Tinggal di sebuah negara dengan 2 musim tentunya membuat kita tidak pernah bisa benar-benar merasakan apa yang namanya 'summer vacation' (since every single day is a summer here), kecuali tentunya sejumlah film-film blockbuster yang saling bergantian mengisi bioskop tanah air. Tetapi di sela-sela film-film studio besar yang dirilis tiap musim panas, selalu hadir pula beberapa film independent yang selalu menjadi alternatif ketika penonton mulai bosan dengan tontonan mega budget yang itu-itu saja. The Kings of Summer dan The Way Way Back masuk ke dalam kategori tersebut untuk musim panas tahun ini. Dan mungkin untuk menyetarakan dengan tema musim panasnya, kedua film ini bercerita tentang pengalaman para karakter utama dalam menghabiskan musim panas mereka.
The Kings of Summer bercerita tentang Joe (Nick Robinson) yang sudah sangat jenuh tinggal bersama ayahnya (Nick Offerman). Ia mengajak rekannya Patrick (Gabriel Basso), yang juga selalu terganggu dengan orang tuanya yang masih menganggapnya seperti anak kecil; serta Biaggio (Moises Arias), murid satu sekolah mereka yang 'memiliki dunianya sendiri', untuk kabur dari rumah dan membangun 'kediaman' mereka sendiri di sebuah area di tengah hutan yang tak sengaja mereka temukan. Jika trio Joe-Patrick-Biaggio menghabiskan musim panas mereka dengan pembangkangan yang ekstrim tersebut, hal yang sama tidak terjadi pada Duncan (Liam James) dalam The Way Way Back. Duncan adalah remaja pemalu dari sebuah keluarga broken home yang terpaksa menghabiskan musim panasnya di hometown kekasih ibunya (Toni Collette), Trent (Steve Carrell) yang, entah intentional atau tidak, selalu memandang rendah Duncan. Lewat sebuah pertemuan tidak sengaja dengan seorang petugas sebuah water park lokal bernama Owen (Sam Rockwell), Duncan pun diberikan kesempatan untuk bekerja sambilan di kolam renang tersebut; sebuah pengalaman yang menumbuhkan rasa percaya diri pada pribadi Duncan.
The Kings of Summer (2013) |
Kedua film ini memiliki jajaran pemeran utama yang sebenarnya masih sangat hijau dalam dunia akting, walaupun mereka masih dibantu oleh deretan pemain pendukung yang sepertinya lebih dikenal di mata dan kuping moviegoers, especially the latter. Sebut saja nama-nama seperti Carrel, Collette, Allison Janney, Anna Sophia Robb, Sam Rockwell, Maya Rudolph dalam The Way Way Back dibandingkan Nick Offerman dalam The Kings of Summer yang 'hanya' lumayan dikenal lewat perannya dalam sitcom Parks and Recreations. Menurut saya para pemeran pendukung tersebut benar-benar total dalam berakting sebagai peran masing-masing. Terutama Janney sebagai ibu hippie kakak dari karakter Steve Carrel serta Sam Rockwell yang eksentrik sebagai Owen. Pun begitu, Liam James, sang pemeran utama masih dapat bersinar di tengah-tengah sekumpulan supporting cast yang impresif tersebut. Tetapi props juga harus diberikan oleh trio muda Robinson-Basso-Arias dalam The Kings of Summer yang tentunya memiliki tugas besar dalam membawa film ini dari awal hingga akhir. And they did pretty good job. Terutama Arias yang selalu mencuri perhatian di setiap adegannya. I can see bright future for them.
Yang menarik bagi saya adalah, tak hanya settingnya saja yang berbanding terbalik, tetapi juga dengan alur kisahnya, walaupun secara garis besar kedua film ini masih memiliki pesan moral yang sejenis. The Kings of Summer yang ditulis oleh Chris Galletta bagi saya memiliki kisah yang begitu mudah ditebak. Saya dapat menebak kemana film ini berjalan dan mau dibawa kemana ceritanya. Sampai konflik di penghujung akhir pun sudah bisa saya kira-kira dari awal. Beberapa dry humour serta adegan-adegan klise khas film coming-of-age pun ada disini. Tetapi dengan gaya penyutradaraan Jordan Vogt-Roberts yang cukup memiliki style, The Kings of Summer untungnya tidak terlalu menjadi film yang membosankan, overly cheesy ataupun kelewat dramatis. Film ini juga sangat sangat dibantu dengan cinematography cantik dari Ross Riege serta pilihan lagu soundtrack yang begitu pas mengiringi tiap emosi para karakter, walaupun pemakaian slow motion dalam beberapa adegan terlalu excessive dan kurang penting. Kedua poin tersebut saya anggap sebagai kekuatan film ini dan dapat menutupi alur yang familiar tersebut.
The Way Way Back (2013) |
Sedangkan The Way Way Back bagi saya lebih unconventional. Ya, memang ada beberapa adegan yang terlihat klise, tetapi beberapa detil kecil dibuat agak berbeda dengan standar film-film coming-of-age pada umumnya yang membuat film ini tak jatuh ke ranah predictable. Belum lagi dengan ending yang sebenarnya kurang eksplosif, tetapi tetap disusun dengan cukup heartwarming. That being said, The Way Way Back agak terasa sedikit flat mengingat tidak begitu adanya konflik besar yang terjadi dalam film ini. Hal tersebut memang membuat film ini terkesan terlalu natural. But that didn't bother me that much anyway. Sepertinya tidak perlu kaget lagi karena film ini adalah debut penyutradaraan dari penulis skenario pemenang Oscar, Nat Faxon dan Jim Rash. Faxon dan Rash menerima Oscar lewat naskah The Descendants (2011) yang memang memiliki vibe yang serupa dengan film ini. Satu lagi yang saya cukup appreciate dengan kedua film ini adalah bahwa bagaimana film ini tidak men-specify tahun berapa cerita nya bergulir, membuat tema tentang facing adolescence ini terasa lebih universal.
Seperti yang saya sebutkan, kedua film ini sejatinya memiliki sebuah tema yang sama. Tak hanya lewat liburan musim panas, parents-clashing, cinta monyet ataupun permainan board game yang lucunya hadir di kedua film, tetapi bagaimana remaja-remaja labil ini belajar untuk bisa lebih dewasa dari pengalaman mereka menghabiskan liburan musim panas tersebut. Jika dalam The Kings of Summer, trio tersebut menyadari bahwa menjadi dewasa tidak hanya berarti hidup mandiri dan lepas dari orang tua, tetapi mereka harus belajar pula arti dari tanggung jawab serta harus dapat menerima ketika impian yang mereka harapkan tidak sesuai dengan keinginan. Lalu dalam The Way Way Back, Duncan belajar untuk lebih percaya diri dalam bertindak serta menyerukan opininya. Pada intinya adalah, summer yang mereka lewatkan tersebut adalah musim yang sepertinya akan memberikan perbedaan dalam hidup mereka. Memang 'perubahan' tersebut tidak langsung membuat mereka menjadi individu yang lebih dewasa, tetapi proses bittersweet yang dilalui rasanya cukup baik terekam dalam kedua film ini. Not perfect movies, but still delightful to watch. So I gave these 2 films the same [B] score. It's a draw! [FRZ]
*HEAD2HEAD (previously Head-to-Head) is a special feature where I pit, review and compare two different films with the same theme/director/actor/etc.
*HEAD2HEAD (previously Head-to-Head) is a special feature where I pit, review and compare two different films with the same theme/director/actor/etc.
Wah keren nih riz model Head 2 Headnya yg baru.
ReplyDeleteGw suka dua2nya, dan emang bener TWWB di beberapa bagian rasanya rada flat. Benci bgt sama Carell di sini lol, pdhl biasanya gw suka dia. Gw juga keinget The Descendants pas nonton, mirip bgt.
Tahun ini emg lg banyak film2 coming-of-age dan bagus2 pula, tinggal The Spectacular Now nih! (so far Mud is the best)
Thanks a lot :D Yep, Carell was an as* the whole film, tapi emang convincing bgt aktingnya. Ooh I completely forgot abt Spectacular Now! Semoga cepet keluar rip-annya haha
DeleteMenurut ane sih kings of summer juaranya. Klise sih tp lebih ngena di banding twwb. Smua bnyak yg ngalamin kaya gt di banding di twwb. Jd inget muda lol.
ReplyDeleteApalagi biagio itu pembeda banget di twwb gk ada yg kaya gt haha. Jangan lupa di akhir credit ada scene biagio lol
Dua duanya sama-sama keren, tp Kings Of Summer kaya lebih "hidup" film nya. kaya lebih berapi-api dan lebih ambisius, kalo The Way Way Back lebih dikhususkan buat ditonton sama-sama sama keluarga
ReplyDelete