Saturday, December 17, 2011

Review: Martha Marcy May Marlene (2011)

Plot: Lucy (Sarah Paulson) tiba-tiba dikagetkan dengan sebuah panggilan telepon yang berasal dari adiknya, Martha (Elizabeth Olsen) yang selama 2 tahun ini telah memutus hubungan dengan keluarganya. Khawatir, Lucy kemudian menemukan darimana asal telepon tersebut dan berhasil menjemput Martha yang kemudian diizinkan untuk tinggal sementara waktu bersama Lucy dan suami nya, Ted (Hugh Dancy). Secara sekilas, Martha tampak sehat-sehat saja, tetapi yang Lucy tidak tahu adalah Martha ternyata tengah dalam proses melarikan diri dari sebuah cult yang abusive di bawah pimpinan Patrick (John Hawkes). Keadaan diperburuk ketika Martha mengalami disorientasi waktu dan paranoid terhadap keadaan sekelilingnya.

Review: Bagaimana ya rasanya menjadi saudara kandung seorang bintang terkenal? Apalagi kalau bintang terkenal tersebut telah memiliki 'nama' dari kecil. Adalah Elizabeth Olsen yang gw maksud. Selama ini, sebagai klan 'Olsen', Elizabeth jelas kurang begitu dikenal dan bahkan lebih sering dipanggil dengan julukkan 'the other Olsen'. Hal tersebut adalah sebuah konsekuensi dimana kedua kakaknya sudah jauh lebih terkenal dari dirinya, bahkan ketika mereka masih sangat dini. Siapa lagi kalau bukan Mary-Kate dan Ashley Olsen yang (CMIIW) pernah didaulat sebagai orang kembar terkaya di dunia berkat film dan berbagai brand fashion serta gimmick2 lainnya. Sebagai 'the other Olsen', seperti nya sudah saatnya bagi Elizabeth menunjukkan bakatnya dalam dunia entertainment. Mengikuti jejak kakak2nya, Elizabeth yang sebelumnya sering beraktin dalam beberapa pertunjukkan teater, kemudian memulai debutnya dalam sebuah film independent yang beberapa bulan ini gencar dibicarakan. Berjudul Martha Marcy May Marlene, film ini juga menjadi debutan sang sutradara, Sean Durkin yang juga turut menulis screenplay nya.

MMMM ini berfokus pada cerita seorang Martha, yang selama ini telah MIA (missing in action) dari keluarganya hingga setelah 2 tahun ia secara mengejutkan menghubungi kakaknya dengan nada yang mengkhawatirkan. Film ini beralur loncat-loncat yang mengisahkan tentang masa sekarang (ketika Martha telah "diselamatkan" dan tinggal oleh kakaknya) dan masa lalu nya dimana Martha masih tinggal bersama Patrick dan sekte nya itu. Walaupun dengan alur loncat-loncat kayak gitu, film ini gak begitu musingin. Ya setidaknya jelas lah bagi penonton yang mana yang present yang mana yang past. Dengan atmosphere yang terasa begitu gelap, MMMM kemudian memaparkan bagaimana kehidupan Martha post-cult. Patrick, selaku ketua cult tersebut, 'mengubah' nama Martha sebagai Marcy May dengan tujuan (mungkin) agar Martha melupakan kehidup sebelumnya, hence the title. Dengan berbagai tindakan yang dilakukan terhadap Martha di persekutuan tersebut (rape, forced to shoot animals, etc), sepertinya memang sudah seharusnya Martha pergi untuk melarikan diri. Tetapi dengan niat untuk menghindari Patrick dkk, Martha malah sering mengalami bayangan-bayangan yang ia kira sebagai Patrick dkk yang telah menemukannya dan ingin menangkapnya.

Begitu banyak ambiguitas dalam film ini, karena memang film ini berfokus pada state of mind yang dialami oleh Martha. Berkat pengalamannya tinggal dalam sebuah cult yang sedikit 'abusive' serta fakta bahwa Martha telah melarikan diri membuat dirinya dihantui oleh bayangan-bayangan orang-orang di cult tersebut datang untuk mencarinya. Pertanyaannya adalah apakah Martha hanya membayangkan? Atau memang orang-orang dari cult itu sudah menyusup di sekitarnya? MAY CONTAIN SPOILER BEYOND THIS POINT. Hingga akhir pun kita tidak diberikan sebuah jawaban tentang hal tersebut, dimana ending film ini terasa begitu tanggung dalam bercerita. Ending ambigu tersebut sebenarnya membuat pusing dan sedikit jengkel karena kita tidak diberikan sebuah revelation, sekecil apapun. Setidaknya karakter Lucy dan Ted tahu lah tentang kenyataan dibalik perilaku aneh Martha. Tetapi tidak. Yah setidaknya ending tersebut cukup mempertegas bagaimana hidup seorang yang paranoid dan merasa selalu dikejar-kejar. SPOILER ENDS. Mungkin ada satu hal yang agak mengganjal di film ini, yaitu tingkat "penyiksaan" yang dialami oleh Martha kok terasa kurang begitu "kejam" ya? Maksudnya untuk membuatnya takut akan sosok Patrick serta jadi paranoid, atau at least takut untuk memberitahukan kenyataan pada kakaknya. But I've never been abused (thank God) so I don't really know how it feels.

Sebagai sebuah debut, Elizabeth Olsen sepertinya memang ingin 'menampar' anggapan bahwa ia hanya aji mumpung dibalik nama besar kakaknya. Elizabeth berakting total disini. Tidak tanggung-tanggung, ia sampai rela topless dan memamerkan tubuh polosnya. Acting-wise, bisa dibilang bahwa Elizabeth Olsen menjadi salah satu pendatang baru terbaik tahun ini. John Hawkes, on the other hand, walaupun masih mirip dengan perannya di Winter's Bone tahun lalu, Hawkes telah cukup baik menggambarkan sebuah pempimpin yang disegani, dingin dan berkharisma. Karakter yang ia perankan memang sulit untuk dimainkan, karena salah-salah jadinya bisa gak believable bahwa sekelompok orang mau begitu saja mengikuti aturan-aturannya. Serta setelah menunjukkan keahilannya bernyanyi dan bermain gitar lewat 'Marcy's Song', terasa banget aura kharisma nya untuk membuat Martha memberikan afeksi terhadapnya. Sarah Paulson yang berperan sebagai kakak Martha, Lucy, terlihat familiar sebenarnya, tapi lupa pernah nntn dia dimana. She and Hugh Dancy (her husband, Ted) both played the characters also really well.

Overview: Martha Marcy May Marlene terasa sangat baik menggambarkan keadaan seseorang yang delusional dan paranoid. Thanks to Elizabeth Olsen's marvelous acting, film ini jadi memiliki nyawa. Beralur dengan timeline yang tumpang tindih, Sean Durkin menulis dan menyutradarai film ini menjadi mudah dapat diikuti tanpa harus bingung terhadap settingnya. Bagi sebagian orang, atmosfir gelapnya mungkin terlalu dark, tetapi menurut gw sih pas-pas aja. Kesunyian serta atmosfir gelap tadi malah membuat sebuah ketegangan tersendiri. Walaupun gw memiliki sedikit masalah dengan beberapa sub-plot dan endingnya yang agak kurang klimaks (jadinya kurang puas), Martha Marcy May Marlene masih menjadi sebuah film dengan studi karakter yang menarik serta memaparkan state of mind seorang dengan keadaan psikologi yang sedang terganggu.

[B]
Martha Marcy May Marlene (2011) | Drama, Thriller | Rated R for disturbing violent and sexual content, nudity and language | Cast: Elizabeth Olsen, John Hawkes, Sarah Paulson, Hugh Dancy, Brady Corbet, Christopher Abbott | Written and directed by: Sean Durkin

5 comments:

  1. Btw nonton dimana bro? nih film belum rilis kan??

    ReplyDelete
  2. kalau di US udah kok, kemungkinan kecil bgt rilis di Indo. Saya nntnnya download :)

    ReplyDelete
  3. Teman saya juga dah bahas filmini...pengen nonton tapi terpaksa tunggu DVD bajakan muncul:(

    ReplyDelete
  4. Endingnya gantung ya? Dibuntuti mobil di belakangnya dan... habis.

    ReplyDelete