Plot: Gil (Owen Wilson) dan Inez (Rachel McAdams) adalah sepasang kekasih yang telah bertunangan dan sedang menghabiskan liburan bersama orang tua Inez di Paris. Gil adalah seorang penulis naskah film sukses yang ingin berganti haluan dan mewujudkan impiannya untuk menulis novel. Gil sangat mencintai kota Paris dan berencana untuk pindah kesana setelah menikah, hal yang bertolak belakang dengan Inez. Pada malam-malam yang awalnya Gil ingin habiskan untuk berjalan-jalan santai, ia malah bertemu dengan penulis-penulis dan seniman-seniman legendaris idola nya dan ia mendapatkan dirinya pada Paris tempo dulu. Apakah ini hanya sebuah fantasi milik Gil?
Review: Woody Allen adalah sebuah nama yang sudah sangat terkenal, khusunya bagi penikmat film. Allen yang sudah memasuki kepala-7 ini termasuk sutradara yang masih aktif dalam membuat film hingga sekarang. Rata-rata Allen menelurkan filmnya setahun sekali secara rutin. Sebuah feat yang cukup mengesankan, walaupun tidak selamanya film yang ia hasilkan memiliki kualitas yang baik. Tetapi effort yang ia telah lakukan sebenarnya menunjukkan bahwa Allen sangat cinta dalam membuat film. Kembali ke filmnya yang kesekian ini. Sebelumnya, gw sama sekali tidak pernah menyangka bahwa Midnight in Paris adalah sebuah film fantasi. Yang gw tau tuh film ini filmnya Woody Allen aja, tanpa menggubris ceritanya sama sekali. Film ini pada musim panas lalu terpilih untuk membuka Festival Film Cannes sebagai official opening film. Respon yang positif dari berbagai kritkus hingga penonton awam membuat film ini menjadi film Woody Allen yang paling sukses secara finansial. Walaupun dengan dua hal tersebut, sebenernya gw kemaren masih agak ragu untuk mencoba menonton film ini, maklum gw ini bukan fans berat opa Allen *malu* dan film romantis bukanlah tipe film yang gw casually nonton. Tetapi entah mengapa, mungkin lagi galau, gw memutuskan untuk menonton film ini. To my surprise, I really enjoyed it!
Midnight in Paris is easily a very likeable movie. Film ini berisi dialog-dialog cerdas yang mengalir dengan asik. Sedikit mengingatkan gw dengan film Before Sunrise dengan lautan dialog antara 2 karakternya. Banyak dari dialog yang dilontarkan oleh para karakter dalam Midnight in Paris ini dapat mengundang senyum, entah itu lucu atau sarkastis. Naskah yang ditulis juga oleh Allen ini terasa begitu pas hingga tidak membuat penontonnya merasa bosen. Walaupun terdapat beberapa moment yang terlalu over the top, tetapi hal tersebut tidak terlalu membuat masalah. Dalam keseluruhan, Midnight in Paris adalah film tentang nostalgia. Dapat dilihat dari bagaimana Allen menghadirkan karakter-karakter seniman legendaris yang ia 'hidupkan' lagi ke dalam sebuah fantasi seorang penulis naskah film yang banting setir menjadi penulis novel. Dari sini, terasa aura personal dalam film ini. Selain itu, ada beberapa hal yang kemudian pula disinggung pada film ini, sebut saja tentang cinta, tentang seni atau hanya sekedar beberapa perspektif mengenai hidup. Midnight in Paris bisa dikatakan sebagai sebuah surat cinta Allen kepada Paris. Allen dalam film ini menyajikan gambaran kota (yang katanya) paling romantis di dunia ini dengan begitu menawan. Paris dalam film ini tidak hanya berkutat di Eiffel saja, tapi juga dihadirkan bangunan-bangunan mewah khas kota ini sampai jalan-jalan setapak di pinggir-pinggir kota yang juga gak kalah mengundang untuk dikunjungi. Setting Paris modern maupun tempo dulu ditata dengan sangat baik disini, dengan sinematografi yang simple tetapi tetapi sedap dipandang (makanan kali sedap... #krik).
Hmm sekarang yuk ngomongin sang karakter utama, Gil, yang dimainkan cukup baik oleh Owen Wilson. Aktivitas "jalan-jalan tengah malam" yang Gil alami sebenarnya adalah sebuah refleksi tentang novel yang ia tulis. Atau mungkin itu adalah sebuah ironi? Dalam novel yang hendak Gil tulis, karakter utamanya adalah seorang yang tidak bisa terlepas dari masa lalu, pekerjaannya aja pada sebuah nostalgia shop. Oke, coba kita andai-andai dulu kalo aktivitas yg Gil lakukan pada malam hari tersebut adalah sebuah mimpi. Gil, sama seperti tokoh novel yang ia tulis juga digambarkan 'berkutat dengan masa lalu' dengan bermimpi bertemu idola-idolanya. Dari pertemuan absurd itu, entah mimpi atau bukan, telah membuka mata Gil tentang cinta dan hubungannya dengan Inez selama ini. Dan mungkin gw termasuk ke dalam sebagian orang yang kurang menyukai keputusan Gil di akhir film. Memang, dengan keputusan tersebut, Gil merasa ia mengikuti intuisi dan keinginan dirinya tanpa ada paksaan dari siapapun. Tetapi dasar dari keputusan tersebut adalah sebuah fantasi, yang menurut gw kurang kuat untuk menjadi fondasi dalam memilih sesuatu, seperti blind faith gitu lah istilahnya. Hal tersebut membuat gw berfikir kalo Gil itu terlalu arogan dan kebanyakan berfantasi wkwkwk. Lagipula, kembali ke satu fakta; film ini adalah film fantasi.
Midnight in Paris menghadirkan sebuah ensemble cast yang beberapa diantaranya adalah artis-artis Hollywood ternama. Nama-nama seperti Owen Wilson, Rachel McAdams, Marion Cotillard, Kathy Bates, Adrien Brody hinga Michael Sheen sepertinya sudah dikenali oleh para moviegoer. Beberapa aktor tersebut dalam film ini memerankan tokoh-tokoh seniman legendaris jaman dulu yang hadir dalam 'fantasi' Gil setiap malam. Sebut saja Ernest Hemingway, F. Scott Fitzgerald, Salvador Dali hingga Pablo Picasso. Beberapa nama tersebut bagi sebagian orang mungkin terasa asing. Gw aja hanya sekedar tahu, atau at least pernah mendengar. Tetapi rasanya bagi penikmat-penikmat seni yang kenal dengan tokoh-tokoh tersebut akan merasa terhibur dengan munculnya karakter-karakter itu. Lupakan lah dulu ke-akuratan sejarah, toh ini semua terjadi di alam bawah sadar Gil. Eh iya kan? Hahaha Selain tokoh-tokoh tersebut, sebenarnya yang menarik perhatian adalah karakter yang dimainkan oleh Michael Sheen. Sheen berperan sebagai salah seorang rekan Inez yang chatty dan snobbish tentang art. Ditulis oleh Allen sebagai seorang karakter yang know-it-all dan sedikit ngeselin, tetapi dari sikap know-it-all nya tentang art itu dia malah dipuji-puji sama Inez, hal yang membuat Gil jengkel setengah mati. Sebuah sindiran halus yang kocak. Selain itu, juga terkesan sama permainan Alison Pill sebagai Zelda Fitzgerald. Overall, cast nya sih memainkan perannya dengan cukup baik.
Overview: Susah untuk membenci film ini. Memang bukanlah film favorit gw dan bukan tipe film yang biasanya gw suka. Tetapi film ini berhasil menghabiskan waktu gw sebagai tontonan yang cukup menghibur. Woody Allen berhasil meramu naskah yang dipenuhi dialog cerdas, karakter-karakter unik, mengarahkan para aktor serta menggabungkannya dengan scenery Paris yang menawan. Midnight in Paris adalah film tentang nostalgia dan juga tentang cinta. Tak lupa juga, ini tentang mimpi, inspirasi serta seni. Apapun itu dan tentang apa film ini, one thing for sure, Midnight in Paris is a charming one.
Midnight in Paris (2011) | Comedy, Fantasy, Romance | Rated PG-13 for some sexual references and smoking | Cast: Owen Wilson, Rachel McAdams, Kurt Fuller, Mimi Kennedy, Michael Sheen, Nina Arianda, Alison Pill, Corey Stoll, Tom Hiddleston, Kathy Bates, Marion Cotillard, Adrien Brody | Written and directed by: Woody Allen
salam kenal,
ReplyDeleteaq blogger baru. jangan lupa mampir, ya... :)
Saya baru nonton minggu lalu, dan sukaaaa! Beda sama dirimu, saya memang suka nonton film2nya opa woody dengan dialog2 khasnya dia yang unik. Hehe.. Midnight in Paris sukses bikin saya ngiler pengen ke Paris!
ReplyDelete@haranreymond: salam kenal juga :) terimakasih kunjungannya!
ReplyDelete@mbak gabby: iya film ini ngepromosiin parisnya kena bgt! hahaha