yang udah ada hari nasional nya di Jepang, cukup menarik untuk disimak aktingnya. Secara, mungkin Cruise salah satu poin besar yang dijual film ini.

Lagi2 entah kenapa, warna filmnya gw suka. Biru2 dan sedikit gloomy gitu. Janusz Kaminski, sang cinematographer dalam film Saving Private Ryan juga jadi cinematographer di film ini. Lumayan bagus, tapi ga sebagus yang di Saving Private Ryan.

In conclusion: film yang seru buat ditonton. Unsur suspense, thriller, dan mystery nya dapet banget. Di balut dengan special effect yang oke dalam menggambarkan salah satu gambaran masa depan terbaik yang paling gw suka. Ide cerita nya asik, cerita nya sangat amat seru dan menegangkan (yak diulang lagi kata2nya hahaha), walaupun mungkin ada beberapa bagian yang agak membingungkan dan sedikit plotholes, but the hell with that. Sebuah film yang layak disimak. Serius, film ini seru parah.

Rating: 8/10

Friday, April 24, 2009

"Something is happening in our house, whether you like it or not! "

Setelah nonton Practical Magic (liat post sebelumnya), gw tiba2 jadi pengen nonton film ini. Lagi2 gw mengaitkan sesuatu yang gak begitu berkaitan ya hahaha Apa yang membuat gw pengen nonton film ini? Mungkin sama dengan Practical Magic, film ini diwarnai oleh bintang2 besar, tetapi mereka bermain dalam film yang bisa dibilang diluar kebiasaan mereka, bahkan cenderung 'aman' dan ga terlalu serius. Nicole Kidman misalnya di film Practical Magic. Nah di film ini, giliran Michelle Pfeiffer, Harisson Ford, bahkan sutradara Robert Zemeckis juga.

What Lies Beneath (2000) adalah film horror thriller yang diawali oleh kepergian anak perempuan dari Claire Spencer (Michelle Pfeiffer) untuk kuliah. Suami Claire telah meninggal beberapa taun sebelumnya, dan ia menikah lagi dengan seorang dokter, Norman Spencer (Harrison Ford). Semenjak kepergian anaknya, pasti lah Claire sering sendirian di rumah, karena Norman juga sering sibuk dengan pekerjaannnya.

Film bergulir dengan kejadian2 aneh di rumah baru Claire dan Norman. Claire mulai merasakan adanya kejanggalan2 di sekitarnya. Awalnya, ia mengira ini ada hubungannya dengan tetangga baru mereka, Warren (James Remar) & Mary Fuer (Miranda Otto), yang selama ini sering mereka dengar bertengkar. Claire bahkan sempat mengira bahwa Warren membunuh Mary.

'Investigasi' Claire serta kemunculan penampakan2 di rumahnya akhirnya membawanya kembali ke dalam satu peristiwa kecelakaan setaun lalu, yang gak ia inget, dan juga membawa nya pada satu kejadian yang berhubungan dengan Norman. Apakah yang sebenernya terjadi? Siapakah sebenarnya hantu yang sering muncul di rumah Claire?

Apa yang gw notice pertama pastilah leading casts nya, Michelle Pfeiffer & Harrison Ford. Michelle Pfeiffer sempet ngebikin gw terpana (wkakakak bahasanya) pas dia jadi Catwoman di film Batman Returns serta udah dapet 3 nominasi Oscar. Sedangkan Harrison Ford, ya.. masa ga kenal sih? Gw sempet heran aja, kenapa dua aktor papan atas tersebut main di film horror, (ga tentu sih) cuman mostly, film horror itu gak terlalu dianggep, dan bisa dibilang ga terlalu serius. Apalagi sutradara Robert Zemeckis yg pernah menang Oscar lewat Forrest Gump. Tapi ternyata film ini gak 'dangkal-dangkal' banget.

Cerita nya yang sebenernya cukup singkat ini kadang digulirkan terlalu lambat, kadang2 sih. Dan IMO, ada beberapa adegan dan part2 yang kayaknya kelamaan. Entah kenapa, di tagline nya pun udah ada spoiler mengenai ending film ini. Gw ga tau apakah memang di set untuk di spoil kan endingnya, atau gimana. Tapi menurut gw lebih bagusan ga dikasih tau kan, biar tebak2annya jadi lebih seru hahaha

Walaupun memang ada adegan yang lambat, tapi ada scene2, cukup banyak sih, yang seru banget buat ditonton. Banyak adegan2 yang bisa membuat lo loncat dari kursi (literally haha), seperti kemunculan hantu di bathtub dan adegan di penghujung film. Kemunculan hantu yang jarang2 membuat film ini gak cuman jualan hantu doang (kacang kali dijual hahaha), tapi suasana kita menunggu hantu itu kayaknya lebih seru, dan di film ini banyak banget adegan kayak gitu. Selain hantu juga unsur thriller nya yg banyak mengagetkan (bukan hantu) juga seru banget.

Nah apa yang paling gw suka dari film ini adalah camera movement nya. Rapi banget, alus lagi. Enak bgt ngeliatin gerakan kamera nya. Kudos buat cameramen nya, whoever you are (males nyari). For the rest parts of the movie, gw gak punya komentar apa. Standard semua sih. Akting? Lumayan. Cinematography? Well boleh lah. Musik dan segala macemnya? Have no problem with those.

In conclusion: mungkin gw lagi gak mood buat mem-blabber things up, atau karena film nya tidak memberikan efek yang signifikan setelah gw nonton. Gw lebih condong ke option yang kedua (membela diri hahaha). Yes, it has the happy-go-screaming parts, some surprising moments, tapi juga ada adegan2 yang cukup bisa membuat lo meraih remote dan menekan fast forward. Tapi sebagai sebuah hiburan, film ini adalah contoh thriller yang bagus.

Rating: 6.8/10

Thursday, April 23, 2009

"There's a little witch in all of us"

Kemaren gw udah officially kena efek liburan: jadi kelelawar. Siang nya karena males ngapa2in, jadi tidur deh ampe sore. Yang berakibat kalo malem nya gw ga bisa tidur. Speaking of bats, I watched a witch-related movie last night (ga nyambung sih hahaha). Gw juga udah lupa beli nya kapan DVD nya, tiba2 lagi nyari2 DVD ketemu film ini dan kayaknya gw belom nonton, jadi gw nonton deh. Gw ingetnya alesan kenapa gw beli ini, 2 nama: Sandra Bullock & Nicole Kidman yang 2 kepala nya hugely put di cover DVD hahaha

Practical Magic (1998) adalah sebuah film tentang dua kakak beradik Owens, Sally (Sandra Bullock) dan Gillian 'Gilly' Owens (Nicole Kidman). Mereka berdua keliatan normal, tapi mereka adalah penyihir. Sally & Gilly sejak kecil dititipkan di rumah 2 bibinya, Fren Owens (Stockard Channing) dan Jet Owens (Dianne Wiest) karena kedua orangtua mereka telah meninggal. Ayahnya, terkena kutukan turun temurun keluarga Owens, bahwa setiap lelaki yang menikah dengan perempuan keluarga Owens akan meninggal. Sedangkan ibu nya meninggal karena patah hati akibat kematian suaminya.

Walaupun mereka kakak adik, sifat mereka bertolak belakang, Sally lebih menginginkan kehidupan normal dan bermain 'aman', sedangkan Gilly lebih wild dan suka bgt berhura-hura (caelah hahaha). Ini yang menyebabkan Gilly sempet kabur sama seorang cowok dan sejak saat itu dia selalu ganti2 pasangan dan tinggalnya ga jelas. Tapi ini gak membuat Gilly putus hubungan sama Sally. They're always there for each other.

Long story short, Gilly yang lagi berhubungan dengan laki2 bernama Jimmy Angelov (Goran Visnjic) dan tiba2 ia di physically abused sama Jimmy. Gilly yang panik meminta pertolongan Sally yang secepat kilat pergi ke tempat Gilly. Tanpa sengaja, Gilly yang berencana menidurkan Jimmy dengan sedative resep bibi nya malah memberikannya terlalu banyak dan mengakibatkan Jimmy meninggal. Panik, mereka membawa Jimmy ke rumah bibi nya, berusaha 'membangkitkan' kembali Jimmy tapi mereka gagal. Lalu mereka pun mengubur Jimmy di halaman rumahnya. Ternyata ga sampe disitu aja, polisi dari Arizona yang menginvestigasi hilangnya Jimmy mulai curiga dengan kakak beradik Owens itu, lalu arwah Jimmy pun mulai menghantui mereka.

Practical Magic bisa disebut film yang cukup ringan. Ceritanya lumayan unik dan masih bisa dimengerti. Kehidupan penyihir di kota tempat mereka tinggal ditampilkan dengan sangat baik. Kocak aja ngeliat warga sekita kota mereka yang begitu takutnya deket2 sama keluarga Owens. Waktu mereka jalan aja, semua orang spontan menghindar. Jayus sih tapi cukup bisa membuat gw terhibur. Apalagi waktu anak2 disana mengejek kedua anak Sally, "Witch, witch! You're a bitch!", dan Sally bilang "You'd think after three hundred years they'd come up with a better rhyme!" hahahaha Sebagian lawakannya bisa gw mengerti, tapi ada beberapa yang cukup 'pintar' jadi gw ga ngerti2 banget haha

Gak disangka juga akting Nicole Kidman yang memerankan Gilly. Gilly yang memang berkarakter liar dan sedikit clumsy (gak clumsy juga sih, cuman bingung ngejelasinnya gimana) ditampilkan dengan baik. Nicole membuat karakter Gilly menjadi lebih lovable and well, attractively inviting. Sandra Bullock on the other hand juga memainkan perannya sebagai vulnerable sister serta the smart one lumayan mengesankan. Tapi disini gw lebih tertarik dengan karakter bibi2nya dan kedua anak Sally yang bermain sangat natural. Kocak banget ngeliat akting mereka.

Pada awalnya sebenernya, Practical Magic terlihat hanya seperti sebuah chick-flick tentang penyihir. Tapi ternyata lebih dari itu, film ini sebenernya bercerita tentang sisterhood dan perasaan seseorang yang kehilangan serta bagaimana kita menyikapi diri, trying to fit ini, ketika kita 'berbeda' dengan lingkungan kita. Sedangkan witchcraft dan segala sihir2nya menurut gw cuman jadi tempelan aja.

In conclusion: sebuah film yang bisa menghibur, cukup bisa menghibur. Akting yang bagus, cerita menarik, serta pesan yang dalem. But unfortunately, I'm gonna pass this movie. Tidak terlalu extraordinary dan gak begitu memorable. Seperti habis manis, sepah dibuang hahaha

Rating: 5.5/10

Tuesday, April 21, 2009

"This Ryan better be worth it"

Kalo misalnya lo dihadepin dalam sebuah pilihan: untuk menyelamatkan satu orang (yang sama sekali ga lo kenal & sama sekali lo ga tau dia ini worth to be saved ato enggak), tapi untuk melaksanakan misi itu, lo harus berusaha susah payah bahkan bisa2 lo ngorbanin diri lo sendiri hanya untuk satu orang itu aja. Apa yang bakal lo lakuin? Itu mungkin yang mau diangkat film ini.

Saving Private Ryan (1998)
bercerita mengenai perjuangan 8 orang tentara Amerika saat PD II, yang diantaranya adalah Capt. John Miller (Tom Hanks), Mike Hovart (Tom Sizemore), Richard Reiben (Edward Burns), Stanley Mellish (Adam Goldberg) dan Timothy Upham (Jeremy Davies) untuk mencari dan membawa pulang Pvt. James Ryan (Matt Damon). James adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Ketiga kakaknya telah tewas dalam perang tersebut, hal inilah yang membuat Jendral Marshall memutuskan untuk membawa pulang James.

Di tengah2 misi ini, 2 dari 8 tentara itu tewas. The accidents made the rest of them questioning the mission. Apakah James bener2 pantes untuk diselametin? Cukup pantes untuk mengorbankan nyawa mereka dalam misi ini? Dan bagaimana sikap mereka setelah mereka akhirnya menemukan James dan ternyata ia tidak mau meninggalkan pos nya.

The movie reminds me of Platoon, which I saw few weeks ago (or months). Jujur, dari segi cerita, Platoon bisa dibilang lebih dalem cerita nya. Tapi cerita film ini juga bagus, mempertanyakan hal yang sangat standar, lo bakal nyelametin siapa? Film ini ternyata berjalan dengan sangat halus, karena gak nyangka gw film nya ternyata lama banget, dan gw kira baru beberapa menit. Bahkan keliatannya kurang lama hahaha

Hands down, gw setuju kalo film ini berada dalam tingkat teratas film2 perang terbaik yang pernah dibuat. Hats off juga buat Stephen Spielberg, sang sutradara. Siapa sih yang ragu sama kehebatan sutradara terbaik saat ini? Film ini bisa dibilang masterpiece Spielberg setelah Schindler's List.

Dalam bidang akting, semua aktor mampu membawakan peran nya dengan cukup baik. Tom Hanks lagi2 bisa membuktikan bahwa ia adalah A-List Actor di Hollywood. Perannya sebagai seorang kapten yang harus berusaha tegar dan berwibawa di depan anak buah nya. Bahkan, Edward Burns, salah satu aktor yang paling gw ga suka karena suara nya yang sangat annoying, cukup bisa berperan.. lumayan lah.

Gw gak lebay, kalo sinematografi nya BEAUTIFULLY CAPTURED. Anjr!t, gw liat shot2 nya semua artistik dan gila banget deh. Jujur, sekarang ga lebay. Too many scenes which were totally totally memorable. Selain itu juga suara nya yang bener2 'real' bisa bikin kita ngerasa ada di perang itu. Warna nya juga gw suka banget, abu2 gelap gloomy gitu hahaha

Selain poin2 diatas, 20 menit pertama dalam film ini bisa dibilang adalah sebuah adegan perang yang paling realistis dan terbaik yang pernah dibuat. Adegan pelabuhan mereka di Normandy dengan 'sambutan' dari tentara Jerman dituturkan bener2 seperti nyata. Bullets everywhere, dead bodies everywhere. Tingkat gory nya bener2 bisa bikin muntah (ada yang usus nya keluar, tangannya ilang, tinggal setengah badan, dan lain2..). Selain adegan awal itu, adegan2 perang lain juga sangat menarik perhatian. Gw pernah baca dimana gitu, kalo veteran2 perang gak mampu dan ga tahan nonton film ini dikarenakan betapa real nya film ini menangkap suasana perang dunia ke dua beberapa taun silam (gila bahasa gw hahaha).

In conclusion: this is one of the best movies ever made. 5 Ocar (Director, Cinematography, Sound, Sound Effect, Editing) ditangan bener2 well-deserved, sayang ga menang Best Picture, harusnya menang tuh, daripada Shakespeare In Love (walaupun SiL ga jelek2 bgt). Untuk yang ga kuat sama adegan2 yg cukup gory, gw kasih warning aja, kalo film ini bener2 menunjukan beberapa adegan yang bisa membuat lo bergidik ngeri (bukan karena hantu tapi hahaha). Satu lagi film yang memiliki alasan untuk tidak melakukan perang. Pretty good story, VERY COOL AND AMAZING in technical sets, good acting too. Highly recommended...

Rating: 8.8/10

They caught my eyes pt.3

(okay, I know I'm becoming addicted to this. Promise you I'll post another review)

Order Of Chaos
Cast: Rhys Coiro, Milo Ventimiglia
Directed by: Vince Vieluf
Sometime in 2009

Away We Go
Cast: John Krasinski, Maya Rudolph
Directed by: Sam Mendes
June 2009 (limited)

again, from the one of the best sites ever, www.impawards.com

Sunday, April 19, 2009

They caught my eyes pt.2

Cast: Zooey Deschanel, Joseph Gordon-Levitt
Directed by: Marc Webb
August 2009

Moon
Cast: Sam Rockwell, Kevin Spacey (voice)
Directed by: Duncan Jones
September 2009

all images were taken from www.impawards.com

Saturday, April 18, 2009

"God can laugh but I still have my plans"

Alejandro González Iñárritu. Siapa tuh? Yang pasti bukan pemain bola hahaha apa deh. Dia adalah sutradara asal Meksiko yang sempet mencuri perhatian gw yg norak ini dengan filmnya, Babel (2006). Gw nonton Babel di bioskop. Ya, di bioskop. Jarang2 nih film kayak gini ada di 21. And I was amazed with it. But lets not talk about Babel, lets go a waaay back before Babel to one of his early movies.

The title is Amores Perros (2000) or Life's A Bitch (or Dog? karena gw cari Perros artinya Anjing). Film ini, sama seperti Babel, memiliki multi-plot yang (pastinya) memiliki satu kesatuan atau satu kejadian yang menghubungkan mereka semua. Amores Perros dibagi menjadi 3 cerita, semua nya berhubungan dengan cinta, tabrakan mobil dan hmm, anjing. Film dibuka dengan adegan kecelakaan mobil yang ternyata berhubungan dengan semua karakternya.

Cerita pertama, terjadi sebelum kecelakaan, yaitu antara Octavio (the talented Gael Garcia Bernal) yang menyimpan rasa cinta terhadap kakak iparnya sendiri, Susana (Vanessa Bauche). Susana sebenernya suka di mentally-abused sama suaminya, kakaknya Octavio, tapi Susana tetep aja masih setia sama dia. Octavio sendiri baru menyadari kalo anjingnya ternyata kuat banget dan mampu mengalahkan anjing paling kuat di adu anjing (ga tau gw istilahnya apaan haha kayak adu ayam gitu). Octavio pun mulai mengikutkan anjingnya dalam adu anjing tersebut sambil ngumpulin duit supaya Octavio dan Susana bisa kabur.

Yang kedua bercerita mengenai Daniel (Alvaro Guerrero), seems to be ordinary husband, tapi ternyata ia memiliki selingkuhan, seorang model iklan, Valeria (Goya Toledo). Valeria adalah salah satu korban di kecelakaan mobil itu yang membuatnya harus memakain kursi roda. Daniel yang telah memutuskan untuk cerai dengan istrinya, membelikan Valeria apartemen baru. Suatu hari, anjing Valeria, Richie, terperangkap dalam satu lubang di apartemen tersebut. Berhari-hari Richie gak mau keluar. Sementara itu, hubungan antara Daniel dan Valeria semakin memanas akibat Richie ga muncul2 serta kerusakan pada kaki Valeria yang semakin parah.

Cerita ketiga adalah tentang El Chivo (Emillio Elchevarria), seorang gelandangan dengan 4 anjing nya yang ternyata pernah menjadi pembunuh bayaran. Sebelumnya, ia adalah suami dengan satu anak perempuan, demi menjadi hitman, dia meninggalkan kehidupannya. And he ended up in jail serta keluarga nya udah ga menganggap dia lagi, bahkan anaknya sudah mengira ia meninggal. Ia kemudian ditawarkan oleh seseorang yang bernama Gustavo (Rodrigo Murray) untuk membunuh partner kerja nya. Saat sedang mengintai mangsa nya, ia menyaksikan kecelakaan mobil itu. Karena kasian, El Chivo memungut anjing Octavio yang terluka berat, serta merawatnya. Yang pada akhirnya, anjing itu membunuh semua anjing2nya.

Lalu apa yang terjadi? Bagaimana nasib kisah cinta Octavio dan Susana? Gimana keadaan Valeria setelah kakinya semakin parah dan gimana nasib Richie? Trus apa kelanjutan tindakan El Chivo?

What a film!! Sebuah cinematic experience yang seru banget. Waktu nonton gw jadi inget Babel, Vantage Point dan film2 dengan multi-plot gini. Walaupun multi-plot tapi ga dibikin bingung. Dan walaupun cerita nya terkesan berdiri sendiri, Innaritu menyelipkan adegan2 antara satu cerita dan cerita lainnya dengan sangat baik, seperti sebuah kebetulan.

Anjing dalam film ini bisa dibilang memegang peranan penting. Apakah di sana (Meksiko) sangat mengagungkan anjing? Ga tau juga sih. Tapi dalam film ini terkesan anjing2 itu juga turut mencerminkan cerita nya. Seperti cerita pertama, anjing Octavio, yang harus ber struggle melawan anjing2 lainnya, sama seperti Octavio yang harus berjuang melawan nafsu nya terhadap Susana. Serta Richie yang terperangkap di bawah lantai, sama seperti Valeria yang terperangkap dalam hubungannya dengan suami orang serta kondisi nya yang ga bisa jalan. Hahaha maksa banget, tapi ya itu yang gw tangkep. Tapi kayaknya emang bener sih kalo anjingnya juga merefleksikan kehidupan masing2 karakter.

Ya walaupun gw bukan fans besar kamera handheld tapi gapapa lah buat film ini, kerasa kok atmosfir 'beneran'nya. Terus musik nya juga oke, hiphop gemana gitu hahaha apa coba. Tapi penghubungan cerita nya gak maksa, kayak Crash gitu, mengalir gak kayak sungai Ciliwung (oke, stop). Tense nya juga kerasa banget di film ini, entah kenapa ya, padahal gw nonton, malem2 lagi, udah rada ngantuk tapi gw ga bisa berhenti nonton, seru aja ngeliatnya. Pengen tau akhirnya gimana.

Gael Garcia Bernal, seperti biasa berakting baik disini. Dia mungkin menjadi promising actors di 20-30 taun kedepan. Dia bisa berakting apa aja kayaknya. Terus gw juga suka akting nya Goya Toledo yang jadi Valeria, biasa sih, cuman cukup bikin merinding juga pas dibagian akhir babak ke 2 nya itu. Trus juga Emilio Elchevarria yang jadi El Chivo cukup menarik perhatian, apalagi pas adegan dia nangis terakhir. For the rest of the cast, good job.

Salut deh buat Innaritu (gw suka banget nyebut namanya hahaha) serta semua cast dan crew yang udah mampu membuat gw wide awake dengan segala keseruan film nya. Gw udah megang 21 Grams, salah satu film nya juga yang dibintangin sama Naomi Watts & Benicio Del Toro. Dan gw gak sabar buat merasakan lagi sense of Innaritu di film itu.

In conclusion: very smart movie. Yes, heartbreaking, but its reality. Must-watch but NOT FOR DOG LOVERS. Again, NOT FOR DOG LOVERS. Karena banyak adegan2 brutal serta disturbing images of dogs. Please jangan nonton buat yang sering menggembor2kan animal rights, gw ga mau lo muntah and planning to sue Innaritu and the film! Hahahaha lebay. Film nya bagus kok, sebuah renungan kalo not every things work as we have already planned it.

Rating: 8/10
PS: I just knew that I can make the picture bigger!

Thursday, April 16, 2009

They caught my eyes

Awesome, aren't they?
FYI, the first one is The Brothers Bloom and right below it is Ang Lee's Taking Woodstock. I wonder if the movies will be as kick-assing as the posters. Hope so.

"We're not supposed to be friends, you and me. We're meant to be enemies"

Entah kenapa kebetulan2 sering bgt kejadian. Temen gw, Dito, beberapa hari yg lalu nge post tentang film ini di salah satu post nya. Kebetulan, gw punya DVD nya dan gw blom tonton, kebetulan lagi sehari abis gw baca post nya, salah satu temen sekelas gw bawa novel nya. Nah gw semakin tertarik lah buat nonton film ini. Kebetulan juga gw lagi suka sama film2 tentang Holocaust, setelah gw nonton Schindler's List dan The Reader.

Awal nya gw bingung, mau baca novel nya dulu atau nonton? Karena kebetulan temen gw belom baca juga, jadi ga bisa gw pulang dan minggu depan libur UAN, jadi gw terpaksa baca novel nya dulu. First of all, the novel is entirely moving. I couldn't even put down the book when I was reading it. Gw suka banget sama cerita nya. Walaupun ga terlalu panjang, dan gw emang ngerasa terlalu singkat, tapi udah cukup bagus.

Nah film nya sendiri yang baru dirilis taun lalu, judulnya sama ama novelnya yang dibuat sangat menyentuh oleh John Boyle, The Boy In The Striped Pyjamas (2008) *kalo di Amerika ejaannya Pajamas*. Film ini bercerita mengenai Bruno (Asa Butterfield), anak berumur 8 taun. Bruno kebetulan adalah anak seorang jendral (or something) Nazi dan jadi orang terpandang di Berlin masa PD II. Dikarenakan Ayah Bruno (David Thewlis) dipromosiin jadi Komandan, Bruno, ayahnya, Ibu nya, Elsa (Vera Farmiga) dan kakak nya Gretel (Amber Beattie) terpaksa pindah dari rumahnya di Berlin ke suatu tempat yang bernama 'Out-With'. Jelas, Bruno gak terima dengan kepindahan ini, karena Bruno udah ngerasa asik sama rumahnya yang lama.

Rumahnya yang baru ini sama sekali out of nowhere. Gak ada rumah2 lain, atau pun toko2, yang sama seperti tempat tinggalnya dulu. Yang ada hanyalah satu wilayah yang dikelilingi pager gede (which turned out to be Concentration Camp) dengan beberapa orang berpiyama garis2 (well Bruno didn't know those are the Jews, he's only 8). Waktu asik nge eksplor wilayah rumahnya, Bruno tanpa sengaja sampe di daerah pager itu, disana, dia bertemu dan berkenalan sama seorang anak laki2 yang juga memakai piyama ber garis2, Shmuel (Jack Scanlon). Dari situ, ia menjalin persahabatan unik dengan Shmuel serta mengetahui beberapa fakta tentang Jews dan kehidupan mereka di Camp tersebut, tapi dengan sudut pandang polos Bruno.

Karena gw baca novel nya dulu baru nonton, jujur gw agak kecewa sama filmnya. Film produksi Inggris ini gak jelek2 banget sih, cuman kalo dibandingin sama novelnya kayaknya kurang kuat kualitasnya (yaiyalah, kayaknya gak pernah ada adaptasi novel yang sempurna kecuali LOTR). Banyak dari beberapa adegan atau unsur2 film nya yang beda sama di novelnya. Bahkan ada yang di tambah2in. *SPOILER* Sayangnya ending nya yang sebenernya bikin nyesek, mengharukan dan gw yakin salah satu ending paling unhappy dari sebuah cerita ini ga diganti, padahal gw pengen diganti jadi nya ada sedikit rasa relieved setelah nonton.

Beberapa hal yang mungkin berbeda adalah persahabatan antara Bruno dan Shmuel terasa kurang begitu erat dan mereka ga terlalu attached to each other. Aneh aja rasanya di film keliatannya terlalu cepet aja mereka akrabnya, kalo di novel rasanya kayak ada tahap2annya. Terus juga, di novel nya, sikap Gretel terasa lebih annoying dan sering mengganggu adiknya.

Tapi gak bisa gitu juga sih, gw harus nih ngeliat film ini dengan objektif. Dengan sutradara Mark Herman, sebagai sebuah film tanpa melihat novelnya, film ini cukup bagus. Not really awesome and touching, but kinda recommended. Shot2 nya lumayan bagus dengan akting yang standard. I will always potray David Thewlis as Prof. Remus Lupin from Harry Potter. Sedangkan akting kedua anak itu, Bruno dan Shmuel, serta Vera Farmiga yang jadi ibu nya udah cukup bagus sih menurut gw.

Walaupun banyak beda antara film dan novelnya, cerita nya tetep bagus. Kalo gw ga baca novelnya, mungkin gw akan lebih suka sama film ini. Bukannya jelek, tapi lagi2 karena ada referensi awal yang udah ngebuat gw punya bayangan akan seperti apa adegan2 di novel nya divisualisasikan, jadinya pas ngeliat hasil nya jadi agak sedikit kecewa, yah kok gini ya?

In conclusion: nonton dulu aja deh baru baca novelnya, supaya ga terlalu nyesel. Walaupun gitu, kedua nya memiliki salah satu cerita terbaik yang pernah gw baca/tonton. Nice little British movie. Worth to watch? For now, I can't really decide..

Rating: 6.5/10

Wednesday, April 15, 2009

My Favorite Scenes pt.2

Untuk bagian yang kedua ini, langsung aja, gw taro 3 scene sekaligus.

1. Yang pertama, agak sedikit lucu, soalnya pas banget, temen gw, Dani, juga ngepost tentang film Almost Famous (2000). Kebetulan banget, di film ini ada satu adegan yang selalu bikin gw senyum dan entah kenapa jadi rileks banget. Long story short, film nya bercerita mengenai William Miller, cowok yang berkesempatan ngikutin tur satu band yang lagi naik daun. Di scene ini pas lagi ada masalah gitu diantara band nya. Tiba2 di bis, salah satu personilnya ngikutin lagu Elton John yang Tiny Dancer yg kebetulan lagi disiarin di radio. Terus out of nowhere, satu bis nyanyi semua. Merinding gw langsung. I always love sing-a-long scenes. Take a look at it:


2. Yang kedua, dari film nya Tom Hanks, Big (1988), yang bercerita tentang anak kecil yang tanpa sengaja make a wish supaya dia jadi dewasa, terus akhirnya keesokan hari nya dia bener2 jadi orang dewasa, physically. Nah di scene ini, dia lagi mainin sebuah keyboard gede bareng bos nya di perusahaan mainan. Biasa aja sih sebenernya, cuman seru aja ngeliatnya hahaha sori ya video nya ketemu nya yang di dubbing Spanish:


3. Nah yang ketiga, agak sedikit lame sih. Agak malu nih gw harus mengakui kalo film ini jadi salah satu guilty pleasures gw hahaha diambil dari film Dreamgirls (2006) yang bercerita mengenai perjuangan 3 orang cewek agar bisa jadi grup musik terkenal di taun 60an. Scene yang gw pilih pas salah satu 3 cewek itu, yang dimainin sama Jennifer Hudson nyanyi supaya pacar nya ga ninggalin dia, dengan salah satu lagu legendaris, And I Am Telling You I'm Not Going. Selain gw emang gw rada suka lagu dan musiknya, akting Jennifer Hudson di scene ini bener superb! Salah satu scene terbaik dan mungkin mengapa Jennifer Hudson deserved her Oscar for Supporting Role a few years ago.

"Luke... help me take this mask off"

Yep, seperti yg gw janjikan dari dulu2, akhirnya selese juga nonton trilogi original Star Wars. Sori kalo agak lama nge review nya, dikarenakan rutinitas sekolah yg sekarang lagi suntuk2nya dan pulang langsung tidur sampe pagi, jadi ga sempet2 lagi untuk nonton. Dan hari ini, gw sengaja pulang cepet dari sekolah untuk nyempetin nonton ini biar ga kemaleman. Gak usah ber tele2 lagi, here it is the 6th episode...

Star Wars: Episode VI: Return of the Jedi (1983) adalah sekuel kedua dalam trilogi Star Wars. Setelah ending di Empire Strikes Back yang menyisakan banyak pertanyaan, seperti *SPOILER* nasib Han Solo yg dibekukan carbonite atau kelanjutan konflik batin antara Darth Vader dan Luke Skywalker.

Dalam Episode ke VI ini, ngelanjutin apa yg ditinggalkan Eps V. Diceritakan bahwa Empire sedang membangun kembali Death Star. Darth Vader dan Emperor himself (orang yang bertanggung jawab menjebloskan Vader ke 'Dark Side') pun masih punya tujuan khusus dengan Luke Skywalker. Di lain pihak, Luke dan temen2nya berusaha untuk membebaskan Han dari tangan Jabba the Hutt. Sayangnya, rencana awalnya berjalan tidak lancar, sehingga Leia tertangkap dan dijadikan tawanan Jabba. Sedangkan Chewie (Chewbacca), Han, Lando dan Luke sendiri juga ikut tertangkap dan terancam untuk dimakan sama sebuah monster (yak gw lupa namanya, pokoknya mereka bakal mati painfuly slow). Tapi untungnya berkat rencana Luke, mereka semua terbebas.

Setelah kembali ke markas Rebellions, mereka lalu membuat strategi untuk memusnahkan seluruh Empire dan juga Death Star nya. Han, Leia, Chewie serta C3P0 dan R2D2 pergi menuju planet yg terdapat pengendali pengamanan di Death Star. Mereka berusaha untuk memusnahkan markas Empire disana supaya pengamanan di Death Star bisa di deactivated. Di planet itu, mereka mendapat bantuan dari kaum Ewok, semacam beruang kecil2 aneh gitu hahaha Luke sendiri menyerahkan diri kepada Darth Vader dengan tujuan agar bisa membawa kembali Darth Vader menjadi baik lagi. Berhasilkah para Rebellions menghancurkan Death Star & Empire? Sukseskan Luke dalam mengembalikan jati diri Darth Vader?

Bisa dibilang, Eps ini kurang begitu 'greget' dari 2 Episode pertama. Entah kenapa ada beberapa adegan yang kurang begitu gw suka karena kayak terlalu lama aja, trus kesannya ber tele2 banget. Misalnya waktu di markas nya Jabba, kayaknya sih bisa dipersingkat lagi. Atau adegan2 Ewok yang sebenernya ga terlalu penting.

Selain itu kayaknya, banyak bagian yang kesannya cheesy dan terlalu kanak2 (caelah.... hahaha). Selain kaum Ewok tadi yang sok imut itu, penggunaan alien2 asing di markas Jabba juga sedikit annoying. Penggunaan muppet2 nya terlalu berlebihan. Apalagi pas mereka nari2 ga jelas. What theeee??? Tapi walaupun gitu, ga bisa dibilang juga kalo Eps VI ini film yang jelek.

Dalam film ini juga terdapat iconic figures lainnya, kayak Jabba the Hutt yang lumayan mencuri perhatian di awal2 film (walaupun ia pernah 'numpang lewat' di film pertama) serta ya, Princess Leia in Golden Bikini, yes, golden. Siapa sih yg ga tau bagian ini. One of the sexiest outfits ever put in a character. Selain itu juga ada si misterius Emperor yang muncul untuk pertama kalinya.

Adegan2 nya juga banyak sih yang bisa dibilang memorable. Seperti waktu Darth Vader dan Luke adu lightsaber. Efek lightsaber yang sekarang udah alus banget bener2 membantu dalam memperbaik adegan ini. Terus juga final space battle antara Rebellions dan Empire di Death Star. Oiya juga pas bagian ending, 'arwah' Obi-Wan, Yoda serta Anakin Skywalker (who is he?? nonton aja deh) menatap Luke seakan bilang 'Good Job and Good Luck' buat dia, bikin merinding hahaha Eh trus satu lagi, pas Luke membakar jasad you-will-know-who di bagian ending juga, cinematography nya keren banget tuh.

In conclusion: sebagai sebuah film individu, film ini bisa dikategorikan sebagai film yang bagus. Tapi, sorry to say, sebagai sekuel Star Wars, film ini kurang bisa mengimbangi 2 film awalnya, walaupun cuman dikit sih beda nya. Mungkin ada beberapa yang kecewa karena film ini ga begitu kuat, tapi pasti mereka berubah pikiran setelah ngeliat Episode I. Tapi film ini ga bisa gitu aja dilewatkan.. PS: di DVD gw, arwah Anakin di akhir diganti sama Hayden Christensen.. okay, again, what the???

Rating: 7.8/10

My Favorite Scenes pt.1

I'm gonna start a new thing from now, to post my favorite movie scene. Which scene has the honor to be my lab rat? Its the one and only, The Dark Knight.

Yang mana yg gw pilih? Secara The Dark Knight bergelimpangan scene2 memorable yg asik buat ditonton berulang-ulang. Apalagi scene2 yg berhubungan sama Joker. Surprisingly, gw lebih memfavoritkan adegan yg satu ini: click here! *sori ya ga bisa di embed

Adegan ini menceritakan bahwa akuntan Wayne Enterprise, Coleman Reese, tanpa sengaja menemukan rancangan batmobile. Dia tentu aja bisa menyimpulkan bahwa Bruce Wayne adalah Batman. Setelah ia menyampaikannya pada Lucius Fox, salah satu asisten Bruce, bahwa ia meminta 10 juta dollar tiap taunnya (agar ia tutup mulut), Lucius dengan nada yg cool bgt ngomong:
Lucius Fox: Let me get this straight, you think that your client, one of the wealthiest, most powerful men in the world, is secretly a vigilante who spends his nights beating criminals to a pulp with his bare hands. And your plan is to blackmail this person? Good luck...
Paraaaah that was one of the smartest yet most hilarious moment in a movie ever! Morgan Freeman yg memerankan Lucius Fox dengan sangat mulus me-react pernyataan Reese. Cool gila!!!!

Sunday, April 12, 2009

"No, try not! Do! Or do not! There is no try..."

Well well, I changed my blog header. Like it? Me too. Hahahaha it kinda represents my interest, motion picture, and my idol, john mayer. Its grey, one of my favorite colors, because I see myself as a 'grey' person, I dont see people in black and white (watch one of the episodes of Grey's Anatomy) hahaha ga nyambung. Seperti yang gw janjikan pada post sebelumnya, gw akan mereview another Star wars movie. Sekarang, gilirannya episode ke 5.

3 tahun setelah film pertama dirilis, keluarlah sekuel nya, yaitu yang Episode ke V. Episode ini dianggap oleh hampir semua orang dan kritikus film serta fanboys2 Star Wars sebagai film terbaik dari keseluruhan installment Star Wars. Dan gw pun setuju, this is definitely my most favorite of them all.

Star Wars: Episode V - The Empire Strikes Back (1980), sama seperti judulnya berintikan revenge dari Empire yang pada film sebelumnya Death Star nya diancurin. Diceritakan bahwa Empire yang sekarang sepenuhnya dipimpin oleh Darth Vader berusaha untuk mencari markas Rebellions dan menuntut balas atas kekalahan mereka di film pertama.

Di tengah2 masa revenge dari Empire, Luke Skywalker (Mark Hamill) terpaksa memisahkan diri dari temen2 pemberontak nya serta Han Solo (Harrison Ford) dan Leia (Carrie Fisher) untuk mencari Jedi master bernama Yoda untuk belajar menjadi Jedi. Pada awalnya, Yoda menolak mengajar Luke, tapi karena keinginan kuat Luke dan bujukan dari 'arwah' Obi-Wan, Yoda pun akhirnya mau.

Unfortunately, di masa2 training Luke menjadi Jedi master, Han dan Leia 'kucing-kucingan' dengan Empire yang membuat mereka terpaksa meminta bantuan Lando Calrissian (Billy Dee Williams), teman lama Han untuk bersembunyi sementara waktu. Tapi sayangnya, ternyata Darth Vader menemukan mereka dan menggunakan mereka untuk menjadi umpan dalam menangkap Luke. Sebenernya kenapa Darth Vader menginginkan Luke? You'll have to figure it out for yourself.

Dibandingkan dengan film sebelumnya, cerita di Episode ke V ini lebih kelam, kompleks dan belibet. Tapi itu ga ngebuat gw dan mungkin semua penonton jadi bingung, tapi bahkan jadi lebih seru dan menegangkan nontonnya. Dari segi cerita nya, film ini bener2 bernilai plus. Jalinan cerita nya yang dibagibagi menjadi petualangan Han dan Leia, training Luke serta kepemimpinan Darth Vader digulir secara menarik. Dalam film pertama, Eps IV, mungkin memang udah di set sebagai 'perkenalan' ke dalam dunia Star Wars, jadi dalam Eps V ini bener2 cerita nya diperdalem dari mulai interest Darth Vader ke Luke, sampe hubungan antara Han dan Leia.

Dalam film ini, porsi Darth Vader sebagai penguasa bener2 terlihat. Kekejamannya serta sikap otoriter nya pun terasa kental di film ini. Bisa dibilang Darth Vader baru menjadi icon Star Wars sebenernya dari film ini. Dia lebih banyak bergerak dan berstrategi, mungkin dikarenakan Death Star hancur dan membuat pemimpin serta beberapa orang dari Empire mati, jadi Darth Vader lah yang sekarang pegang kendali.

Di film ini banyak banget munculnya iconic moments atau pun iconic figures yang membuat Star Wars menjadi lebih memorable. Contohnya adalah, the one and only, Yoda. Master Jedi kecil berwarna hijau ini bener2 iconic banget dengan Star Wars. Struktur kata dalam ucapannya pun menjadi ciri khas nya. Selain itu, ada juga Imperial Walkers yang mungkin sama seperti penggunaan Mammoth di Lord of the Rings: Return of the King.

Belom lagi saat Leia mengucapkan 'I love you' ke Han, serta Han membalas dengan kata2 'I know', adegan tersebut disinyalir ga ada di script, tapi ternyata karena kata2nya itulah membuat adegan itu menjadi lebih romantis dan bener2 menunjukkan sifat dari Han Solo. Dan juga one of the most shocking revelations in movie history serta twist yang ga ter duga2 (di masa itu, sekarang sih udah jadi rahasia umum hahaha) tentang hubungan Darth Vader dengan Luke ditampilkan dalam sebuah adegan dan dialog yang sangat legendaris.

Cerita nya masih dibuat oleh George Lucas, tetapi kursi sutradara diambil alih oleh Irvin Kershner. Kudos buat mereka berdua karena telah membuat film terbaik dari saga Star Wars.

In conclusion: seperti yang gw bilang diatas, film ini memang film Star Wars terbaik diantara 3 trilogi original nya (okay, lets just forget the new ones, jauuuh standardnya). Untuk lo yang baru nonton Star Wars eps IV, lo pasti akan suka sama Eps. V karena memang ceritanya melanjutkan film pertama tetapi dengan cerita yang lebih seru. Film ini juga melahirkan banyak adegan2 serta tokoh2 yang menghidupkan Star Wars. Jadi bener2 bisa dibilang Eps V adalah film sakral dalam dunia per-Star Wars-an hahahaha oke itu lebay.

Rating: 9.1/10