Friday, May 4, 2012

Head-to-head: Memories of Murder (2003) & The Chaser (2008)

Selamat datang kembali dalam feature Head-to-head! Pada edisi kali ini, sepertinya sih sama dengan edisi yang sebelumnya, masih bertemakan film thriller. Kalau kemarin adalah film-filmnya Alfred Hitchcock, kali ini saya memilih 2 film dari sutradara yang berbeda, tetapi dari satu negara yang sama: Korea Selatan. No particular reason on picking Korean films actually, even though I've been listening to some Korean music nowadays :p. Lagipula film-film Korea sekarang sudah tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan produksi Hollywood, terutama di genre ini. Dua film yang akan saya bahas adalah Memories of Murder karya sutradara Bong Joonho serta The Chaser dari sutradara Na Hongjin. Sudah sejak lama ingin menonton dua film ini, tetapi akhirnya baru sekarang kesampaian. So here it goes, another round of head-to-head!


First up, we have.....


Memories of Murder - Salinui chueok (2003)
Crime, Drama, Mystery, Thriller | Cast: Song Kang-ho, Kim Sang-kyung, Kim Roe-ha, Song Jae-ho, Byeon Hee-bong, Ko Seo-hie, Park No-shik, Park Hae-il | Screenplay by:  Bong Joon-ho, Shim Sung-bo| Directed by: Bong Joon-ho
Plot: Seorang polisi di sebuah kota kecil di Korea Selatan, Park Doo-man (Song Kang-ho) tiba-tiba harus dihadapkan oleh sebuah kasus besar yang tidak pernah ditemukan sebelumnya, bahkan di negara tersebut. Sejumlah wanita ditemukan dalam keadaan mengenaskan; diperkosa dan dihabisi nyawanya. Dengan kurangnya bukti dan staff yang memadai, Doo-man pun kewalahan. Datangnya polisi bantuan dari Seoul, Seo Tae-Yoon (Kim Sang-kyung) awalnya turut membantu kelancaran kasus ini. Tetapi dengan pembunuhan yang semakin lama semakin sempurna dan tanpa ada jejak, semakin sulit bagi mereka untuk menghentikan sang pembunuh beraksi.

Quick Review: Diangkat dari sebuah stage play, Memories of Murder juga didasari oleh sebuah kasus pembunuhan berantai yang benar-benar terjadi di negeri ginseng tersebut, bahkan pelakunya disebut-sebut sebagai serial killer pertama dari Korea Selatan. Film ini adalah film kedua arahan sutradara Bong Joon-ho. Joon-ho juga dikenal sebagai sutradara film monster, The Host (2007) serta film thriller Mother (2009). Memories of Murder mungkin memang memiliki alur yang lumayan lambat, serta durasi yang tidak pendek juga. Tetapi hal-hal tersebut bagi saya tidak merusak kenikmatan menonton. Malah, saya tidak berhenti-berhenti memfokuskan diri saya untuk menonton setiap detil yang ditampilkan oleh Bong Joonho dalam film ini. Atmosfir mencekam dengan cinematography yang juga begitu cantik menambah pula keasikan film ini. Gambar-gambar yang ditampilkan dalam film ini diatur sedemikian rupa menjadikan film ini terlihat begitu artistik. Walaupun dalam sebagian besar durasi dihabiskan lebih ke arah investigasinya, tetapi Bong Joonho tidak lupa menyisipkan beberapa adegan 'adrenaline rush' yang tertata dengan ritme yang mengalir asik dengan alunan musik yang pas, membuat jantung memacu dengan cepat.

Selain kita disuguhkan dengan misteri demi misteri untuk ikut serta menebak-nebak jawaban kasus ini, film ini juga menampilkan sebuah clash antara cara dua orang polisi berbeda latar belakang ini dalam bekerja. Doo-man, bersama asisten side-kicknya yang hobi menyiksa tersangka, berada pada posisi sebagai seorang polisi 'desa' yang menghadapi kasus luar biasa. Keadaan ini membuat mereka terlihat begitu desperate, hingga harus memalsukan bukti hingga memukuli tersangka untuk memaksakan pengakuan keluar dari mulut mereka. Memang caranya terlihat uncivilized, tetapi saya mungkin mengerti apa yang mereka lakukan. Sedangkan  Tae-yoon sebagai seorang polisi dari kota besar memiliki approach yang lebih document-based. "Documents never lie!", begitu serunya. Perbedaan ini terasa karena mungkin terlihat bahwa niat Doo-man adalah ia berniat untuk mengakhiri 'kejadian' ini apapun caranya untuk mengembalikan ketenangan di kotanya tersebut. Sedangkan Tae-yoon ingin menemukan siapakah pelaku yang telah 'bermain-main' dengan para polisi. Kedua aktor, terutama Song Kangho (sebagai Doo-man), bermain dengan begitu baik disini. Ohya, saya sangat sangat suka shot terakhir film ini. Simpel memang, bahkan masih bisa dibilang ambigu. Tetapi aroma unsettling sangat terasa lewat tatapan mata sang detektif Doo-man (watch it yourself!), membuat saya semakin cinta sama Memories of Murder.


versus......


The Chaser - Chugyeogja (2008)
Crime, Drama, Thriller | Cast: Kim Yoon-seok, Ha Jung-woo, Seo Yeong-hee, Koo Bon-woong, Kim Yoo Jung | Screenplay by:  Na Hong-jin, Lee Shin-ho| Directed by: Na Hong-jin
Plot: Seorang mantan polisi, Eom Joong-ho (Kim Yoon-seok) kini telah beralih profesi sebagai mucikari gadis-gadis panggilan. Dalam keadaan ekonomi yang semakin memburuk, ia mengira hilangnya beberapa 'pekerja' nya adalah karena mereka kabur membawa uangnya. Ia mengirim Mi-jin (Seo Yeong-hee), salah seorang escort-nya, ke seorang customer asing.  Joong ho akhirnya menyadari bahwa customer tersebut, yang belakangan diketahui bernama Je Yeong-min (Ha Jung-woo), ternyata orang yang sama yang pernah menyewa gadis-gadis panggilannya yang hilang dahulu. Joongho berasumsi bahwa Yeongmin telah menjual gadis-gadis tersebut. Yang tidak diketahui Joongha, Yeongmin ternyata adalah seorang psycopathic killer yang tengah beraksi untuk menghabisi Mijin.

Quick Review: The Chaser memiliki alur cerita yang menurut saya agak berbeda dengan beberapa film thriller lainnya. Kita sudah diperkenalkan dengan peran antagonisnya di awal-awal film ini. Bahkan sang karakter utama sudah berhasil menangkap dan membawa sang penjahat ke polisi. Hmm, agak spoiler: bahkan sang pelaku dengan sukarela juga mengakui perbuatannya. So what's left for this film to show us? Usaha para polisi untuk menguak kebenaran pengakuan Yeongmin hingga mencari-cari bukti konkrit agar Yeongmin bisa ditahan dan didakwa. Tanpa itu, Yeongmin akan terpaksa dibebaskan akibat kekurangan evidence. Joongho juga, lewat aksinya sendiri, berusaha untuk mencari dimanakah Mijin disembunyikan, sebelum terlambat. Usaha mereka diperparah karena Yeongmin berakting layaknya seorang lunatic, berpura-pura ia lupa dimana ia tinggal. Belum lagi sebuah skandal di dalam kepolisian dimana mereka telah dicibir oleh publik serta media akibat insiden penyerangan terhadap walikota Seoul. Polisi dirasa tidak becus dalam tugas mereka melindungi sang walikota. Maka dari itu, ketika kasus high-profile ini (Yeongmin juga mengaku bahwa ia adalah pelaku sebuah serangkaian pembunuhan yang terjadi dan belum terselesaikan beberapa tahun silam) kembali mencuat, polisi harus berhati-hati dan harus menjaga muka mereka di hadapan wartawan.

The Chaser ini adalah film debut dari sang sutradara, Na Hongjin, yang kemudian akan membuat The Yellow Sea di tahun 2010. Sama halnya dengan Memories of Murder, The Chaser diinspirasi dari sebuah kisah nyata. Karakter psikopat yang muncul dalam film ini (serta cara sang pelaku memancing korban) dinspirasi dari serial killer yang sempat menghebohkan Korea, Yoo Young-chul.  Film yang kabarnya sudah dibeli hak adaptasinya oleh Hollywood ini, menawarkan beberapa aksi kejar-kejaran di gang-gang sempit yang memacu adrenalin hingga aksi penyiksaan yang lumayan memilukan. Walaupun bagi saya The Chaser memiliki ide yang cukup original serta menghasilkan ketegangan yang seru, ada beberapa hal yang bagi saya cukup klise bahkan 'terlalu kebetulan' yang membuat beberapa poin dalam film ini terlihat tidak begitu natural. Film ini entah mengapa mengingatkan saya dengan film I Saw The Devil. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah yang mengganggu banget sih. The Chaser tetap menjadi salah satu thriller yang paling seru yang pernah saya tonton. Penggambaran kepintaran sang psikopat terlukiskan dengan sangat menarik disini. 


So the verdict is....


Kedua film ini, selain dari genre dan negara asalnya, ternyata memiliki beberapa persamaan lain. Pertama, the fact that both of these films are either based or inspired by real events/person. Lalu, keduanya juga entah mengapa memberikan sebuah kritikan, baik tersurat atau tersirat, terhadap keadaan kepolisian di masing-masing film. Di MoM, polisi terlihat begitu feodal dan brutal. Mungkin juga terpengaruh dengan kepemerintahan Korea Selatan pada saat itu ya (dekade 80an), yang saya sendiri masih kurang jelas dengan hal tersebut. Sedangkan di Chaser polisi malah terlihat tidak berdaya dan malah terlihat lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri. Media juga turut memiliki porsi yang besar bagi kepolisian dalam dua film ini, sebagai sebuah lembaga yang memiliki posisi 'judge' untuk para polisi.

Perbedaan kedua film ini, kalau pada MoM kita tidak mengetahui identitas sang pelaku, pada The Chaser, pelakunya sudah diperkenalkan dari awal-awal kisah. Dengan begitu MoM, lebih berfokus pada pencarian jati diri sang pelaku, sedangkan Chaser lebih ke arah mendalami identitas si penjahat sekaligus memburu waktu untuk menyelamatkan seorang korban yang dipercaya masih hidup. Keduanya memiliki tone yang sama-sama begitu thrilling. Di MoM, atmosfirnya mungkin bisa dibilang agak sunyi dibandingkan Chaser yang begitu gory. Dengan caranya masing-masing, keduanya berhasil membuat saya menahan nafas melihat ketegangan yang disajikan. Dengan selipan black comedy di dalamnya, membuat saya semakin menaruh interest yang besar kepada genre K-thriller ini. There's so much more than just thrilling scenes, tapi ada sentilan politik dan moral juga di dalamnya. Penampilan aktor utama dari masing-masing film juga begitu menggugah, menjadikan kedua film terasa semakin nikmat untuk ditonton.

Mungkin agak sulit sih bagi saya awalnya harus memberikan score yang pantas kepada kedua film ini. Saya suka dua-duanya. Pada departemen tertentu, saya memihak satu film. Di bagian lain, saya pilih yang satu lagi. Tetapi setelah berfikir matang-matang, saya ternyata lebih menikmati Memories of Murder. Dengan kesunyiannya serta gambar-gambar yang diambil dengan artistik, saya lebih bisa merasakan sensasi thrilling dan mencekam dengan segala ketidaktauan & ketidakjelasan. Bong Joonho memang begitu memperhatikan detail-detail dalam filmnya, membuat menyaksikan MoM menjadi sebuah kenimatan tersendiri. Durasinya yang panjang akhirnya pun tidak terasa sama sekali. Bukan berarti The Chaser buruk sih, I loved it too. Tetapi ada sedikit hal-hal coincidental dan klise yang masih saya tangkap dalam film tersebut, walaupun alurnya menurut saya masih original. So, the winner for this round is: Memories of Murder!


Memories of Murder =

The Chaser = 

12 comments:

  1. Nonton ini lewat DVD apa download, bro? Kalo download, dimana yak? Ah suka banget film2 thriller kayak gini :D

    ReplyDelete
  2. Download :)
    Biasa sih download pake bittorent, cari di piratebay.org atau kat.ph
    Kalo The Chaser mungkin bisa lebih gampang nemu dvd nya, Memories of Murder kayaknya agak langka.

    ReplyDelete
  3. Aah udah lama pengen ntn Memories of murder selalu rusak vcd ama dvd-nya. Tapi The Chaser emang keren apalagi adegan menjelang endingnya beeuh miris

    ReplyDelete
  4. Haaa iya ending The Chaser miris bgt :((

    ReplyDelete
  5. setuju banget memories of murder yang menang walaupun 22nya saya suka tapi saya pilih mom yang terbaik di banding ke2nya cinematografi yang keren, sunyi, plus mencekam endingnya ituloh bikin penyesalan

    ReplyDelete
  6. @fradita: sama2 :)

    @ncekrizal: bener, shot2 nya bagus2 di MoM! dan scene terakhir MoM memang juga bikin geregetan, tapi keren dan nusuk bgt..

    ReplyDelete
  7. memories of murder jelek, the chaser lumayan, i saw the devil the best, untuk film komersial mmorie of mrdr sama sekali tidak menghibur. segoblok itu kah polisi korea pada saat itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memories of Murder mungkin memang perlu sedikit usaha lebih besar untuk dinikmati, tapi saya enjoy tuh nontonnya, sama kayak Zodiac-nya David Fincher. Bukan 'goblok' juga sih lebih tepatnya. Dalam film itu kan di-set di tahun yang belum semaju sekarang, apalagi tempatnya pun di sebuah desa yang belum modern, sumber daya-nya kurang dan kurang terlatih. Kasus dalam film ini adalah untuk pertama kalinya desa tersebut mendapatkan kejadian se-brutal itu. Jelas mereka overwhelmed. Makanya MoM juga menyinggung tentang clash antara sang polisi kolot dari desa versus polisi rasional dari kota. Lagipula perilaku polisi kayak gitu juga masih banyak terjadi lho bahkan di Amerika Serikat sekalipun.

      Delete
    2. Di Film The Chaser justru polisinya lebih mengecewakan, semua karakternya temperamen tinggi, bagian ini mengganggu sekali.

      Delete
  8. Setuju dengan Memoars of Murder, bahkan saya merasa The Chaser tidak ada apa-apanya...

    ReplyDelete
  9. Saya bingung siapa pelakunya....unsolved case ya..

    ReplyDelete