Tuesday, February 14, 2012

Review: Extremely Loud & Incredibly Close (2011)

Plot: Hidupnya terasa hancur ketika Oskar Schell (Thomas Horn) mendapat kabar bahwa sang ayah (Tom Hanks) adalah salah satu korban yang tewas dalam tragedi 9/11. Oskar dan ayahnya memang dekat, apalagi selama ini ayahnya selalu mengajaknya dalam sebuah 'treasure hunt' di sekeliling tempat tinggalnya. Masih dalam suasana haru, Oskar tanpa sengaja menemukan sebuah kunci yang terdapat di dalam sebuah vas biru di dalam lemari baju ayahnya. Yakin bahwa kunci tersebut adalah petunjuk untuk menemukan suatu peninggalan yang ditinggalkan sang ayah, Oskar mulai mengelilingi kota New York untuk menemukan jawaban dari rahasia kunci tersebut.

Review: Bagi yang mengikuti perkembangan Awards season tahun 2011/2012 ini, sepertinya setuju kalau munculnya judul Extremely Loud & Incredibly Close dalam daftar nominasi Best Picture adalah salah satu kejutan terbesar untuk Oscar tahun ini. So, what's the story behind that nomination? Apakah karena film ini adaptasi dari novel laris? Atau karena faktor sutradara Stephen Daldry? Atau karena cerita yang bertema tentang aftermath tragedi 11 September? Atau faktor produser Scott Rudin? Atau karena film ini diisi bintang-bintang ternama kaliber Oscar? Atau tampilannya yang sangat "Oscar movie"? Atau malah, it simply a great film, indeed? Sebelumnya, just a little trivia, Extremely Loud & Incredibly Close diangkat dari novel yang berjudul sama karangan Jonathan Safran Foer. EL&IC disutradarai oleh Stephen Daldry yang memiliki "rekor" karena beliau telah dinominasikan sebanyak 3 kali untuk Best Director Oscar untuk 3 film terakhirnya berturut-turut, Billy Elliot (2001), The Hours (2002) dan The Reader (2008). Feat yang digagalkan tahun ini. So how's the movie? Walaupun saya telah berekspektasi serendah mungkin, sayangnya saya masih kecewa dengan film ini.

Extremely Loud & Incredibly Close bercerita tentang seorang anak yang ayahnya adalah salah satu korban tewas di World Trade Center pada tanggal 11 September 2001 lalu. Oskar adalah anak tersebut. Oskar mungkin cenderung berbeda dengan anak-anak lainnya. Tingkahnya agak sedikt hyperactive, sedikit adventureous, too curious and disoriented at times hingga canggung jika berhadapan dengan orang asing. Mungkin ini yang membuat ayahnya sering mengadakan 'scavenger hunt' bersama nya. Hubungan Oskar sangat dekat dengan ayahnya lewat aktivitas tersebut, maka sudah terbayangkan bagaimana perasaan Oskar ketika ia harus ditinggalkan oleh sang ayah. Hingga ketika ia menemukan sebuah kunci yang ia kira sebagai peninggalan ayahnya, ia memiliki determinasi untuk menemukan 'gembok' dari kunci tersebut, sekaligus mencari kepastian dan 'sense' dari kepergian ayahnya. Dari premis tersebut, rasanya film ini akan menghadirkan banyak moment yang menguras hati dan bahkan menginspirasi. Tapi setelah saya menontonnya, those scenes fail to amaze me. Scene-scene yang seharusnya menjadi key scene untuk membuat saya terharu nyatanya tidak begitu berhasil menguras emosi saya. The problem is, this movie is trying too hard to be a heartwrenching one. Malah bagi saya hasilnya terlalu flat dan tidak begitu berkesan.

One of the biggest turn offs for me was actually the lead character. Oskar Schell digambarkan sebagai seorang anak yang sedikit 'out of ordinary'. Dalam filmnya, dijelaskan bahwa ia berada di borderline anak yang mengidap Asperger syndrome. CMIIW, Asperger itu semacam autism. Saya akan terdengar sebagai seorang yang gak punya hati kalo saya mengatakan bahwa dia sangat annoying. But what can I do? I think he really is. Lewat film-film seperti ini, saya meng-expect sang karakter utama untuk mendapatkan simpati saya, tapi malah gerutu yang keluar sepanjang film. Walaupun sebagai penderita Asperger, borderline sekali pun, dia memang seharusnya bertingkah seperti itu, but he's a bit too much for me. But my problem is only the character. Aktor cilik yang membawakan peran Oscar sendiri, Thomas Horn, menurut saya, memerankannya dengan lumayan baik. Unless dia beneran Asperger, Thomas Horn memberikan penampilan yang setidaknya menggambarkan sang karakter dengan baik. I can see Horn as a promising actor in the future, he's good. Selain Horn, sepertinya aktor-aktor lain harus sudi kalo memang peran-peran mereka hanya sekedar pendukung. Tom Hanks dan Sandra Bullock yang berperan sebagai ayah dan ibu Oskar tidak banyak memiliki screen time. I also don't like their characters. Hanks sebagai sang ayah entah mengapa not really inspiring, bahkan menurut saya membuat Oskar terlalu attach pada dirinya. Same goes to Oskar's mom. Too absent dan bahkan adegan akhirnya menurut saya tidak menjustifikasi karakternya. But it's just my opinion after all.

Ngomong-ngomong masalah aktor pendukung, selain Hanks dan Bullock, yang menurut saya notable adalah Viola Davis yang kehadirannya sedikit unexpected bagi saya. Saya tidak tau kalo dia juga main disini. Tapi perannya terlalu minor. Walaupun dia sempat "meminta simpati" lewat adegan sedihnya (that's what I'm talkin about, this movie is trying so hard to play with my emotion), she's actually forgettable dan replaceable. Tidak seperti di Doubt (2008) ketika Viola Davis hanya muncul sekian menit (dan satu screen sama Meryl Streep!) tapi berhasil mencuri perhatian. Tapi hadirnya dia disini sepertinya akan sedikit menaikkan chance nya untuk menang Oscar lewat The Help, mengingat Extremely Loud juga memiliki banyak pendukung di Academy, hence the nominee. Dan ngomong-ngomong tentang Oscar nominee lagi, satu dari hanya dua nominasi yang didapat film ini adalah Best Supporting Actor untuk Max von Sydow. Sydow disini berperan sebagai seorang 'stranger' yang tinggal di apartemen neneknya. Karakternya 'bisu', dia berkomunikasi hanya lewat tulisan di notes nya. He has his reason, of course. Dan di pertengahan film, ternyata ada rahasia dibalik pribadinya. In his performance, I think Sydow is the same as the movie, did not succesfully grabbed my attention. Dia bagus sih, cuman kok gak *sebegitu* bagusnya ya...?

Overview: So is Extremely Loud & Incredibly Close is a bad film? Not really. So is it good then? Also, no. For me, overall, it's a so-so movie. I personally think it does not deserve some of the harsh critics it got, but neither the Best Picture Oscar nomination. Menurut saya, film ini berusaha terlalu keras untuk menguras emosi, yang bagi saya sendiri rasanya kurang berhasil. It's actually an interesting story, but I don't really like the final result. Penampilan Thomas Horn sebenarnya sangat patut diberi acungan jempol, mampu mengimbangi, bahkan melampaui, bintang-bintang sekelas Tom Hanks, Sandra Bullock hingga Viola Davis. But those characters are minors anyway. Sayangnya, karakter Oscar kurang berkesan bagi saya yang membuat saya agak kurang menikmati film ini. Alur nya yang agak loncat-loncat mungkin agak mengganggu, but not a big problem. It has nice score too by Alexandre Desplat. Though it's not my favorite, I can see why some people might love this film. But for me, it's just simply a disappointment.

[C+]
Extremely Loud & Incredibly Close (2011) | Drama | Rated PG-13 for emotional thematic material, some disturbing images, and language | Cast: Thomas Horn, Tom Hanks, Sandra Bullock, Max von Sydow, Viola Davis, John Goodman, Jeffrey Wright

3 comments:

  1. Sekedar saran nih gara sebel cape2 nulis tapi ga munculkomennya :(

    mending itu kata2 pembuktian kita bukan robot dihapus aja Riz. Kalo dari HP jadi ga bisa komen padahal sy lebih sering baca blog pake HP.

    Tentang film ini,awalnya pengen nntn karena ada 2 actor fav saya...tapi ga jadi setrelah banyak review senada dengan reviewnya fariz

    ReplyDelete
  2. Wah maaf ya miss :( ntar coba saya apus deh hehe filmnya gak jelek2 amat sih, cuman bagi saya agak mengecewakan

    ReplyDelete
  3. Gapapa :)
    soalnya skr kata2 verifikasinya brubah n susah dibaca sih.

    sy tau filmnya ga jelek2 amat tp kyknya mending tunggu di tv aja ;)

    ReplyDelete