Monday, April 25, 2011

Head-to-head: Stand by Me (1986) & Now and Then (1995)

Sebenernya apa sih yang dimaksud dengan film coming-of-age? As a matter of fact, gw juga tidak bisa dengan baik menjelaskannya. Apa yang gw tangkep dari beberapa definisi dan contoh, film coming-of age adalah film yang memiliki tema pendewasaan, maksudnya transisi dari anak kecil menjadi dewasa. Masa-masa remaja gitu lah, kalo boleh disebut seperti itu, CMIIW sih. Apapun arti konkritnya, film-film yang sering disebut sebagai film coming-of-age biasanya penuh dengan pesan-pesan di dalamnya. Film seperti ini kadang membuat gw tertarik karena ceritanya dan juga tema yang deket sama gw, yang notabene masih muda #bohong. Dua film pilihan gw adalah Stand by Me dan satu lagi yang banyak orang bilang 'versi ceweknya', Now and Then.

Stand by Me (1986)
Plot: Empat orang sahabat, Gordon 'Gordie' LaChance (Will Wheaton), Chris Chambers (River Phoenix), Teddy Duchamp (Corey Feldman) dan Vern Tessio (Jerry O'Connell) berencana menghabiskan akhir pekan mereka berkelana di tempat yang diduga sebagai tempat ditemukannya mayat seorang anak yang hilang tanpa jejak. Informasi ini didapat oleh kakak Vern yang tanpa sengaja menemukan mayatnya tetapi tidak ingin melaporkannya pada polisi karena sebelumnya ia terlibat dalam pencurian mobil. Keempat anak tersebut yang pada awalnya memiliki maksud untuk menjadi terkenal akhirnya melakukan perjalanan panjang penuh tantangan yang tidak terlupakan.

Review: Gw bingung harus mulai dari mana, hmmm mungkin dari sini; gw sukaaa sama film ini. Kalo kata orang-orang film ini adalah salah satu film coming-of-age terbaik, gw gak bisa menyangkal, memang begitu adanya. Jujur, gw tidak pernah merasakan apa yang dirasakan mereka, maksudnya hit-the-road, dengan sahabat-sahabat terdekat, tapi entah mengapa, lewat film ini, gw sangat tersentuh. Entah karena karakterisasinya yang menurut gw sangat real, atau naskah yang mengalir lancar plus beberapa sejumlah memorable lines. Tahukah kalo ternyata film ini diangkat dari cerita karya Stephen King? Master horror ini juga sempat mengagetkan gw dengan kisah yang gak berhubungan dengan supernatural dan horror seperti The Shawshank Redemption. Film ini memiliki kisah yang sangat inspiratif dan penampilan yang sangat baik dari aktor-aktornya.

Personally, gw sangat amat terkesan dengan karakter Chris Chambers dan pemerannya, the late River Phoenix. Chris ini di awal bener-bener digambarkan (dengan narasi dan performance Phoenix) sebagai bad boy. Pembawaannya yang terkesan santai, terlihat acuh, serta tak lupa rokok di mulutnya membuat Chris Chambers sepertinya akan menjadi tokoh antagonis, or at least pengacau grup tersebut. Tetapi seiring berjalannya film, kita mulai mengenal Chris yang, surprisingly, very very wise. Dia lah yang paling memiliki common sense diantara teman-temannya. Dia menghentikan aksi gila Teddy, melerai perseturuan, cinta damai, serta meng-encourage Gordon, sahabat baiknya. Dari situ kita tahu bahwa Chris orang yang sangat loyal. Di balik itu semua, ia ternyata memiliki sisi rapuh dalam dirinya yang merasa dirinya di-judge akan stereotype anak yang berasal dari keluarga kriminal. Sesuatu yang sepertinya gw lakukan di awal film. Suatu revelation ini lah yang membuat gw sangat suka dengan karakterisasi film ini. Permainan apik dari River Phoenix turut memberikan emosi yang dalam untuk tokoh Chris. Sayang, sama seperti Heath Ledger, Phoenix meninggal dunia dalam usia yang sangat muda. What a loss from a very talented and promising actor.

Selain kisah Chris, ada lagi tentang Teddy yang esentrik dengan rasa cinta dan bangga terhadap ayahnya yg veteran perang, Gordon yang selalu di anak-dua-kan oleh ayahnya yang lebih mencintai kakaknya yang telah meninggal, serta Vern yang sedikit gemuk dan selalu selalu menjadi bulan-bulanan. Sedikit kaget juga yang memerankan Vern adalah Jerry O'Connell. Jangan lewatkan juga penampilan singkat dari John Cusack dan Kiefer Sutherland di film ini. In short, Stand by Me entah mengapa menjadi sebuah film yang sangat personal bagi gw. Film bromance/coming-of-age/road dengan cerita yang sangat dalem. Gordie, Chris, Teddy dan Vern adalah karakter-karakter unik dan berbeda-beda tapi dengan performa semua castnya membuat kita turut merasakan kekompakkan mereka, walaupun diselingi berantem-berantem a la ababil. Kata penutup yang ditulis oleh Gordon dewasa (Richard Dreyfuss) di komputernya sebagai epilog film ini menjadi sebuah ringkasan smart betapa berartinya pengalaman mereka tersebut baginya.

(****1/2)
Stand By Me (1986) | Adventure, Drama | Cast: Wil Wheaton, River Phoenix, Corey Feldman, Jerry O'Connell, Kiefer Sutherland, John Cusack | Written by: Stephen King (novel), Raynold Gideon & Bruce A. Evans (screenplay) | Directed by: Rob Reiner
------------------------------------------------------------------------------------------------

Now and Then (1995)
Plot: Christina 'Chrissy' DeWitt (Rita Wilson) yang tengah mengandung mengundan teman-teman semasa kecilnya, Samantha 'Sam' Albertson (Demi Moore), Roberta Martin (Rosie O'Donnell) dan Tina 'Teeny' Tercell (Melanie Griffith) untuk bertemu kembali. Di reuni tersebut, mereka kembali mengingat pengalaman musim panas mereka ketika mereka masih kecil. Sam, Roberta, Chrissy, Teeny (Gaby Hoffman, Christina Ricci, Ashleigh Aston Moore dan Thora Birch) muda menghabiskan waktu musim panas mereka menyelidiki misteri matinya seorang anak kecil di kota mereka yang terjadi puluhan tahun lalu.

Review: Banyak yang mengasumsikan bahwa Now and Then ini versi cewek dari Stand By Me. Kalo melihat premis dan kemudian menonton filmnya, memang banyak kesamaan dari segi tema dan cerita. First, kita punya sekelompok (tepatnya, 4 orang) sahabat yang melakukan suatu kegiatan yang sepertinya out of their daily activities, later on, mengubah cara pandang satu atau lebih dari mereka. Lalu dua-duanya juga berhubungan dengan kematian. Bedanya adalah Now and Then memang ditargetkan lebih ke kaum hawa. Selain memang mayoritas pemainnya adalah cewek, cerita dalam film ini juga lebih melodramatis dan lebih soft dibandingkan Stand By Me. Isu-isu yang diangkat juga masih bisa dianggap malu-malu kalo mau dibandingkan juga. Misalnya seperti perceraian orang tua atau masalah abandonment yang tidak memberikan dampak psikologis yang signifikan. Tidak se-ekstrim SbM yang menyinggung orang tua yang mentally unstable dan destructive atau yang me-reject anaknya secara terang-terangan.

Kalo dari segi akting, gw lumayan kepincut (bahasa apa itu?!) sama artis-artis muda disini #perv. Seger juga mata ngeliat Christina Ricci dan Thora Birch muda disini, cantik-cantik banget. Melihat penampilan saat tokoh-tokohnya pas masih muda, overall gw gak kecewa. Semua bermain pas dengan porsinya, gak dibuat-buat. Agak sedikit disayangkan scene ketika mereka udah dewasa gak begitu banyak, padahal gw lumayan terkesan sama penampilan Demi Moore disini. Dan kayaknya cocok banget pemilihan aktris-aktris yang meranin karakter dalam film ini pas udah dewasa, muka pada mirip, karakter juga masih 11-12. Ada beberapa scene yang terasa bertele-tele dan kepanjangan. Gw merasa scene dengan seorang veteran perang Vietnam yang dimainkan Brendan Fraser kurang sreg. Memang gw mengerti maksudnya krusial untuk tokoh Samantha, tapi peletakkannya terasa janggal.

Tetapi, dari perbandingan dengan SbM dan segala kekurangan yang dimilikinya, Now and Then masihlah menjadi sebuah sajian yang lumayan menghibur. Selain Fraser, ada penampilan sekilas dari Bonnie Hunt dan Hank Azaria. Memang agak terlalu ringan di awal, kendor di tengah-tengah, tetapi menjelang akhir, NaT akhirnya mengeluarkan 'taring'nya juga. Dan effortnya cukup efektif untuk memberikan pesan berharga, menyentuh dan emosional. Lagipula memang Now and Then bertujuan untuk memberikan tontonan ringan. Dan dengan itu, film ini mengerjakan tugasnya dengan baik.

(***1/2)
Now And Then (1995) | Comedy, Drama, Romance | Rated PG-13 for adolescent sex discussions | Christina Ricci , Rosie O'Donnell, Thora Birch, Melanie Griffith, Gaby Hoffmann, Demi Moore, Ashleigh Aston Moore, Rita Wilson, Devon Sawa | Written by: I. Marlene King | Directed by: Lesli Linka Glatter
------------------------------------------------------------------------------------------------
Overview: Bukannya karena gender, tapi kalo mau memilih antara Team Boys vs. Team Girls, sudah jelas saya memilih Stand By Me. Stand By Me memiliki jalan cerita dan dialog yang lebih mengalir, memorable dan ngena serta jauh lebih rasional. SBM memiliki taraf kualitas akting yang setingkat lebih tinggi juga daripada NaT. Tetapi kalo melihat tujuan awal kedua film, sepertinya keduanya berhasil mencapai misi tersebut. Dua film coming-of-age yang dengan caranya masing-masing sukses menunjukkan kualitasnya yang menginspirasi. Ada satu quote dari Mark Twain yang menurut gw agak berhubungan dengan 2 film diatas, begini bunyinya; "Twenty years from now you will be more disappointed by the things that you didn't do than by the ones you did do". Kedua grup dalam dua film ini melakukan aktifitas yang melelahkan, menguras emosi dan tenaga. Tetapi di akhir, mereka semua belajar dari pengalaman yang tak terlupakan itu. Ya kan? Both movies are recommended!

6 comments:

  1. Sayangnya belom nonton Now& Then.

    Tapi memang, Stand By Me bisa jadi film menyentuh ke tiap org yg nonton mengingat kembali pertemanan masa kecil/muda.

    Bagian terakhir di komputer itu sedih banget, selalu nitik air mata nonton bagian itu.

    Belom lagi quote ini,” I’ll see you at school” “Not if I see you first” Damn... Kena banget line itu.

    ReplyDelete
  2. wah cepet bgt kk mikhael udah comment :0 hahaha iya stand by me sangat2 menyentuh! endingya pas ya, tapi agak kasian jg ya nasib chris di akhir, tapi cocok bgt sama karakternya

    ReplyDelete
  3. Stand By Me, film yang sangat mengaduk emosi dan setiap menontonnya selalu mengingatkan saya pada teman-teman masa menjelang remaja dimana kami juga pernah melakukan beberapa perjalanan jauh bersama..


    "I never had any friends later on like the ones I had when I was twelve"

    ReplyDelete
  4. Buenas películas y bellos y bellas artistas

    ReplyDelete
  5. Saya udah pernah nonton keduanya, tapi karena now and then gak ada subtitle nya jadi males nonton, kalo stand By me filmnya oke banget

    ReplyDelete
  6. Terus kalo now and then gak jelas siapa pemeran utamanya , kalo stand By me kan udah jelas pemeran utamanya Gordie, tapi kalo stand By me,mungkin kata2nya lebih sedikit kasar

    ReplyDelete