Plot: Setelah kesal akibat ulah adiknya yang urak-urakan, Stone Hopper (Alexander Skarsgård) memaksa sang adik, Alex (Taylor Kitsh) untuk bergabung dalam angkatan laut. Dalam sebuah latihan gabungan di lautan Hawaii bersama negara-negara lainnya, beberapa benda asing jatuh ke perairan tersebut dan di berbagai penjuru dunia. Benda asing tersebut ternyata berasal dari sebuah planet yang sempat menerima pesan dari bumi dan berisi alien-alien bersenjata canggih yang ingin menguasai bumi.
Review: Setelah sukses secara komersial seri film Transformers, sepertinya toy company, Hasbro, juga ingin kembali menuai sukses lewat produk mainannya yang lain. Kali ini giliran game klasik, Battleship yang menuju layar lebar. Peter Berg, sutradara dibalik film-film seperti Hancock (2008), The Kingdom (2007), The Rundown (2003) hingga Friday Night Lights (2004) lah yang kemudian ditunjuk untuk memimpin Battleship ini. Lalu duo Jon dan Erich Hoeber yang bertanggung jawab dengan screenplay nya. Awalnya memang terdengar seperti sebuah lelucon aneh ketika sebuah guessing game standard yang sebenarnya tidak ber-plot ini akan diangkat menjadi sebuah film. Sebenarnya pun, CMIIW, film ini didasarkan atau di-set pada Perang Dunia I. Rasanya seperti melihat Solitaire atau bahkan Minesweeper dibikin filmnya :p But it's Hollywood, and with the adaptation of Battleship, it proves how they love aliens. Mungkin ini juga menjadi salah satu hal yang membuat penonton dengan mudah membandingkan film ini dengan seri Transformers. Film ini menjadi film kedua Taylor Kitsch di tahun 2012 dimana ia menjadi tokoh utama serta penampilan layar lebar perdana bagi penyanyi Rihanna.
Battleship memiliki banyak sekali plot hole serta hal-hal janggal yang sepertinya tidak perlu lah saya jabarkan satu persatu. Dan dari awal pun film ini juga dipenuhi oleh hal-hal klise dan sedikit cheesy. Chicken burrito, anyone? Di awal hingga ke tengah film, terdapat beberapa selipan komedi yang ditaruh oleh Peter Berg yang sayangnya tidak begitu tepat timingnya. Tetapi saya agak sedikit 'intrigued' dengan hint-hint ke-narsisme-an dan ke-patriotisme-an bangsa Amerika yang disisipkan oleh Berg disini, entah intentional atau tidak. Dengan diikutsertakan para veteran perang yang saya rasa sepertinya memang benar-benar veteran perang (their performances sucked big time). 'Untungnya' Berg juga tidak lupa mengikutsertakan 'gameplay' board game Battleship yang di-'reka ulang' oleh para Navy dalam sebuah layar besar. Ide yang cukup baik, and it kinda paid off too. Setidaknya ada sedikit homage untung game nya. Mungkin merasa bersalah ya dengan mengikutsertakan alien ke dalamnya :p. Walaupun sangat membosankan di awal film, di paruh kedua, Battleship mulai mampu menaikkan tensi lewat adegan-adegan yang lumayan menegangkan. Adu taktiknya tidak sebegitu heboh sih, cuman ya boleh lah untuk ukuran film seperti ini.
Untung masalah effectnya, sebagai sebuah film blockbuster berbujet tinggi, tentunya special effect juga menjadi salah satu bahan jual Battleship. Tetapi hasil akhirnya? Same old, same old. Gak begitu banyak yang baru, semua terlihat monoton karena memang sudah sering liat di film-film sejenis. Kalau membandingkan film ini dengan seri Transformers (the second one to be exact), Battleship sebenarnya menjadi film yang jauh lebih baik. Tidak ada sexual innuendo yang tidak penting, less racy, serta tidak membuat wanita menjadi karakter yang lemah dan hanya menjadi sex appeal saja. Rihanna, contohnya. Good for her, mendapat peran sebagai seorang karakter 'fighter' yang walaupun setiap kali ia muncul, line yang diucapkannya hanya satu atau 2 patah kata saja. But for me, she's not that bad. Salah satu nilai plus, karena saya kira Rihanna hanya akan 'aji mumpung' saja. Begitu pula dengan Brooklyn Decker yang berperan sebagai Samantha, pacar Alex, yang setidaknya memiliki peran sebagai seorang therapist (not really bought that actually). Ngomong-ngomong masalah peran, for me, Taylor Kitsch is emm.. not bad. Bagi saya, dia masih belum bisa menjual film ini sebagai lead actor (same goes to John Carter). And they really really wasted Liam Neeson, yang munculnya hanya 'sekilas' disini.
Overview: Yaah, it's exactly what I had expected from a summer blockbuster film (it's actually released 1 month sooner here than in US). You don't really have to care about the entire plot, just enjoy the explotions. It's not really a wreckage though, but it's definitely not a groundbreaking one either. Penuh dengan klise dan hal-hal yang menurut saya termasuk bodoh, serta acting skill yang tidak bagus-bagus amat, Battleship pun menampilkan special effect yang tidak jauh berbeda dengan film-film sejenis. We've seen em all before. Walaupun sempat dibikin garuk-garuk kepala akibat paruh awal yg tidak jelas ingin dibawa kemana, tetapi saya akui bahwa pada second half, Berg mampu menaikkan tensi film dan sedikit menolong Battleship agar tidak jatuh ke film yang too disastrous. Yes, it's stupid, but it's just a mindless blockbuster film, right? Enjoy it like it was supposed to be enjoyed.
Battleship (2012) | Action, Sci-Fi, Thriller | Rated PG-13 for intense sequences of violence, action and destruction, and for language | Cast: Taylor Kitsch, Alexander Skarsgård, Brooklyn Decker, Rihanna, Liam Neeson, Tadanobu Asano, Gregory D. Gadson, Peter MacNicol, Josh Pence | Screenplay by: Jon Hoeber, Erich Hoeber | Directed by: Peter Berg
"Di awal hingga ke tengah film, terdapat beberapa selipan komedi yang ditaruh oleh Peter Berg yang sayangnya tidak begitu tepat timingnya"
ReplyDeleteYang nulis bukan Peter Berg lho bro, melainkan Hoeber bersaudara... So, itu bukan salah doi kalo cerita-nya "aneh" menurut bro.. =D
Setuju, film ini mengecewakan haha
ReplyDelete@Fanboy tapi menurut saya sih sutradara itu berhak aja ngerubah sedikit part di naskah soalnya dia itu Tuhan dalam proses film hehe
Iya bener yg nulis mereka, tetapi kan sutradara sebagai 'conductor' juga harus mengomandoi setiap detil, gak cuman script, tapi musik, editing hingga aktor pemerannya yg harus diperhatikan oleh Berg. Kalo sebagai contoh, itu adegan nyuri chicken burrito dengan musik theme Pink Panther. Agak aneh bisa dimasukkan ke dalam film, bagi saya sih lho.
ReplyDelete@Rasyidharry:
ReplyDeleteWah, iya juga sich bro tapi seinget gw sich klo sampe ada kasus kaya gitu nama dia masuk ke credit penulis juga sich... Hehe...
Fariz Razi:
Betul bro klo itu, mank Sutradara itu "bos operational"-nya film...
Haha...
Tapi, klo udah kasus "timing" berarti pure hasil naskah si penulis sich... Kecuali dirubah sama si Berg kaya bro Rasyidharry bilang... ;)
Wah masa timing hanya berdasarkan naskah saja? Musik dan editing kan juga harus memperhitungkan timing yg tepat hehe yah ini masalah teknis dan sudut pandang masing2 aja sih :)
ReplyDeleteMemang tidak sepenuhnya 'salah' sutradara, tetapi sebagai 'simbol' film ini, saya nulis nama Berg disitu.. mungkin bahasa saya aja kali ya yg rada kurang jelas :p urusan teknis aja
^^Iya ya, teknis sebetul-nya mungkin... :]
ReplyDeleteTapi, gw demen lho n moga2 sukses di Box Office jadi mereka mau ngebuat sekuel-nya... Haha...