Monday, June 13, 2011

Quick Reviews pt. 3: Horrors and comedies in the early of 2011

Di tahun lalu, dengan banyaknya early preview yang membuat ngiler untuk film-film 2011, tidak pernah akan menyangka bahwa kasus pajak yang menimpa dunia perbioskopan Indonesia membuat tahun ini menjadi sangat sangat sangat gersang oleh film. Beberapa film-film awal tahun (trimester awal) yang walaupun tidak seheboh Summer tapi kadang terbukti mampu melahirkan film-film berkualitas (ehm contohnya adalah Zodiac di tahun 2007 dan tahun lalu ada How to Train Your Dragon). Tahun ini terbukti juga dengan hadirnya Source Code yang bagai oasis di tengah minimnya film Hollywood di Indonesia. Film-film dibawah ini adalah 4 film yang sepertinya sangat berpotensi masuk bioskop Indonesia awal tahun lalu, mengingat genre yang dibawakannya (horror dan comedy) adalah genre yang sepertinya sangat mudah mendulang sukses. Salah satu film ini sudah berhasil melewati rintangan dan akhirnya rilis juga (Scre4m) yang satu masih menunggu (Insidious), yang lain (Paul dan Rio), well... sudah tersedia dalam bentuk yang lebih fleksibel (baca: dvd dan download-an).


Insidious (dir. James Wan, 2011)
Review: Entah mungkin gw udah terlewat kebal atau gimana *sok*, jarang banget lho ada film horror yang membuat gw terkencing-kencing dan teriak-teriak hingga membuat gw mimpi buruk. Dan really sad to say, Insidious terpaksa harus gw masukkan ke salah satu diantaranya. Satu keluarga harus berurusan dengan kejadian-kejadian aneh yang menimpa anaknya setelah mereka pindah ke rumah baru. Klasik. Honestly, Insidious menawarkan sejumlah jump-scare yang cukup membuat gw terkejut bukan main. But I didn't really buy the whole idea. Mungkin otak gw yang terlalu mainstream yang mengakibatkan gw tidak begitu suka dengan attempt penulis dan sutradaranya untuk menghadirkan sesuatu yang fresh di genre ini. Menurut gw kok effortnya terasa kurang pas di hati. Tapi gw beri applause dengan upaya mereka menakut-nakuti penontonnya yang most of the times sangat berhasil. Tidak perlu gory-gory-an, Insidious memberikan atmosfir horror yang kental dengan asumsi, suara dan dialog. Serta, setia dengan pakem sebuah film horror sejati, film ini memiliki ending yang cukup mengejutkan dan tentu saja ada twist di dalamnya. Pas lah. Long story short, Insidious memang efektif menaikan tensi ketegangan, tapi secara overall, kok gw merasa film ini gak sebagus yang orang bilang ya? Overhyped? (***)


Paul (dir. Greg Mottola, 2011)
Review: Semenjak diberitakan tahun lalu, "Paul" sebenarnya sudah menjadi salah satu film yang paling gw tunggu-tunggu kedatangannya di tahun ini. Alasannya? Tentu saja kolaborasi unik antara Simon Pegg dan Nick Frost yang hilarious, melihat repertoire lainnya: Shaun of the Dead dan Hot Fuzz. Bercerita tentang 2 sahabat asal Inggris yang terbang beratus-ratus mil ke daratan Amerika untuk mendatangi surganya para nerds; Comic-Con Festival . Along the way, mereka bertemu dengan sesosok alien bernama Paul (Seth Rogen), alien gaul yang ingin kembali pulang ke planet asalnya setelah selama ini dijadikan 'prisoner'. Secara garis besar, Paul memanglah sebuah komedi yang cukup menghibur. Tetapi dibandingkan 2 film Pegg/Frost lainnya, Paul jauh lebih hambar. Ketika diberdirikan sendiri pun, Paul juga tidak sukses-sukses amat dalam usahanya membuat gw tertawa terpingkal-pingkal. Yes, it has its hilarious laugh-out-loud moments, tapi jumlahnya tidak begitu banyak. Tetapi kemunculan beberapa aktor dan aktris, let's say Jason Bateman, Jane Lynch, hingga sang cameo 'kejutan' di ending membuat film ini jadi lebih asik dinikmati. Seru melihat referensi joke tentang pop culture, nerd culture hingga clash antara US vs. UK yang dihantarkan dalam film ini. Memang tidak sepenuhnya menarik, tapi Paul tetaplah sebuah hiburan yang pas ketika santai sejenak. (***1/2)


Scre4m (dir. Wes Craven, 2011)
Review: Trilogi Scream yang bermula di pertengahan dekade 90an menurut gw adalah sebuah pionir. Scream, arahan Wes Craven, adalah benchmark dalam teen slasher resurrection yang kemudian mulai menjamur di era tersebut. Scream 4 atau mungkin gaulnya, Scre4m, memiliki jalan cerita yang sama dengan pendahulu2nya. Beberapa original cast turut kembali dalam film ini menemani para newbies, seperti Emma Roberts, Hayden Pannetiere dll. Scream selalu dikenang dengan opening sequence nya yang fenomenal, yang mengenalkan kita pada tone film ini from the very first minute. And fortunately, it got better by the minute. Pada installmen yang ke-4, opening film ini menurut gw highlight of the movie. Gory, cerdas dan jenaka. Tapi sayangnya, seiring berjalannya film, Scre4m gagal memberikan thrill menegangkan, yang mungkin gara-gara faktor we've-seen-that-before. Masih penuh kebodohan dan darah, di beberapa bagian Scre4m tetap mengasyikan untuk ditonton. Endingnya yang..... well, sangat unpredictable buat gw (& sepertinya memang relevant untuk generasi kita sekarang) membuat Scre4m tidak mengecewakan2 banget, walau kalah jauh dengan predecessornya. Mengutip kata-kata Sidney dalam film ini, '..don't fuck with the original!!' (***)


Rio (dir. Carlos Saldanha, 2011)
Review: Jesse Eisenberg dan Anne Hathaway dalam satu screen? Sayangnya hanya suara mereka saja yang bertemu. Mereka berdua mengisi suara tokoh burung Macaw biru yang terancam punah dan harus mengembalikan kembali ke-eksistensi-an mereka sebelum rintangan pemburu liar menghadang. Rio berpotensi memiliki opening terbaik sepanjang tahun 2011 ini (bersanding dengan Scre4m. Gw sukaa banget sama permainan warna yang meriah dengan animasi burung-burung berterbangan kesana kemari plus alunan musik yang khas dan sepertinya sulit untuk tidak berdendang bersama (jangan lupa kehadiran suara Jamie Foxx dan will.i.am yang sepertinya dimanfaatkan mengisi soundtracknya juga). Overall, Rio memang masih kalah dibanding animasi Pixar ataupun Dreamworks, bahkan juga pendahulunya, Ice Age. Rio itu masih tanggung, lucu iya tapi gak kocak-kocak amet. Mengharukan juga tapi kok gak pernah ada klimaksnya yang bikin terenyuh. Dibalik itu semua, Rio masih bisa menghibur pangsa penontonnya dengan tontonan segar dan cukup menghibur. Memang targetnya bukan untuk film serius kok. Merujuk pada sasaran tersebut, Rio cukup berhasil dalam usahanya. (***)

3 comments:

  1. Scre4m lebih tepat masuk horror komedi haha

    ReplyDelete
  2. Iya gue merasa itu insidious sama scream4 agak overrated aja.(padahal blm nonton 2-2nya)
    Dan kayaknya ga ngerasa rugi sama 3bulan pertama thn2011 tanpa film luar, karna film2 dr jan-mar yg udah gw donlot kebanyakan biasa semua. Hmmm namanya jg musim2 awal sih ya.

    ReplyDelete
  3. @movfreak: hahaha iya sih bener juga isinya banyak lawak2annya

    @daniel: Insidious iya, Scre4m biasa aja sih hehe bener, taun ini gak sekuat taun2 kemaren film di awal taunnya

    ReplyDelete