
Review: Sepertinya tidak perlu disebutkan lagi, bahwa Drive mungkin adalah salah satu film yang paling gw tunggu-tunggu semenjak kemunculannya di Cannes Film Festival di musim panas tahun lalu. Walaupun tidak mendapatkan penghargaan tertinggi, Drive dengan suksesnya membawa pulang penghargaan Best Director buat Nicolas Winding Refn. Sutradara asal Denmark ini muncul menjadi director-to-watch setelah mengarahkan Tom Hardy dalam film Bronson. Setelah akhirnya menonton film ini, satu kata untuk film ini yang pertama kali tercetus dalam pikiran: efektif. Nah karena gak mau basa-basi, langung aja ngomongin filmnya. Drive berfokus pada seorang stuntman sekaligus 'getaway' driver yang dalam filmnya tidak diberi nama. Panggil saja ia 'driver' (Gosling). Sang driver ini adalah sesosok karakter yang dingin dan sarat ekspresi. Kata-kata yang dikeluarkan dari mulutnya pun tidak begitu banyak. Bisa dibilang ia berbicara ketika ia rasa perlu untuk berbicara. Selebihnya, dia tidak akan menggubris sama sekali. Lewat salah satu opening film paling menegangkan tahun ini, kita melihat aksi sang driver yang gak banyak omong dan sangat efektif. Tanpa kata-kata (kecuali monolog instruksinya di awal film), Drive dibuka dengan sebuah adegan kucing-kucingan antara driver+kliennya dan polisi. Tanpa perlu adegan aksi yang over-the-top pun, adrenalin kita tanpa terasa sudah mulai naik. Dari penggambaran dalam opening tersebut, kita dengan mudah dapat menyimpulkan watak sang karakter utama. Sampai kemudian, kita melihatnya menemukan sebuah kehangatan yang sepertinya tidak pernah, atau jarang, ia temukan dalam kesendiriannya itu.
Setelah menonton filmnya, akhirnya gw yakin mengapa Refn begitu disambut meriah ketika mendapatkan penghargaan tersebut. Refn menata seluruh adegan dengan hati-hati, terlihat sekali kok. Tetapi apa yang paling gw suka dengan cara ia menyutradarai adalah keefektifannya. Untuk menjelaskannya dengan sederhana sih, nyaris tidak ada scene atau sequence yang sepertinya dipakai untuk buang-buang waktu. Semua ditata dengan sangat cermat. Dari filmnya kita bisa melihat dengan jelas bahwa Refn mengambil inspirasi dan memberikan atmosfer film ini secara keseluruhan dari film-film jadul (haha that word is weird). Perhatikan lah lagu-lagu yang diputar dari awal film ini, walaupun gw tidak hidup pada dekade 70 maupun 80an tapi gw merasa familiar dengan lagu-lagu dari dekade2 tersebut yang gw tahu. Sekilas, Refn terasa Tarantino-esque. Tetapi Refn juga memiliki gaya yang sama khasnya. Lewat pemilihan font poster (yang juga digunakan dalam opening credit) juga terlihat suasana retro-nya. Refn juga menurut gw cukup handal mengarahkan adegan-adegan action yang menegangkan. Selain opening itu tadi, ada satu adegan setelah 'bisnis' yang mencelakakan salah satu karakter sampe perseteruan dalam sebuah backstage strip joint. Jantung terasa dipacu terus menerus, karena ada beberapa adegan yang cukup sadis datang tanpa peringatan. Efek surprise sekaligus ngilu bercampur dengan classy style sang sutradara menjadi salah satu highest point film ini. Gw entah mengapa mengklasifikasikan Drive sebagai 'first-class quality of a B-movie'.

Gw merasa awal mula driver tsb mulai memiliki 'sesuatu' sama Irene adalah ketika Irene menanyakan tentang pekerjaan sang driver setelah ia mengantar pulang Irene. Dari sebuah dialog singkat setelah Irene mengetahui bahwa sang driver bekerja sebagai stuntman; 'Isn't it dangerous?', tanya Irene. Sang driver terlihat memberikan sedikit singgungan senyum, entah mengapa gw langsung merasa, that moment was the time he felt something about her. Ekspresi yang ditampilkan karakter tersebut terasa bahwa selama ini tidak pernah ada yang menanyakan dirinya hal tersebut, tidak ada yang pernah care terhadap dirinya. Simple memang, tetapi jujur, kadang afeksi yang diberikan seseorang, sekecil apapun, terasa begitu hangat. Salah satu dialog dalam film ini yang juga cukup menohok gw adalah ketika Benicio dan sang driver sedang menonton TV. Mereka berbincang mengenai sifat hiu. Benecio yang pemikirannya masih sederhana mengatakan bahwa mau bagaimanapun juga, sharks are bad. There are no such thing as good sharks. Dari ekspresi yang dikeluarkan oleh karakter driver, entah mengapa terpancar rasa sedih. Mungkin dari karakternya dia juga, si driver itu menyadari: he's kind of a bad guy. Bagi seorang anak kecil, yang mencuri perhatian sang driver sampe mau mengorbankan nyawanya, dia adalah seorang yang jahat. Mau sebagus dan se-heroik apapun, dengan alasan melindungi orang-orang yang ia pedulikan, the driver has done and surely still will do a lot of bad things.
Overview: Pada akhirnya, tidak dapat dipungkiri bahwa Drive membawa sesuatu yang 'fresh' untuk sinema Hollywood modern, walaupun memang Drive mengambil inspirasi dari film-film tempo dulu. Kesan oldies dan retronya terpancar jelas dengan alunan musik, serta alur kisahnya. Nicolas Winding Refn benar-benar menunjukkan kepiawaiannya meng-handle sebuah film action dengan gaya yang cool dan stylish lewat arahan cinemetography dan pergerakan kamera. Bisa dibilang gaya penyutradaraan Refn lah yang menjadi bintang dalam film ini. Gosling, walaupun gw pernah melihatnya bermain lebih baik lagi, tetap menghadirkan performa yang oke. Walaupun sangat sedikit kata yang dilontarkan oleh karakternya, Gosling menghadirkan kesan chilling lewat emosi yang dipancarkan. Walaupun tidak se-flawless seperti yang dielu-elukan kebanyakan kritikus, Drive tetaplah sebuah karya dengan pencapaian yang nyaris sempurna. Salah satu hal yg gw sesali adalah kurangnya chemistry antara dua tokoh utama, yang sayangnya sebenarnya masih sangat bisa digali lagi. Nonetheless, Drive is effective, classy, brutal and intense. It feels like an old-fashioned action movie with a modern twist.
Drive (2011) | Action, Crime, Drama | Rated R for strong brutal bloody violence, language and some nudity | Ryan Gosling, Carey Mulligan, Bryan Cranston, Albert Brooks, Oscar Isaac, Christina Hendricks, Ron Perlman, Kaden Leos | Written by: Hossein Amini (screenplay), James Sallis (novel) | Directed by: Nicolas Winding Refn
Bro, minta ijin nuker blogroll ya.. ini blog saya, cinejour.wordpress.com. thx b4.
ReplyDeletesip :)
ReplyDelete