Saturday, October 26, 2013

REVIEW: "The World's End" Still Has The Familiar Charms and Wits but Maybe a bit Underwhelming Entry to the Cornetto Trilogy

Setelah selamat dari terkaman zombie di London dan kejaran cult di sebuah desa terpencil, Edgar Wright kini membawa Simon Pegg, Nick Frost dan teman-temannya untuk melawan serangan alien robot dalam The World's End. The World's End adalah film ketiga dari sebuah trilogi unofficial yang disebut juga sebagai 'Three Flavours Cornetto Trilogy'. Setelah dibuat jatuh cinta dengan Shaun of the Dead (2004) dan Hot Fuzz (2007), kehadiran film ketiga dalam trilogi tersebut jelas menjadi salah satu yang paling saya tunggu tahun ini. But I guess I had my expectations too high.

Kali ini, Simon Pegg bermain sebagai Gary King, seorang alkoholik yang selalu dihantui oleh kejayaan masa lalunya sebagai remaja pemberontak. Terlebih ketika ia bersama rekan-rekannya dulu gagal dalam menjalankan sebuah misi 'The Golden Mile' dimana mereka harus mengitari 12 pub di lingkungan tempat tinggal mereka di Newton Haven dalam semalam. Setelah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, ia akhirnya berhasil mengumpulkan kembali Peter (Eddie Marsan), Ollie (Martin Freeman), Andy (Nick Frost) serta Steven (Paddy Considine), keempat teman satu geng nya untuk mencoba kembali menjalankan The Golden Mile tersebut. Tetapi setelah mereka kembali ke kota asal mereka tersebut, ada yang berbeda di Newton Haven. Seakan tidak ada yang pernah mengenal mereka dan mereka mulai menyadari bahwa semua penduduk berkelakuan berbeda dari biasanya. Little did they know, Newton Haven bukan lagi sebuah kota tenang yang mereka ingat, tetapi telah diambil alih oleh seseorang (atau sesuatu) yang misterius yang tentunya memiliki niat jahat dibaliknya.

As a part of a trilogy, mereview film ini tentunya tidak bisa jauh-jauh dari perbandingan dengan film lainnya. Memang agak tidak adil tidak menilai film ini sebagai stand-alone project, but I just couldn't help it. Film ini dimulai dengan cukup draggy untuk memberikan waktu agar kita mengenal kelima tokoh utama. Dan tentunya how much of a jerk Simon Pegg's character could be. Beberapa menit kemudian film ini mulai menunjukkan taringnya dan menaikkan tensi menjadi lebih seru, hingga kemudian ditutup dengan sebuah ending yang cukup intriguing. Perbedaan yang jelas dibandingkan dengan Shaun of the Dead ataupun Hot Fuzz adalah bahwa The World's End terasa lebih mature. Ada sisi sentimental yang lebih disini, jika membandingkannya dengan dua installmen sebelumnya. Tema nostalgia yang diusung memang berhasil sedikit memberikan efek emosional bagi cerita dan karakter-karakter di dalamnya. Mungkin itu yang membuat film ini jadi less fun. It's not that I don't like it, it's just...different. Pun begitu, The World's End jelas masih memiliki ciri khas Wright-Pegg yang telah kita saksikan dalam kedua film terdahulunya. Salah satu contohnya tentunya directing style dari Wright yang masih dinamis dan khas. 

Naskah yang ditulis oleh Wright dan Simon Pegg pun tetap menawarkan beberapa witty remarks. Coba perhatikan ke-12 nama pub yang ada dalam film ini, semua seakan menjadi sebuah 'simbol' akan tiap kejadian yang terjadi ketika the five musketeers ini berada di tempat tersebut. Dimulai dari pub pertama yang (of course) bernama The First Post, atau ketika mereka bertemu dengan robot kembar dalam pub The Two-Headed Dog, bertemua gadis-gadis flirty di pub The Mermaids hingga klimaks film di pub terakhir, The World's End. Atau ketika kejadian di tahun 1990, dimana mereka masih remaja dan berusaha untuk menjalankan The Golden Mile untuk yang pertama kalinya seakan menjadi refleksi kejadian di tahun 2013, albeit with some details changed. Kemahiran Wright dan Pegg dalam menyisipkan suatu innuendo yang smart tersebut tentunya menjadi salah satu strength dalam trilogi ini. Dalam film ketiganya pun juga begitu, sayang beberapa jokes yang dilontarkan terasa hambar. Ada beberapa sih yang membuat saya tersenyum, tetapi tidak sampai membuat saya tertawa terbahak-bahak, seperti yang saya lakukan ketika menonton dua film sebelumnya. The World's End juga sebenarnya memberikan adegan aksi yang justru lebih banyak, tetapi rasanya kurang memorable yang tidak membuat film ini lebih berkesan.

Mungkin yang juga menjadi masalah adalah bahwa film ini kurang begitu fokus dalam inti ceritanya. Shaun of the Dead jelas menjadi sebuah parodi yang brillian untuk genre zombie. Sedangkan Hot Fuzz juga menjadi satir dalam film buddy cop serta homage untuk film misteri. The World's End, on the other hand, sepertinya sulit untuk menggabungkan tema nostalgia dan persahabatan (diselipi juga dengan isu bullying, midlife crisis, teenage dreams, etc) dengan science-fiction yang agak terasa dipaksakan. Tema-tema tersebut sebenarnya menjadi isu yang menarik untuk dibahas, tetapi entah mengapa keduanya tidak berhasil di-blend dengan baik oleh Wright dan Pegg. Padahal dengan role-reversal antara Pegg yang selama ini selalu menjadi the good guy dan Nick Frost sebagai the opposite end yang justru dibalik dalam film ini dimainkan dengan cukup baik oleh keduanya. Not to mention, nama-nama besar yang muncul dalam film ini, yang sebagian sudah menjadi familiar faces dalam trilogi tersebut. Sebut saja Freeman (Martin, not Morgan), Considine, Marsan, Rosamund Pike sebagai Sam, adik dari Oliver, Pierce Brosnan sebagai mantan guru SMA mereka Mr. Shepherd, sampai Bill Nighy walaupun hanya suaranya saja yang tampil, semuanya berhasil membawakan peran mereka dengan bagus. 

With a heavy heart, saya sepertinya harus menyatakan bahwa saya cukup dikecewakan dengan film ini. Saya masih bisa memberikan apresiasi yang cukup tinggi untuk naskah yang ditulis dengan semangat yang sama yang dipancarkan dalam kedua entry terdahulu. Saya masih bisa merasakan effort yang telah dikeluarkan oleh Edgar Wright sebagai sutradara serta bersama Simon Pegg menulis naskahnya. For what it's worth, tema nostalgia dan brotherhood yang disajikan juga cukup memberikan sedikit kehangatan dan sisi grown-up bagi trilogi ini. Tetapi rasanya The World's End memiliki tingkat enjoyment yang jauh di bawah Shaun of the Dead dan Hot Fuzz yang keduanya telah masuk dalam daftar all-time favorites saya. Well.. tak ada gading yang tak retak dan setidaknya The World's End masih menjadi tontonan yang cukup menghibur. Mungkin nanti setelah saya rewatch berkali-kali, I can change my mind. But not today. [FRZ]
_______________________________________________________________________________

The World's End (2013) |  Action, Comedy, Sci-Fi | United Kingdom| 109 minutes | Rated R for pervasive language including sexual references | Cast: Simon Pegg, Nick Frost, Rosamund Pike, Paddy Considine, Martin Freeman, Eddie Marsan, David Bradley, Bill Nighy, Pierce Brosnan | Written by: Edgar Wright and Simon Pegg | Directed by: Edgar Wright

3 comments:

  1. I like the cast and I enjoyed the first two, but I think this one is definitely the weakest of the trilogy. I just didn't find it all that funny and I was actually irritated by Pegg's character.

    ReplyDelete
  2. Couldn't agree more. Especially for the Unfulfilled High-expectations.

    ReplyDelete
  3. yup, filmnya kebanyakan tema engga fokus dan karakter pegg bener-bener ngeselin.

    ReplyDelete