Friday, November 26, 2010

Review: Frozen (2010)

Plot: Sekelompok anak muda, Dan (Kevin Zegers) bersama teman dekatnya Joe (Shawn Ashmore) dan pacarnya, Parker (Emma Bell) bermaksud untuk menghabiskan weekendnya bermain ski. Karena tidak mau (atau tidak mampu) membeli tiket lift ski yang mahal, mereka mencoba untuk mem-bribe sang petugas untuk dapat masuk gratis. Setelah berhasil dan melewati seharian dengan bermain ski, Dan dan John ternyata masih belum puas. Malamnya, mereka bermaksud untuk meluncur sekali lagi. Akibat cuaca dan waktu yang sudah hampir larut malam, awalnya petugas lift tidak membiarkan mereka naik, tetapi setelah kembali dibujuk akhirnya sang petugas (lagi-lagi) membiarkan mereka. Sang petugas tersebut tiba-tiba dipanggil oleh atasannya dan menyuruh rekannya menggantikannya dan menunggu 3 orang lagi untuk turun. Sialnya, ada sekelompok 3 orang lain yang rekannya kira sebagai orang yang ditunggu. Atas kesalahpahaman itulah, lift yang sedang berjalan diberhentikan dan meninggalkan Dan, John dan Parker stuck dalam lift, kedinginan dan tanpa adanya orang yang tau mereka disana.

Review: Sebuah film indie yang ditulis dan disutradarai oleh Adam Green ini memang memiliki premis yang sederhana. Bahkan melihat sinopsisnya, walaupun intriguing, gw merasa sanksi apa yang akan dibawa film ini dengan setting yang hanya di situ-situ saja. Karakter antagonisnya pun tidak ada (well if you exclude wolves though). Ide survival dari film ini memang terdengar fresh, tapi gw juga bertanya-tanya akankah film ini jatuhnya terlalu slow-paced melihat dari ide cerita nya yang terasa sangat sederhana. Tiga orang, terperangkap, chairlift. It's simple. Dan dari situ pun apa yang gw pikirkan sepertinya susah untuk menggali lebih dalam cerita dari premis yang simple itu. Well, setelah melihat film ini, ternyata hasilnya lebih dari apa yang gw harapkan.

Frozen memang sebuah film yang termasuk klise. Oke, film ini memang membuat gw sedikit lebih takut atau berhati-hati kalo suatu hari ntar gw bisa pergi main ski. Tapi unsur klise dimana kesialan demi kesialan dan kebetulan yang menimpa ketiga tokoh utama ini membuat gw tidak begitu terpengaruh dengan fear of skiing yang ingin diangkat film ini. In other words, jika Frozen memang ingin membuat orang-orang trauma dengan pergi bermain ski, sepertinya kurang begitu berhasil, for me at least. Beberapa dialog-dialog pada adegan-adegan awal juga terdengar begitu dipaksakan. Dan sedikit heran aja Dan membiarkan pacarnya 'sell-out' untuk hanya mendapat tiket gratis. What a bad boyfriend.

Jadi apakah Frozen film yang buruk? Just another crappy film that tries too hard? Nope. Memang Frozen bagi gw tidak begitu memberi dampak traumatis yang signifikan, tapi Frozen masih bisa dibilang 'menghibur' dengan artian bahwa film ini berhasil menghadirkan scene-scene yang menegangkan satu demi satu. Ketika kita menyaksikan trio ini mulai stuck dalam chairlift, suasa ketegangan sudah terasa. Untungnya lagi, suasana ketegangan itu tidak dibuat membosankan seiring film ini berjalan. Sebuah keputusan dilematis apakah mereka harus berdiam diri yang berdampak frozen to death atau harus melakukan sesuatu yang bahkan memiliki konsekuensi yang bisa dibilang sama-sama berbahaya dipertunjukkan dengan sangat baik. Selain menegangkan, karakter dalam film ini juga diberi suatu kesempatan untuk diperdalam kisahnya, walaupuh hanya sang tokoh Joe saja. But at least it makes the film has more emotional touch.

Permainan akting trio utama film ini juga tidak ecek-ecek. Kevin Zeger yang dulu kita kenal sebagai the boy who played in Air Bud menampilkan akting yang bisa dibilang baik. Begitu pula Shawn Ashmore yang berperan sebagai Joe. Sekedar fun fact, Ashmore adalah pemeran Bobby Drake aka Iceman dalam trilogi X-Men. Emma Bell mungkin memang sedikit annoying di awal, tapi lama kelamaan, tokoh ini jadi lebih terasa realistis dan mampu menarik simpati. SPOILER Ketika mereka mulai menyadari bahwa bukan hanya cuaca saja lah yang menjadi musuh mereka, tetapi juga sekumpulan serigala, me
nambah intens keseruan film ini jadi meningkat. Scene dimana salah satu karakter dihadapkan oleh sekelompok serigala lapar menurut gw adalah klimaks film ini dimana dalam adegan itu benar-benar terasa horror yang mereka alami sekaligus menyayat hati.

Dalam urusan teknis, agak sedikit disayangkan sinematografi yang ditawarkan tidak begitu indah. Shot-shot yang diambil tidak sebagus yang gw harapkan, padahal melihat lokasinya yang memang sedikit dull, menurut gw masih bisa dipercantik lagi. Hal yang juga membantu ketegangan film ini adalah alunan score yang pas dengan atmosfir film ini. Ada bagian-bagian yang memacu adrenalin sampai musik yang membuat kita memberi harapan terhadap cerita survival mereka. Ada bagian gore sedikit sih dalam film ini, tapi kok terasa sedikit fake ya. Tapi scene yang menjelang akhir juga lumayan 'menyeramkan' sih.

Despite of its weaknesses, Frozen gave me one of the most thrilling -yet emotional- sequence I've seen this year. Frozen bukanlah sebuah film sempurna, let alone masterpiece, masih banyak hal-hal yang sepertinya kurang dan tanggung. Sangat disayangkan memang, seharusnya jika dibuat lebih serius lagi, Frozen dapat menjadi film yang lebih seru. But then again, dari kekurangan2nya, gw masih tetap puas menonton ini. Frozen telah memberikan suatu tontonan yang seru dan menegangkan, serta tidak membosankan. Suatu kejutan dimana dengan premis sesederhana ini, mampu dibuat lebih dari bayangan gw sebelumnya. Overall, Frozen is a pretty enjoyable movie, recommended.

(***1/2)

Anchor Bay Films
Cast: Kevin Zegers, Shawn Ashmore, Emma Bell
Written and directed by: Adam Green

No comments:

Post a Comment