Sunday, June 3, 2012

Review: The Fountain (2006)

Plot: Dibagi menjadi tiga cerita yang berhubungan dan dijalin secara non-linear; yang pertama tentang seorang prajurit di Spanyol abad ke-16, Tomas (Hugh Jackman) yang diperintah oleh Queen Isabella (Rachel Weisz) untuk mencari 'tree of life' yang diyakini menyimpan rahasia keabadian. Cerita kedua, di tahun 2005 seorang neuroscientist, Tommy (diperankan juga oleh Jackman) yang tengah melakukan research untuk mengobati kanker yang menyerang istrinya, Izzi (Weisz). Lalu beratus-ratus tahun kemudian, seorang space traveler yang mengarungi luar angkasa dengan misi tertentu.

Review: Setelah debutnya lewat Pi (1998) kemudian menggebrak dengan Requiem for A Dream (2000), Darren Aronofsky baru di tahun 2006 mem-follow up dengan The Fountain. Sebelum akhirnya ia lebih dikenal oleh publik awam lewat The Wrestler (2008) serta Black Swan (2010). The Fountain memiliki proses produksi yang cukup lama. Digagas sejak tahun 2001, masalah budget serta pemeran yang semakin tidak jelas membuat rilis The Fountain diundur bertahun-tahun. Karakter yang awalnya akan dibintangi oleh Brad Pitt dan Cate Blanchett ini kemudian digantikan oleh Hugh Jackman dan Rachel Weisz, respectively. Weisz sendiri  adalah tunangan Aronofsky pada saat itu. Basically, saya rasa The Fountain ini memiliki kisah yang cukup simple. Dari ketiga cerita yang ditampilkan, semua memiliki benang merah yang  jelas. Semua cerita berdasar pada pencarian manusia terhadap immortality, masing-masing mewakili past, present dan future. Semua cerita diselang-seling antar satu sama lain. Past diwakili oleh seorang conquistador Spanyol yang diberi tugas oleh seorang ratu untuk mencari rahasia keabadian, sebuah hal yang kontroversial karena organisasi keagamaan kala itu melihatnya sebagai hal yang menentang Tuhan. Lalu di masa present, seorang dokter berusaha untuk mencari obat untuk menyembuhkan kanker serta mencegah penuaan. Hingga yang terakhir tentang seorang space traveler (yang menurut saya lebih mirip monk) mengarungi luar angkasa dengan sebuah bubble yang berisi sebuah pohon dan dihantui oleh sosok istrinya.

Dari ketiga cerita yang ditampilkan, yang mungkin menjadi dasar semua cerita, dan menghubungkan semua nya adalah cerita sang neuroscientist Tommy dan istrinya yang mengidap kanker, Izzi. Selain tentang usaha keras Tommy mencari obat kanker yang, in other words, 'mencegah kematian' ini, saya suka bagaimana penggambaran karakter Izzi malah sebaliknya, ia sudah pasrah dengan kondisinya dan menurutnya kematian hanyalah sebuah fase yang harus dihadapi setiap orang. Berdasarkan apa yang ia percaya, kematian malah menjadi jembatan untuk membuat hidup yang baru. Aronofsky juga berkata bahwa inspirasi cerita film ini ia dapatkan karena ia memperhatikan bahwa ketika seseorang dalam fase kritis, seringnya orang-orang terdekatnya malah yang paling susah untuk menerima kenyataan, membuat orang lebih banyak meninggal dalam perasaan lonely. Nah cerita ini lah yang menghubungkan antara past dan future tadi. Cerita ini dihubungkan dengan cerita di abad ke-16 lewat buku yang ditulis oleh Izzi. Dan diyakini pula bahwa space traveler di tahun 2500 tersebut adalah Tommy yang *mungkin* telah menemukan obat yang membuatnya immortal. Selain masalah keabadian tadi, semua digabungkan pula oleh legenda suku Maya tentang tree of life, Adam & hawa, serta tentang sebuah legenda galaksi bintang yang dipercaya oleh suku Maya menjadi sebuah tempat reinkarnasi. Agak memusingkan sih pada awalnya, tetapi lama kelamaan makes sense juga.

Actually, I have a love/hate feeling for this movie. Seperti yang telah saya sebutkan di awal, bahwa sebenarnya cerita The Fountain itu simple, sangat simple. Tetapi dituturkan lewat tiga cerita berbeda jaman (yang intinya memiliki cerita yang sama pula) yang kemudian diakhiri dengan satu kesimpulan yang sama. Di satu sisi, saya suka bagaimana Aronofsky merangkai ketiga cerita tadi. Perpindahannya rapi, karena memang settingnya beda-beda banget. Tetapi di sisi lain, saya rasa di beberapa bagian terlihat bertele-tele, sedikit rumit dan dipaksakan agar semua cerita benar-benar terhubung. Belum lagi simbolisasi serta ke-ambiguitas yang ditampilkan. Aronofsky sendiri memang menyatakan bahwa film ini open to interpretation. Sampai sekarang pun saya tidak begitu mengerti apa arti judulnya :p Tetapi walaupun begitu, saya tetap merasa film ini cukup menjadi film yang lumayan bagus untuk dinikmati. Lebih karena saya suka tentang kontradiski 'immortality' dan 'approaching death' di cerita present tadi. Sepertinya Darren Aronofsky ini  lebih memperhatikan masalah teknis untuk film ini ya. Mulai dari cinematography, special effect hingga tata kostum dan art direction pun menurut saya  cukup unik. Tone warna nya yang yellowish pas dengan filmnya yang memang agak gloomy. Score yang dibuat oleh Clint Mansell juga mengalir dengan nikmat. Setidaknya film ini tidak menjadi film yang jelek. That's enough for me.

Overview: It is a visual feast. Sisi teknis dalam film ini, mulai dari cinematography hingga score membuat film ini terlihat indah. Cerita nya tentang keabadian, kematian serta the meaning of life yang dituliskan oleh Darren Aronofsky sebenarnya menarik. Begitu pula dengan idenya menampilkan cerita tersebut lewat 3 setting dari era yang berbeda-beda. Tapi ada beberapa bagian yang menurut saya kurang mudah dipahami serta sebenarnya mampu dipersingkat tanpa mengurangi esensi filmnya. Seperti yang saya bilang berkali-kali, The Fountain memiliki cerita yang simple, tetapi dijalin dengan cara yang agak complicated. Banyak yang mengatakan bahwa film ini semakin bagus setelah ditonton lebih dari satu kali. Well, it's a pretty good film, but right now I don't really have the urge to watch it again.

(Click image to see Rating's Guide)
The Fountain (2006) | Romance, Sci-Fi | Rated PG-13 for some intense sequences of violent action, some sensuality and language | Cast: Hugh Jackman, Rachel Weisz, Ellen Burstyn, Mark Margoli, Stephen McHattie, Fernando Hernandez, Cliff Curtis | Screenplay and directed by: Darren Aronofsky

8 comments:

  1. mau dong the fountainnya soalnya sya salah satu penggemar sang sutradara mulai dari requiem for a dream ,the wrestler,hingga black swan .dapet dri download pa dvd!
    Rewiewnya kereen!

    ReplyDelete
  2. download :) kemaren pake torrent, nyari di piratebay.org hehe thank you!

    ReplyDelete
  3. Keren filmnya keren pula reviewnya...

    ReplyDelete
  4. kayaknya Cloud Atlas terinspirasi dari film ini..

    ReplyDelete
  5. gua baru nyadar, kalo ini film bergenre fantasy - sci fi sekaligus,.. dan setahu gue belum ada film bergenre serupa kayak gini
    *good job

    ReplyDelete
  6. kalau misalnya berminat mendownload film2 karya Darren Aronofsky, silahkan, main ke blog saya.
    http://penuhsyukur.blogspot.com/2014/04/koleksi-film-karya-darren-aronofsky.html

    ReplyDelete
  7. Baru nonton nih sekarang di HBO Hits

    ReplyDelete