Plot: Sejak kecil Peter Parker (Andrew Garfield) telah ditinggalkan oleh orangtua nya dan kemudian diasuh oleh pamannya, Ben (Martin Sheen) dan bibinya, May (Sally Field). Peter akhirnya mengetahui bahwa dulu ayahnya sempat bekerja bersama Dr. Curt Connors (Rhys Ifans). Connors adalah seorang ilmuwan yang tengah berupaya menciptakan sebuah obat yang mampu menumbuhkan kembali jaringan organ manusia lewat DNA yang diambil oleh reptil. Ketika Peter menemui Connors di laboratoriumnya, Peter tanpa sengaja tergigit oleh seekor laba-laba yang ternyata telah menjadi objek uji coba gen dalam lab tersebut. Mulai dari situ, Peter mulai mendapatkan kekuatan luar biasa dan mampu berjalan di dinding serta mengeluarkan jaring dari tangannya layaknya laba-laba. Di sisi yang lain, obat yang Dr Connor uji cobakan (yang ia temukan setelah mendapat formula dari Peter) kepada dirinya malah membuatnya menjadi sesuatu yang berbahaya.
Review: Saya tidak tahu dan memang tidak ingin mencari tahu mengapa pihak Sony ingin me-reboot franchise film yang bahkan umurnya blm mencapai satu dekade (pada saat ide me-reboot diumumkan). Film layar lebar Spider-Man yang pertama yang disutradarai oleh Sam Raimi tersebut dirilis di tahun 2002. It was a very huge hit. Saya masih ingat di tahun tersebut, Spidey was everywhere. Teman-teman saya tidak habis-habisnya membicarakan film tersebut, mungkin karena masih kecil ya, suka heboh sendiri. Film Spider-Man tersebut bagi saya adalah salah satu film yang mempopulerkan kembali adaptasi komik superhero ke layar lebar, khususnya milik Marvel. Walaupun sudah 'dibuka' jalannya oleh X-Men, 2 tahun sebelumnya. Setelah Spider-Man 2 yang ternyata mendapat sambutan yang lebih luar biasa, sekuel keduanya yang dirilis tahun 2007 malah mendapat caci maki. Mungkin itu menjadi salah satu alasan Sony ingin membangun ulang franchise ini. Dengan mengganti keseluruhan pengganti, dan memberikan tugas sutradara kepada Marc Webb ((500) Days of Summer - 2009) yang masih hijau ini (this Spidey is his second feature film!) serta merubah universe yang sebelumnya telah dipopulerkan kepada penonton awam lewat film arahan Sam Raimi, membuat saya sangat skeptis terhadap film ini. Mengapa tidak, film yang dibuat oleh Raimi (excluding the third one) sudah sangat baik menceritakan manusia laba-laba tersebut. At first I thought that this is unnecessary, kayak tidak ada subject lain aja.
Sebelumnya saya mau memberi tau aja kalau saya tidak pernah baca komik nya Spidey sama sekali, jadi gak bisa membandingkan mana yang lebih setia sama cerita originalnya. Film versi Webb ini diberi judul lengkap The Amazing Spider-Man (TAS). TAS saya rasa memiliki tone yang agak lebih gelap dengan humor yang cukup sarkastik di dalamnya dibandingkan dengan versi Raimi. TAS bagi saya menitikberatkan kepada karakterisasi Peter Parker. Bagaimana ia sebagai anak yang 'terlantar' setelah ditinggalkan oleh ayah dan ibunya, terasingkan karena kurang populer di sekolahnya, bagaimana dirinya menghadapi perubahan setelah tergigit laba-laba yang telah terkontaminasi hingga bagaimana Peter menyadari bahwa, well.. 'with great power comes great responsibilty'. Andrew Garfield yang kali ini berperan sebagai Peter menurut saya cocok-gak-cocok. Maksudnya saya bisa melihat usaha Garfield ingin memberikan kesan 'remaja awkward' kepada tokoh itu. Most of the times, dia berhasil. But sometimes, it got irritating. Entah disengaja atau tidak, smirk and awkwardness yang diekspresikan oleh Garfield terkadang masih terasa dipaksakan. I still think that Tobey Maguire is the more appropriate choice as Peter Parker #justsayin. But having said that, menurut saya karakter Peter Parker memang lebih terasa 'kuat' disini. Lewat background story yang menurut saya lebih diperdalam, kita bisa melihat Peter yang memang kehilangan sosok ayah (anehnya ia tidak rindu sama ibunya kayaknya), menyendiri dan menjadi remaja 'nerd'. And I love his sense of humor too. Peter disini tidak bersanding dengan Mary Jane, tetapi Gwen Stacy yang diperankan oleh Emma Stone. God, she's gorgeous. She fits the characters, I guess. Tapi chemistry antara Gwen dan Peter entah kenapa gak begitu convincing.
For me, 2 hours+ is just too long for this film. Belum lagi alurnya yang menurut saya cukup berantakan. Ada bagian yang sepertinya terlalu cepat berganti ke adegan lain, serta ada pula yang sepertinya terlalu basa-basi. It didn't really flow smoothly, the pace sometimes just too messy. Tapi kalo melihat secara keseluruhan? Not bad. Masih watchable dan gak bikin bingung-bingung banget. Lewat screenplay gubahan James Vanderbilt, Alvin Sargent dan Steve Kloves, film ini dititikberatkan lebih ke drama. Keluhan beberapa yang sudah nonton yang saya dengar mungkin film ini kurang di porsi action. But I think it's enough. Walaupun saya hampir dibuat ngantuk di paruh awal, untungnya semakin film ini berjalan, tingkat suspense semakin naik pula. Dan jujur saya merasa sangat terhibur dengan action nya. It's at the right amount. Spidey di TAS berhadapan dengan another 'doctor/scientist-turned-evil-due-to-his-ambition' (sama kan seperti Green Goblin dan Doc Ock?) bernama Dr. Curt Connors aka The Lizard. While its not the smoothest CGI that being used for Lizard, setidaknya masih lumayan meyakinkan lah. Adegan-adegan senggol-bacok antar Spidey dan Lizard ini pun lumayan menegangkan; dari di jembatan, ke sekolah, ke puncak bangunan (why do the final fights always have to be at the top of a building? to make it more climatic?) Plus the swinging parts were also satisfying. Rhys Ifans yang berperan sebagai dr. Connor/Lizard juga sudah bekerja dengan baik, imo. I am convinced that he's a good man, and I am convinced when he turned bad. Martin Sheen, Sally Fields serta Denis Leary yang berperan sebagai Uncle Ben, Aunt May dan Captain Stacy (ayah Gwen), respectively, juga bagi saya sudah cocok lah. Adegan kematian Uncle Ben (no, it's no spoiler) menurut saya memang lebih menyedihkan disini.
Overview: As the previous versions only a couple years apart, comparison is definitely unavoidable. The Amazing Spider-Man bagi saya masih dibawah bayang-bayang Spider-Man versi Raimi yang IMO, lebih menghibur dengan tone yang lebih bright. Saya memiliki masalah di berbagai aspek; a bit too long and a bit messy. But overall, TAS masih menjadi sebuah tontonan yang menghibur. I respect the the heavy portion and more realistic characterization, the precise amount (and enjoyable) action sequences and of course, Emma Stone. It is not a masterpiece but far from a disappointment. Webb dan rekan-rekannya berusaha untuk menjadikan film ini menghibur, dan mereka lumayan berhasil. Anggap saja begini: saya tidak tertidur ketika menontonnya dan saya tidak merasa rugi mengeluarkan uang untuk membeli tiket bioskop. And that equals an enjoyable film.
The Amazing Spider-Man (2012) | Action, Adventure, Fantasy, Thriller | Rated PG-13 for sequences of action and violence | Cast: Andrew Garfield, Emma Stone, Rhys Ifans, Denis Leary, Martin Sheen, Sally Field, Irrfan Khan | Screenplay: James Vanderbilt, Alvin Sargent dan Steve Kloves | Directed by: Marc Webb
Ada beberapa plot holes yang mengganggu. Trus humor Peter di sini terasa ga dapet. Walau Garfield mainnya total, tapi penulisan karakter Peter di film ini rada jelek. Kecewa berat walau dari trailernya emang udah kecil interestnya.
ReplyDeleteI like some of his jokes, though :p salah satu dari karakter Peter yang saya kurang sreg adalah: saya gak percaya dia pinter haha tapi selain itu sih saya fine2 aja hehe
Deletefirst of all, thanks for making a review of my (well, almost everyone's) favorite movie.
ReplyDeleteTrue, I should be in no doubt to agree with you the plot was in quick change from a to be then to c. Romantic story between Stacy and Parker is a little too shallow. And yes, the comedy scenes in this movie are way much laughable than Sam Raimi's.
Nevertheless, I think Marc Webb was in dilemma in rebooting the movie. People already knew someone Peter loves must have known he is Spiderman. Unlike Raimi who was having a privilege to split the part into two movies, Webb couldn't do the same which might end him up as a pure re-maker, not a director. (if it were true, you might be even angrier when reviewing the movie, right?)
Anyhow, since the trilogy is confirmed, let's see how Webb develops his talent in the future. Take his first Spiderman as his attempt in testing the water, and everyone deserves second chance.
Yes I like the fact that Peter is more open about his identity in this film, made it more realistic (cause I think it's hard to keep it a secret, esp to Gwen and Aunt May). And yes I also appreciate Webb's effort to try to make this film a new and a fresh one, not just recycling Raimi's version, which for me it's a hard thing to do.
DeleteI'm also curious to see what Webb will bring for the sequel(s) :)
found this old looks of ur blog http://sigilahororpict.files.wordpress.com/2011/08/vampibots.png mind telling me the fonts you used for the bio & the header? nice blog, btw! :D
ReplyDeleteHaa I made that in my old computer and the original file has somehow been deleted... and I don't have that font in my current laptop, sorry :( and the bio, that's handwritten, I used a tablet for it. Sorry if I'm not helping you, thanks by the way :D
DeleteGwen Stacy!!!!!!!!!! Aaaarghhh!!! gw suka banget sama Gwen Stacy, jauuuh lebih cantik n cute dibanding MJ / Dunst!!!
ReplyDeleteXD
Tapi klo bagi gw, mendingan si Andrew daripada si Tobey cengeng itu... Haha!!!
Saya jg lebih suka Gwen Stacy / Emma Stone hehe saya kayaknya emang minoritas ya lebih milih Maguire hahaha
DeleteSeru banget, Andrew Garfieldnya ganteng banget!!! walaupun menurut saya Andrew Garfield kurang cocok mainin perannya Peter Parker...
ReplyDeleteHaha wah ternyata ada jg yg mikir Garfield disini kurang cocok.. Lumayan sih, cuman gak bagus2 bgt :)
Delete