Friday, November 30, 2012

Review: Rust and Bone (2012)

Plot: Seorang pelatih killer whale cantik bernama Stephanie (Marion Cotillard) harus menerima kenyataan bahwa kedua kakinya terpaksa diamputasi akibat sebuah kecelakaan yang menimpanya pada saat ia bekerja. Stephanie yang kehilangan mimpi dan semangatnya untuk hidup mencari comfort lewat hubungannya dengan seorang single father yang bekerja sebagai security bernama Ali (Matthias Schoenaerts).

Review: A Prophet (Un Prophet), sebuah film karya sutradara Perancis, Jacques Audiard, di tahun 2009 berhasil menarik hati sebagian besar cinephiles di dunia. Bahkan setelah saya menyaksikan kisah mengenai perjalanan pemuda menjadi sebuah legenda di suatu penjara membuat saya memberikan gelar film favorit saya di tahun tersebut. Jacques Audiard tahun ini pun kembali lewat film berjudul Rust and Bone (judul asli De rouille et d'os). Sama seperti A Prophet, Rust and Bone mendapat kesempatan terhormat untuk menjadi salah satu film yang ikut berkompetisi dalam Cannes Film Festival, walaupun sayangnya film ini tak mampu membawa pulang satu penghargaan pun. Rust and Bone bercerita tentang Ali yang diperankan oleh Matthias Schoenaerts, seorang single father yang baru saja ditelantarkan oleh istri (atau pacarnya?) dan terpaksa harus mengurus anaknya sendiri, Sam, yang sebenarnya tidak begitu dekat dengan dirinya. Ali pun menumpang di rumah kakaknya, Anna (Corinne Masiero). Ali bersusah payah untuk mendapatkan pekerjaan, salah satu usahanya adalah menjadi bouncer (semacam security) dalam sebuah klub. Disana lah ia bertemu dengan Stephanie setelah terjadi perkelahian di club tersebut yang melibatkan Stephanie. Lewat sebuah kecelakaan pada saat ia bekerja, Stephanie terpaksa kehilangan kedua kakinya yang harus diamputasi. Out of all people, Stephanie menghubungi Ali, a person she barely knows, but in the end ended up helping her to gain faith.

Di atas kertas, Rust and Bone mungkin akan menjadi begitu klise. A man (with a kid) helping a woman who's in trouble to bring back her zest for life. Tetapi bagaimana Audiard menjalin setiap detil dalam film ini membuat Rust and Bone menjadi sebuah film yang berbeda dari film kebanyakan. Bagaimana sifat Ali yang straight to the point dan brutal dan bagaimana Stephanie tidak berlama-lama terpuruk menyesali apa yang terjadi kepadanya. FIlm ini memang memiliki goal dimana Ali dan Stephanie masing-masing membantu masalah masing-masing. But in between, there are some unexpected turns that I didn't expect them to take, itu yang membuat film ini menjadi menarik. Di atas kertas pun, Ali dan Stephanie bagi saya bukan lah dua orang yang mampu menjalin hubungan. Ali, seorang yang keras, terlihat susah bersimpati dan literally menghabiskan waktu senggang mempertaruhkan fisik dan nyawanya lewat pertarungan kick boxing illegal dan melihat wanita hanya sebagai objek seksualitas. Hal yang buat saya akan menyinggung Stephanie. But that's surprisingly what Stephanie really needs, seorang yang tidak memiliki pity terhadap keadaannya. Hubungan kedua orang ini terlihat tidak mungkin, but somehow it works. Walaupun begitu saya akui ada beberapa hal yang membuat film ini terasa draggy di beberapa tempat. Penceritaannya yang cenderung lambat mungkin akan membuat film ini agak terasa segmented dan bukan untuk semua orang.

The highlight point of this film was definitely Marion Cotillard's superb performance. Memang semenjak kemenangan Best Actress Oscar yang ia raih beberapa tahun silam berhasil menaikkan status Cotillard menjadi bintang A-list di Hollywood. Lewat beberapa penampilan pendukung (even though she stole every scene she's into) di film-film produksi Amerika, Cotillard akhirnya mendapatkan kembali kesempatan untuk menjadi leading lady dan menunjukkan bakat aktingnya dalam film ini. And boy, was she amazing in here. Setiap ekspresi yang ia keluarkan begitu emosional dan efektif, mulai dari pertemuan pertamanya dengan Ali di club, menjadi seorang pelatih, serta ketika ia menemukan bahwa ia tidak memiliki kaki lagi. There are so many layers on her emotions, it's amazing. Dia bahkan merubah lagu cheesy dan generik milik Katy Perry menjadi background musik adegan yang uplifting. Cotilard juga lagi-lagi berakting total disini, dengan memamerkan tubuh polosnya. Well, seeing an amputated Cotillard naked and having sex might be disturbing for some people, but who's focusing on her leg anyway?  Sedangkan Matthias Schoenaerts juga menjadi pilihan yang tepat untuk karakter Ali. Walaupun saya masih melihat sifat keras karakter Ali masih mirip dengan karakter Jacky Vanmarsenille yang Schoenaerts perankan lewat film breakthrough-nya, Bullhead (2011). Another plus for this film juga cinematography cantik (hint: one of the shots are prolly end up at my Top 10 Shots list!) dari Stéphane Fontaine dan CGI halus yang membuat kaki buntung milik Stephanie bisa terlihat begitu real.

Overview: It's a melodrama film which is not trying to be sentimental at all. Rust and Bone is raw, it's depressing, but also honest and different from any other romance films. Mungkin memang tidak sebaik karya Audiard sebelumnya, A Prophet. Rust and Bone juga saya rasa bukan untuk semua orang dan di beberapa bagian terlalu banyak hal yang ingin film ini sampaikan. Tetapi lewat penampilan luar biasa dari Cotillard, Rust and Bone menjadi sebuah film yang begitu emosional. Ini bukan saja cerita tentang menemukan kembali semangat untuk hidup, atau menemukan seorang yang sempurna dan mampu membawa kita ke jalan yang 'benar'. Tetapi Rust and Bone juga ingin menyampaikan bahwa di antara dua orang karakter yang tidak sempurna, baik fisik ataupun mental, and in the most unlikely way, love can happen.

Rust and Bone - De rouille et d'os (2012) | Drama, Romance | Rated R for strong sexual content, brief graphic nudity, some violence and language | Cast: Marion Cotillard, Matthias Schoenaerts, Armand Verdure, Corinne Masiero, Céline Sallette, Bouli Lanners | Screenplay by: Jacques Audiard, Thomas Bidegain | Directed by: Jacques Audiard

3 comments:

  1. Mohon izin berbagi link gan, wismacinema.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. ksihan bgt ya kisahnya tdi, duh g' bsa bayangin dech betapa kuat cinta mreka.

    ReplyDelete