Plot: Bashir Lazhar (Mohamed Saïd Fellag) adalah seorang imigran asal Algeria yang tengah mengajukan dirinya untuk menjadi guru di sebuah sekolah, menggantikan guru sebelumnya yang baru-baru ini tewas akibat gantung diri. Dalam mengajar, Lazhar cukup kesulitan menghadapi murid-murid tersebut, karena cara mengajarnya yang terkesan kurang modern serta terlebih lagi karena Lazhar memiliki sebuah masa lalu yang mampu mengancam posisinya di negara tersebut.
Review: Monsieur Lazhar adalah film dari Canada yang awal tahun lalu berhasil mengukuhkan dirinya ke dalam daftar nominasi Best Foreign Language Film di perhelatan Academy Awards, yang akhirnya dimenangkan oleh A Separation dari Iran. Sudah lama saya penasaran mengapa film-film Canada itu masuk ke dalam Foreign Language ya? Ternyata selain bahasa Inggris, Canada adalah negara yang juga menerapkan bahasa Perancis dalam bahasa nasional nya, walaupun tidak semua diwajibkan memakai bahasa tersebut, hanya di daerah tertentu saja *hanya intermezzo*. Kembali ke filmnya, Monsieur Lazhar yang secara harafiah berarti Mister Lazhar ini didasarkan dari karakter Bashir Lazhar yang muncul dalam sebuah play karya Évelyne de la Chenelière. Phillipe Falardeau lah yang kemudian men-develop serta menulis dan menyutradarai film layar lebarnya. Film ini dibuka dengan ditemukannya guru tergantung kaku di kelasnya sendiri. Dua orang anak, yang kemudian bisa kita asumsikan sebagai 2 orang yang paling merasakan efeknya, menghadapi hal tersebut dengan cara yang berbeda. Lalu datanglah Bashir Lazhar, seorang imigran dari Algeria yang kemudian menjadi guru pengganti di kelas tersebut. Lazhar tampak begitu calm dari luar, tidak ada yang tau bahwa ia menyimpan sebuah misteri tentang keberadaannya di negeri tersebut. Dari sini apa yang saya tangkap dari film ini yaitu salah satu theme yang mungkin jelas sekali ingin diangkat adalah tentang 'move on'. Bagaimana kita bisa menjalani hidup dengan normal kembali setelah terjadinya tragedi yang terjadi pada kita ataupun sekeliling kita. Murid-murid dengan peristiwa bunuh diri gurunya serta Lazhar dengan apa yang menimpa keluarganya.
Tema lain yang menonjol dari Monsieur Lazhar adalah perbedaan kultur dan generasi. Biasanya film-film bertema education seperti ini mayoritas memiliki cerita dimana guru yang 'kreatif, selengean dan inovatif' berhadapan dengan sebuah murid-murid di sekolah yang konvensional. Dalam film ini, hal yang terjadi malah sebaliknya. Lazhar adalah seorang yang memiliki cara mengajar yang old-fashion; menata tempat duduk muridnya per baris (berbeda dengan cara guru yang sebelumnya, menjadi setengah lingkaran agar murid lebih interaktif) atau memilih untuk memberi tugas mendikte sebuah paragraf ketimbang membuat tugas group project. Film ini juga menunjukkan sekilas bagaimana lebih 'advanced' murid-murid generasi sekarang. Bahkan Lazhar berkomentar bahwa mereka sudah belajar bahasa Inggris, ketika bahasa formal dari native (French) mereka saja belum sempurna. But it definitely does not make Lazhar an a-hole. Lazhar ikut belajar bersama mereka menjadi pribadi yang lebih approachable dan kemudian menjadi seorang yang cukup respected di mata murid-murid tersebut. I believe it's actually part of the 'moving on' he's been trying to achieve. Masalah perbedaan generasi tersebut juga dibahas dalam bagaimana kita berbicara atau berdiskusi dengan anak-anak tentang hal-hal sensitif seperti kematian esp. peristiwa bunuh diri yang misterius tersebut. Salah satu murid bahkan mengatakan bahwa yang akan trauma terhadap peristiwa tersebut bukan lah mereka, murid-muridnya, tetapi justru para orang tua. Menurut saya sih ada benarnya juga ya, mengingat anak-anak generasi sekarang bisa dikatakan lebih mudah terekspos dengan hal-hal tersebut; lewat media televisi, film atau pun game. Entah hal tersebut bisa disebut ironi atau tidak.
Film ini mungkin terlihat agak monoton. Tidak ada konflik besar terjadi, kalaupun ada tidak meledak-ledak. Lazhar bagi saya juga bukan lah seorang yang layak saya bilang 'begitu inspiratif', walaupun usahanya tersebut patut kita tiru. Tapi mungkin disitu lah saya menyukai film ini. Lazhar memang tidak 'spesial', ia hanya lah seseorang yang tidak ingin berlama-lama larut dalam masa lalu dan berusaha untuk terus melanjutkan hidup. Masa lalu Lazhar memang pilu dan bagi saya sangat sulit untuk bisa dilupakan. But he's trying to. Mohamed Fellag yang berperan sebagai Lazhar juga bermain dengan sangat baik dan mampu meraih simpati penonton tanpa perlu nangis bombay atau marah menggelegar. Yang lebih saya beri applause lagi adalah akting para aktor-aktor ciliknya yang begitu natural dan meyakinkan serta sesuai dengan karakter masing-masing. Selain Sophie Néliss dan Émilien Néron sebagai Alice dan Simon, dua karakter cilik utama, ada pula Marie-Ève Beauregard sebagai Marie-Frédérique dan Seddik Benslimane sebagai Abdelmalek yang walaupun perannya sedikit tetapi mampu mencuri perhatian. Sayangnya Monsieur Lazhar bukan lah film yang tanpa cela. Firstly, saya masih tidak begitu convinced motivasi mengapa Lazhar memutuskan untuk mengajar kelas tersebut, apakah sebuah tribut untuk istrinya? (Maaf sedikit spoiler, but it's not really major IMO). Alasan dipilihnya Lazhar untuk menjadi guru disitu juga mungkin kurang transparan ya, menurut saya seharusnya sekolah seperti itu melakukan background check menyeluruh. Walaupun memang sudah di-hint bahwa tidak banyak guru yang segan menggantikan posisi tersebut karena skandal suicide itu. But those points were not distracting anyway. Despite those things, it's still an amazing film
Overview: It's a really nice film. I don't know why I really really like this film. Mungkin karena atmosfir 'middle class life' nya yang tenang, tidak adanya emosi yang berlebihan, performa yang baik dari semua aktornya atau pun karena film ini secara simple memberikan tontonan yang bersahaja tanpa menggurui. Sulit bagi saya juga untuk menjelaskan bagaimana film se-sederhana ini bisa saya berikan rating setinggi itu :p but this film really left me with a very good impression. Sebuah film yang dengan baik membawakan cerita tentang moving on serta interaksi antara guru-murid yang begitu nyata dan tidak berlebihan. A perfect ending too.
Monsieur Lazhar (2011) | Comedy, Drama | Rated PG-13 for mature thematic material, a disturbing image and brief language | Cast: Mohamed Saïd Fellag, Sophie Nélisse, Émilien Néron, Danielle Proulx, Brigitte Poupart, Jules Philip, Daniel Gadouas, Louis Champagne, Seddik Benslimane, Marie-Ève Beauregard | Screenplay and directed by: Philippe Falardeau
Hai Fariz, kemaren iseng bikin list movie blog favorit dan Vampibots termasuk loh. Cek di http://wwwmilikdita.blogspot.com/2012/03/film-movie-blogger-dan-imdb.html :)
ReplyDeleteAnyway filmnya kayaknya gak cocok sama seleraku deh. Susah emang punya selera cetek. Haha.
Terima kasih ya mentionnya :)
DeleteHehe coba ditonton aja dulu, siapa tau suka :D
Endingnya memang hebat sih,,
ReplyDeletetp kira2 apa ya yg sebenarnya melatar-belakangi bunuh diri bu martine ??
agak sedikit kabur jadinya untuk menangkap pesan film ini (IMO) krn kurang jelasnya latarbelakang bunuh diri itu.
Memang gak ada alasan yang jelas kayaknya, mungkin aja karena masalah dengan Simon, atau memang saat itu kondisi mental Martine gak stabil. Banyak kemungkinannya. Tetapi kalo gak salah Lazhar ngomong ke murid2nya untuk gak usah nyari alasan atas kematian Martine, karena memang gak ada yang tau dan memang gak semua harus ada penjelasan. Kalau menurut saya sih film ini lebih ke efek dari bunuh diri Martine itu dan gimana anak2nya itu menginterpretasi kannya, IMO juga :) saya juga sebenernya masih kurang sreg dgn knp Martine harus bunuh diri di sekolah, kasian anak2nya :(
Deleteana barusan nonton jg gan..
ReplyDeleteana terharu juga dgn ending film in yg harus sesedih ini tapi ana brpikir knapa ga d jelaskan kematian ibu martine.. ana respect sm aktingnya simon aka emilien neron.. pas banget sm anak yg pnya masalah besar n kesepian.. nice review.. I like it
btw mw nanya ni gan.. ibu clare itu jatuh cinta sama monsieur lazhar ya ??? hihi penasaran ne...
ReplyDelete