Sunday, November 18, 2012

Review: ParaNorman (2012)

Plot: Norman Babcock (Kodi Smit-McPhee) mungkin terlihat seperti anak biasa. Yang menjadikan Norman istimewa adalah bahwa dirinya mampu melihat wujud-wujud supernatural yang bergentayangan di sekelilingnya yang tak mampu dilihat oleh orang lain. Berkat kemampuannya tersebut, Norman sering menjadi bulan-bulanan orang-orang di sekitarnya karena mereka tidak percaya terhadap bakat Norman tersebut. Karena bakatnya itu pula Norman pun 'terpilih' untuk menghentikan kutukan penyihir yang selama ini menjadi legenda di kota tempat tinggalnya itu.

Review: Di tahun 2009 lalu, sebuah rumah produksi animasi stop motion, Laika, merilis film animasi pertamanya berjudul Coraline yang berujung dengan tepuk tangan serta sebuah nominasi Oscar untuk Best Animated Feature. Setelah bertahun-tahun dalam proses produksi, film kedua dari studio tersebut akhirnya resmi dirilis di tahun 2012 ini. Film tersebut berjudul ParaNorman. Film ini disutradarai oleh  Sam Fell dan Christ Butler. Fell sebelumnya telah menelurkan film animasi Flushed Away di tahun 2006 serta The Tale of Desperaux di tahun 2007. Butley sendiri adalah penulis naskah untuk ParaNorman. Setelah dirilis di Amerika akhir Agustus lalu, ParaNorman ternyata juga disambut meriah. Mendapat respon yang cenderung positif, ekspektasi saya untuk Paranorman jelas begitu tinggi. Betapa terkejutnya serta begitu senangnya ketika ternyata saya mendapatkan lebih dari apa yang saya harapkan. ParaNorman mungkin terlihat sebagai sebuah film kartun dengan tema horror biasa. Bahkan mungkin sebelumnya sudah dibanding-bandingkan dulu dengan Frankenweenie milik Tim Burton karena jadwal tayang yang lumayan dekat. Karena saya belum menonton Frankenweenie, jadi sayang sekali saya tentu belum bisa membandingkan kedua film yang juga sama-sama memiliki inti cerita yang lebih kelam dibandingkan film-film animasi lainnya itu. Back to Paranorman. Sebelumnya saya mengira bahwa film ini hanya akan menghibur lewat jokes-jokes yang ada. Saya pun terperangah ketika saya menonton sebuah film dengan message yang begitu poignant tentang bullying.

Sang karakter utama, Norman, adalah anak yang 'berbeda' karena bakat melihat hal-hal gaib yang dideritanya. Berkat hal tersebut, ia selalu diganggu oleh teman-temannya. Tak hanya di sekolah, tetapi di lingkungan tempat tinggal bahkan keluarganya sendiri, Norman mendapatkan treatment layaknya ia adalah seorang anak aneh. Mereka mengira bahwa Norman hanya berhalusinasi dan mengada-ada. Yah walaupun memang Norman bukan anak yang normal juga, hobinya adalah menonton dan mengumpulkan berbagai film horror dan segala merchandisenya. Ringtone handphone nya saja adalah theme dari film Halloween. Ditambah lagi dengan personality nya yang cenderung lebih senang menjauh dari kehidupan sosial, padahal salah seorang murid di sekolahnya, Neil, ingin berteman dengannya. Berkat gift (atau curse) nya itu, Norman menjadi pilihan satu-satunya menggantikan pamannya yang esentrik dan terasing untuk melakukan sebuah ritual yang bertujuan untuk menenangkan roh penyihir yang ternyata setiap tahunnya selalu bangkit menuntut balas atas apa yang terjadi padanya ratusan tahun yang lalu. Setelah mencoba untuk menjalankan tugas yang telah diberikan padanya, Norman pun menyadari apa yang menimpa padanya ternyata juga terjadi kepada sang penyihir dulu, membuat Norman, along with the ability to talk to the deceased, mengerti betul bagaimana menghadapinya. Dibalik ceritanya yang klise itu, Fell dan Butler dengan sangat lancar pula menonjolkan tentang stereotipe bully dengan cukup jujur dan jenaka. Tak hanya tentang bully, tetapi juga tentang menerima diri sendiri serta menunjukkan bahwa balas dendam tidak akan menghasilkan apa-apa. An eye for an eye is gonna make the world blind, begitu kata Gandhi.

ParaNorman mungkin memang predictable. Saya dengan mudah memprediksi apa yang akan terjadi di sebagian besar adegan. Misteri siapakah sang penyihir dan zombie-zombie yang tiba-tiba muncul sebenarnya tidak begitu sulit untuk ditebak, cukup obvious. Kurangnya element of surprise ini untungnya ditutup oleh pesan moral yang tepat sasaran dan humor-humor yang cukup menghibur. Sebagai sebuah film animasi yang terlihat dipasarkan untuk konsumsi anak-anak, ParaNorman menurut saya agak sedikit terlalu menakutkan. Dengan materi seperti hantu, kematian, penyihir hingga zombie, munculnya adegan-adegan menegangkan sepertinya akan sulit dinikmati oleh sebagian besar anak-anak dibawah umur. Menurut saya sih, hal tersebut malah menjadikan film ini menarik. Mungkin juga akan mengingatkan kita dengan The Nightmare Before Christmas atau yang lebih baru, Coraline, yang sama-sama diproduksi juga oleh Laika studio. ParaNorman juga bahkan memberikan sebuah kejutan dimana salah satu karakter di dalamnya menyatakan, explicitly, bahwa ia adalah seorang gay, the first time in children-oriented animation history (CMIIW). Hal itu juga mampu menambah bahan diskusi para orang tua kepada anak setelah isu bullying yang menjadi tema utama. Sudah saya bilang kan bahwa film ini memiliki kedalaman cerita yang begitu relevan? Oiya ParaNorman juga adalah film stop motion pertama yang menggunakan teknologi 3D printer untuk menggambar wajah tiap karakter, itu juga membuat animasi stop motion ParaNorman jadi terlihat lebih hidup.

Overview: Dibalik visual yang menawan serta dialog dan adegan yang lucu dan segar, ParaNorman ternyata mampu memberikan depth lewat penggambaran bullying yang poignant serta membalutnya dengan atmosfir horror yang kental. Memang di beberapa bagian, Paranorman akan terlihat begitu menyeramkan untuk anak-anak yang menonton serta memiliki cerita yang predictable, tetapi Paranorman mampu menyeimbangkannya lewat beberapa humor slapstick yang segar. In short, ParaNorman membawa isu bullying dengan sentuhan supernatural. Dan bagi saya film ini telah berhasil menghibur, memukau serta mampu memberikan sebuah pesan moral yang kuat.

ParaNorman (2012) | Animation, Adventure, Comedy, Family, Fantasy, Horror | Rated PG for scary action and images, thematic elements, some rude humor and language | Cast: Kodi Smit-McPhee, Tucker Albrizzi, Anna Kendrick, Casey Affleck, Christopher Mintz-Plasse, Leslie Mann, Jeff Garlin, John Goodman | Written by: Chris Butler (screenplay) Arianne Sutner, Stephen Stone (story) | Directed by:  Chris Butler and Sam Fell

5 comments:

  1. tukar link gan, http://seputarmovies.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Fariz, gue nizar dari Muvila.com boleh minta kontak email lo gak? Kita lagi mau kumpulin database movie blogger. Soalnya kita mau bikin event untuk para movie blogger/ Langsung mention aja ke @nizarland yah riz, biar cepet gue bacanya. Thanks

    ReplyDelete
  3. gw pas liat film ne inget ma anime yg namae harada shonen shi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah saya kurang begitu suka anime jadi kurang tau yg itu hehe mungkin lain kali saya coba ah :)

      Delete