Sunday, June 16, 2013

REVIEW: Man of Steel (2013)

Setelah Marvel Comics menguasai tangga box office lewat film-film adaptasi komiknya di dekade 2000 bahkan hingga sekarang, rasanya DC Comics tak bisa tinggal diam. Ksatria Malam, Batman, berhasil dibangkitkan lagi dengan suksesnya lewat arahan Christopher Nolan. Bryan Singer, sutradara yang practically memulai monopoli film Marvel lewat X-Men (2000), sempat 'berkhianat' dan membuat Superman Returns (2006) dengan sambutan yang bisa dibilang tidak begitu wah. Di sela-sela itu, Watchmen (2009) terasa begitu divisive, sedangkan Jonah Hex (2010) dan Green Lantern (2011) nge-bomb di pasaran. Instead of reviving new superheroes, DC memutuskan untuk kembali menghidupkan superhero paling terkenal di dunia, Superman.

Mungkin melihat kesuksesan Nolan dalam menghadirkan sajian yang kelam dan lebih dewasa pada film-film Batman-nya lah yang membuat mengapa DC dan Warner Bros merasa bahwa Superman juga perlu diberi approach yang serupa. Tak hanya membawa sutradara dan penulis The Dark Knight, Christopher Nolan dan David S Goyer, tetapi me-recruit Zack Snyder sebagai sutradara. Snyder sebelumnya dikenal dengan film-film stylized kelam macam 300 (2006) serta Watchmen (2009). Bahkan mereka memutuskan untuk memberi judul Man of Steel untuk kesan yang lebih edgy. Man of Steel akan berfokus pada kisah origin dari sang manusia baja itu sendiri. Nun jauh di planet bernama Krypton, Jor-El (Russel Crowe) dan istrinya Lara (Ayelet Zurer) harus mengirim anaknya yang baru lahir ke planet lain karena planet mereka sendiri dalam ambang kehancuran. Saat itu juga, General Zod (Michael Shannon) melaksanakan kudeta di pemerintahan Krypton, yang mengakibatkan dirinya dan antek-anteknya diasingkan ke Phantom Zone. Sang bayi, Kal-El, akhirnya mendarat di bumi dan ditemukan serta diasuh oleh Jonathan dan Martha Kent (Kevin Costner and Diane Lane). Mereka menamakan sang anak, Clark Kent. Dengan kekuatan yang diatas manusia normal, Clark Kent dewasa (Henry Cavill) menemukan dirinya bekerja serabutan dan berpindah-pindah untuk menutupi identitasnya. Kekuatannya tersebut menjadi semacam urban legend yang membuat Lois Lane (Amy Adams), reporter koran Daily Planet, yang juga sempat ia selamatkan, tertarik untuk mengangkat kisahnya. Di tengah pencarian jati diri dan identitas tersebut, ternyata General Zod kembali hadir untuk memburu Clark dan hendak merebut bumi untuk menjadikan fondasi untuk Krypton yang baru.

Man of Steel adalah salah satu film-film yang paling saya tunggu kehadirannya. And well, I've been back and forth thinking on whether I like this film or not. Begitu banyak hal yang sangat sangat saya kagumi, tetapi saya juga tidak bisa mengesampingkan beberapa flaws yang agak mengganggu. Pertama-tama, saya beri applause untuk Goyer (dan Nolan) yang dengan berani menyajikan cerita dengan gaya non-linear. Dalam film ini kita akan dibawa bolak-balik dari kegalauan dan alienation yang dirasakan oleh Clark Kent kecil tentang dirinya yang 'berbeda' dari teman-teman sebayanya (not to mention his super powers, d'oh) serta Clark dewasa yang akhirnya secara perlahan menemukan jati dirinya. Bagi saya dengan gaya penceritaan seperti ini membuat pengembangan karakter seorang Kal-El aka Clark Kent dari kecil hingga dewasa serta menjadi lebih make sense dan menarik. Film ini sepertinya ingin mengingatkan kita bahwa Superman, Clark Kent, adalah seorang 'alien'. Tentunya teman-temannya akan merasa dirinya aneh karena ia memang 'berbeda'. Dan menjadi seorang 'alien' dengan kekuatan super juga menjadi hal yang pastinya ditakuti oleh masyarakat. Hal tersebut juga secara tidak langsung memberikan ruang nostalgia menyentuh bagi karakter Pa and Ma Kent. Keduanya benar-benar memiliki andil besar terhadap moralitas dan generosity yang kelak dimiliki oleh Clark. Beberapa interaksi antara Jonathan dan Martha Kent dengan Clark menjadi salah satu highlight tearjerking yang berhasil menarik simpati *wipes tears.

Begitu pula dengan bagaimana mereka juga memutuskan untuk lebih mengeksplor backstory tentang hancurnya planet Krypton serta dinamika kehidupan di dalamnya. Membuat karakter Jor-El tak hanya menjadi hologram kepala saja, tetapi juga menjadi jembatan kisah Krypton, lebih involve terhadap self-discovery Clark bahkan membantu di saat-saat kritis. Visi Snyder dalam menghadirkan Krypton juga bagi saya sudah cukup menarik. Knowing Snyder, adegan aksi yang dihadirkan dalam film ini juga sudah wow. Ada beberapa momen-momen Terrence Malick-y dengan shot-shot nature nya, dan adegan terbang yang, harus diakui, memang begitu breathtaking. Jadi apa yang membuat saya agak kurang klik dengan Man of Steel? It seems that they really hit all the rights spots for this movie, no?. But....they took it too far. 'Oh, keren nih mereka nyeritain detik-detik kehancuran Krypton, peluncuran Kal-El dan kudeta si General Zod!' But they did it for almost 30 minutes. 'Oh my, terharu gw sama bokap nyokap nya Clark...' Okay I'm moved and touched, next! 'Woow keren banget nih action-nya, bombastis!' Errr...was it suppose to end right about now? I love the story, the touchy parenting scenes, the dramatic self-discovery, the majestic crumbling Krypton, the awesome booms. Tetapi ya itu tadi, kok terasa terlalu dipanjang-panjangin ya. Durasi yang mencapai 2 jam 20 menit jadi terasa agak terlalu bertele-tele di beberapa scene. Lucunya lagi, dengan alur yang sebenarnya fast-paced ini, banyak beberapa pergantian dari satu scene ke scene yang lain terasa agak kasar dan terlalu jumpy. It feels a bit scattered. Hal tersebut membuat Man of Steel agak kurang seimbang dalam penyajiannya. Don't get me started with some of the plot holes....

Lalu bagaimana dengan sang Superman sendiri? Saya masih teringat dahulu bahwa Henry Cavill adalah aktor yang selalu gagal mendapatkan peran-peran besar. Tahukah anda bahwa Cavill sempat diperbincangkan untuk memerankan Cedric Diggory di seri ke-4 Harry Potter dan Edward Cullen di Twilight? Lucunya, kedua peran direbut oleh Robert Pattinson. Cavill juga hampir mendapat peran James Bond sebelum diraih oleh Daniel Craig, bahkan ia adalah pilihan pertama untuk menjadi Superman dalam proyek Superman di tahun 2006 silam. Well, now he got it. Secara fisik mungkin Cavill memang sudah memiliki tubuh yang fit untuk menjadi seorang yang 'super'. Roman-roman mukanya juga sebenarnya sudah mirip-mirip dengan Brandon Routh ataupun Christopher Reeve, walaupun agak kasar. Sayangnya, dalam Man of Steel, Cavill tidak begitu berkesan bagi saya. Not really bad, tapi sepertinya kurang diberikan kesempatan untuk mengeluarkan emosinya dan belum sempat diberi peran sang geeky Clark. Amy Adams, on the other hand, memberikan sentuhan yang lebih kuat dan tangguh untuk karakter Lois Lane. Walaupun chemistry antara Clark dan Lois masih kurang ter-developed dengan convincing. Saya juga merasa Michael Shannon sudah cukup baik memerankan General Zod. Mungkin agak kurang sangar sih (jika dibandingkan dengan Terrence Stamp di film Superman II), mungkin karena dibayang-bayangi oleh aksi tangan kanannya, Faora (Antje Traue) yang lebih mencuri perhatian. Sedangkan karakter Perry White (Laurence Fishburne) dan Jimmy, eh Jenny Olsen melempem disini. Mungkin disimpan untuk sekuelnya?

Mungkin Man of Steel tidak berujung seperti yang saya harapkan. Film ini memang menghadirkan beberapa adegan yang visually stunning, aksi yang breathtaking serta touching dramatic moments. Walaupun... terasa terlalu excessive. Selain karakter Kent(s), tak begitu ada character development yang berarti. Tetapi saya rasa film ini masih (sangat) menghibur. Snyder and co actually did pretty good job here, even there are moments of self-indulgence. Saya suka dengan gaya cerita yang non-linear, menjadikan karakter Superman terkesan lebih vulnerable dan alienated. Ya, ini film yang sedikit terlalu ambisius. Ya, film ini memiliki kelemahan. Tetapi masih banyak kelebihan-kelebihan yang cukup dapat dinikmati dalam film ini. Tak bisa dipungkiri bahwa dengan treatment seperti ini, sepertinya Superman era baru memang dipersiapkan untuk menghasilkan beberapa sekuel. Dan bagi saya, Man of Steel sudah cukup berhasil memberikan fondasi yang kuat untuk meneruskan kisah karakter ikonik tersebut. Sequel? Bring it on!
________________________________________________________________________________

Man of Steel (2013) | United States | 143 minutes | Action, Adventure, Fantasy, Sci-Fi | Rated PG-13 for intense sequences of sci-fi violence, action and destruction, and for some language | Cast: Henry Cavill, Amy Adams, Michael Shannon, Kevin Costner, Diane Lane, Laurence Fishburne, Russell Crowe, Antje Traue, Ayelet Zurer, Harry Lennix, Christopher Meloni, Richard Schiff | Written by: David S. Goyer | Directed by: Zack Snyder

5 comments:

  1. A very comprehensive and detailed review!
    Bener banget sih, beberapa bagian terasa meloncat-loncat dan kepanjangan, (and the ending was a bit terrible too, I think)
    Tapi adegan scifi jdar-jder-nya Snyder dan adegan dramatisnya really shut my mouth up, haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks Bar :) well.. emang banyak kok adegan yg keren, tapi gak sedikit jg yg kerasa agak kelamaan haha

      Delete
  2. Setelah baca ini...sy jadi yakin untuk nunggu di DVD aja deh ;)
    lagian dah ilang juga nafsu nntn superhero

    ReplyDelete
    Replies
    1. it's not that bad actually :p but yeaah, not that wajib-nonton either haha

      Delete
  3. kurang mengesankan, masih lebih bagus FILM SNITCH, alur ceritanya bagus dan lebih menegangkan.
    bravo DWAYNE JOHNSON

    ReplyDelete