
Review: Ketika berita bahwa Martin Scorsese, seorang sutradara yang sudah terkenal lewat film-film 'keras' nya (ex: Taxi Driver, Raging Bull, Goodfellas, hingga The Departed), akan membuat film keluarga, saya cukup kaget serta dibuat penasaran untuk menyaksikan film tersebut. Ditambah lagi, Scorsese akan membuatnya dalam format 3D. Has Scorsese fallen into a cash-grabbing and safe-seeking director? Mungkin saya tidak akan begitu terkejut kalau tau lebih dulu film seperti apakah yang hendak dibuatnya. Film itu berjudul singkat; Hugo. Hugo diadaptasi dari sebuah novel The Invention of Hugo Cabret hasil karangan Brian Selznick yang dirilis tahun 2007 silam. Saya yang kurang familiar dengan kisah novelnya serta tentang apa novel tersebut dibuat lebih memandang Hugo sebelah mata lagi setelah menyaksikan trailernya, yang menurut saya kurang begitu menarik. Ketika film ini dirilis pun, ternyata di luar dugaan saya, Hugo mendapatkan banyak appraise bertubi-tubi dari kritikus. Banyak yang menyebut film ini 'personal bagi Scorsese'. Setelah saya mencari tau tentang film ini, ternyata film ini juga mengangkat tema perfilman. Lebih tepatnya lagi, perfilman Eropa, yang dalam film ini diwakili oleh Georges Méliès. Beliau adalah pesulap/sineas pioneer legendaris asal Perancis yang memberikan banyak kontribusi terhadap perfilman tempo dulu. Film-filmnya antara lain (yang akan dibahas dalam Hugo); Fairyland: A Kingdom of Fairies (1903), The Eclipse: Courtship of the Sun and Moon (1907) hingga A Trip To The Moon (1902).
Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, dari segi tema yang diangkat oleh film ini, Hugo akan mengingatkan kita pada The Artist. Keduanya menggunakan 'love of the movies' sebagai tema. Uniknya, The Artist memakai teknologi yang -boleh saya bilang- primitif, sedangkan Scorsese memanfaatkan teknologi 3D mutakhir untuk filmnya ini. Serta lebih uniknya lagi, The Artist adalah film produksi Perancis yang bercerita tentang perfilman Hollywood, Hugo malah film Hollywood yang diilhami oleh perfilman ( / filmmaker) Perancis. Nah, kalau kita melihat cerita Hugo lebih seksama lagi, perbandingan film ini dengan film nominator Best Picture lainnya, Extremely Loud and Incredibly Close, pun tak ter-elakkan. Hugo, sama seperti Oskar (tokoh utama dalam film Loud & Close), kehilangan sosok ayah yang dekat dengan dirinya. Ayah Hugo, yang diperankan oleh Jude Law disini, memberikan 'wasiat' sebuah robot misterius yang ternyata baru bisa bekerja jikalau ia dapat menemukan sebuah kunci spesial yang ujungnya berbentuk hati. Along the way, ternyata pencarian kunci akan membawanya berkenalan dengan penjaga toko mainan yang dijuluki Papa Georges serta cucunya, Isabelle yang ingin membantunya. Tak lupa juga dengan aksi kucing-kucingan dengan guard stasiun, Inspector Gustave (Sascha Baron Cohen) yang sepertinya seneng banget nangkepin anak-anak yatim ke panti asuhan.

Lalu berbicara mengenai bidang teknisnya, Hugo terlihat begitu indah dalam hal visual. Diawali dengan scenery kota Paris yang didandani dengan visual effect yang cantik, seketika itu kamera akan mengajak kita menelusur hiruk pikuk stasiun hingga menuju karakter Hugo yang bersembunyi di balik jam yang terpampang di dinding stasiun kereta tersebut. Sequence tersebut akan terlihat sangat epik jika kita melihatnya dalam bentuk 3D (alasan saya akan menonton ulang Hugo ketika ia muncul di bioskop tanah air -in 3D). Tanpa efek 3D pun, divisi art direction yang ada dalam film ini begitu segar untuk dipandang. Pancaran warna nya tidak begitu warna-warni norak mencolok, tetapi dengan memberikan sentuhan elegan yang tetap meriah. Settingnya yang artistik, hingga kostum yang menawan, ditambah pula cinematography dan special effect yang tak kalah apik. Kemudian, berbicara mengenai akting, saya paling suka dengan penampilan Chloe Moretz disini yang tampil dengan aksen British meyakinkan. The best performance of the movie. Kurang suka dengan sang titular character, Hugo yang diperankan oleh pendatang baru Asa Butterfield. Tapi gak begitu jadi masalah sih, still watchable. Pendukung-pendukung lain seperti Ben Kingsley, Sascha Baron Cohen, Helen McRory, Emily Mortimer bermain dengan cukup baik.
Overview: Hugo is definitely one of the best films of 2011. Walaupun saya mengakui bahwa saya ada sedikit masalah dengan beberapa dialog, tetapi secara keseluruhan Hugo memiliki cerita dengan alur yang asik untuk dinikmati. Saya suka dengan tema perfilman yang juga diangkat dalam film ini. Dibandingkan film tentang perfilman 'yang satunya lagi itu', saya lebih suka Hugo dalam menggunakan tema tersebut sebagai landasan cerita. Tetapi tak usah ragu kalau memang tidak familiar dengan film-film tersebut, karena saya yang juga masih awam pun tidak terganggu dalam menonton. Anggap lah film ini sebagai film Fantasy (eh memang film Fantasy sih). A very accomplished visual feast and great homage to filmmaking, this personal film of Scorsese might be one of his best, at least this decade :p
Hugo (2011) | Adventure, Drama, Family, Mystery | Rated PG for mild thematic material, some action/peril and smoking | Cast: Asa Butterfield, Ben Kingsley, Chloë Grace Moretz, Sacha Baron Cohen, Ray Winstone, Jude Law, Christopher Lee, Helen McCrory, Michael Stuhlbarg, Emily Mortimer | Written by: John Logan | Directed by: Martin Scorsese
Wah, film drama yak... Untung saya nggak nonton ini.. Hehe...
ReplyDeletekayaknya menarik, masuk ke list untuk aku tonton nih :)
ReplyDelete@fanboy: tapi tetep bagus kok, gak drama2 cengeng gitu :)
ReplyDelete@novi: sangat menarik, baru aja menang 5 Oscar!
Akhirnya sudah coming soon juga di 21cineplex (both 3D and 2D). Harusnya lebih sabar dikit lagi bro. Jangan keburu - buru kyk Simon. huahhaha. Sayang kalo ga nonton 3Dnya. :P
ReplyDeleteCan't wait!
baru aja beres nonton !
ReplyDeletesuka banget , nonton filmnya sama kayak diajak berpetualang sambil nambah pengetahuan ttg perfilman ya !
menurut saya akting Asa Butterfly bagus kok , apalagi pas saat mau ending yang dia kejar-kejaran terus dia nangis dan minta buat ngejelasin ke inspektur , lumayan menyentuh .. :]
@Elbert: haha kayaknya sih kalo ada yg 3D bakal nntn lagi :p
ReplyDelete@Danii: pas bagian akhirnya saya setuju agak membaik, tapi awal2nya kurang suka hehe :) makasih opininya!