Plot: Di tahun 2044, mesin waktu belum ditemukan, tetapi akan dalam waktu 30 tahun ke depan. Joe (Joseph Gordon-Levitt) bekerja sebagai seorang looper, yaitu orang yang ditugaskan untuk membunuh musuh-musuh bos mafia yang dikirim dari masa depan. Hingga suatu hari, orang yang dikirim ke hadapannya adalah dirinya sendiri (diperankan oleh Bruce Willis) yang kemudian melarikan diri. Joe muda dengan sekuat tenaga mencoba untuk mencari old Joe yang ternyata memiliki misi tersendiri yang berhubungan dengan seorang single mother bernama Sara (Emily Blunt) dan anaknya, Cid (Pierce Gagnon).
Review: Tahun ini sepertinya memang milik Joseph Gordon Levitt, dengan membintangi film-film high profile seperti The Dark Knight Rises, Premium Rush hingga kemudian diarahkan oleh Steven Spielberg di Lincoln akir tahun nanti. Tetapi sebelum kita menyapa Lincoln, kita akan bertemu dengan Levitt (although with a prosthetic make-up) dahulu lewat film Looper, yang ditulis dan disutradrai oleh Rian Johnson. Hanya memiliki dua film dalam track list-nya ternyata tidak membuat Rian Johnson gagal menggaet bintang-bintang kelas atas ke dalam film ini. Selaini Gordon-Levitt, ia menggandeng nama-nama yang sudah established seperti Bruce Willis, Emily Blunt dan Jeff Bridges, among other actors. Sebelumnya, Johnson 'hanya' membuat film indie Brick (2005) yang juga dibintangi oleh Gordon-Levitt, serta The Brothers Bloom (2009). Tema time travel yang diusung oleh Looper memang bukan lah hal yang baru lagi dalam industri perfilman Hollywood, menjadikan Rian Johson harus memiliki sebuah twist dan signature sendiri agar membuat Looper dapat stand out dari film-film dengan tema sama.
Looper memiliki alur cerita yang terkadang tidak linear. Mulai dari present time (that being 2044), the future (2074) sampe selipan-selipan 'what could have been' di antaranya. Awalnya bisa buat bingung sih, tapi setelah lanjut ditonton ternyata lumayan jelas bagaimana Johnson membagi tiap bagian cerita. There are some moral issues that being raised here. Pertama adalah tentang 'time-travel ethics'. Diceritakan bahwa di masa depan sekalipun, teknologi time travel bukanlah sebuah ilmu yang dapat digunakan secara bebas dan luas, bahkan cenderung hal yang dilarang. Kalau menurut saya sendiri memang menjadi sebuah pelanggaran 'kodrat alam', ketika orang-orang dapat dengan bebas kembali ke masa lalu atau masa depan untuk merubah takdir. Maybe that's one of the reason it gets (will get) banned. Sebagaimana yang hendak dilakukan oleh old Joe, agar hal pahit yang menimpanya di masa depan tak dapat terjadi. Tetapi walaupun Looper adalah sebuah film tentang time-travel dan mostly action di dalamnya, bagi saya sendiri inti dari film ini adalah tentang sebuah pengorbanan. Apakah kita rela melakukan apa saja, mengorbankan diri atau bahkan menghabiskan nyawa orang lain, agar orang-orang yang kita kasihi dapat melanjutkan hidupnya? Apakah kita tega merenggut kebahagiaan orang lain untuk semata-mata mengambil kembali kebahagiaan pribadi secara paksa? Itu bagi saya yang menjadi penggerak film ini. Lebih baik tidak usah saya spoiler-kan, silahkan nikmati sendiri :)
Looper memang memiliki tensi yang cukup thrilling untuk dinikmati, dengan adegan-adegan aksi yang tidak malu-malu diumbar, isu moral yang dengan baik diangkat serta alur yang mudah dicerna. For an action film, bagi saya Looper memberikan adegan-adegan yang cukup memacu adrenalin. Dan sebagai film sci-fi, it's intriguing and creative enough. Hal-hal tersebut nyatanya tidak membuat Looper imun dengan kekurangan. Masih adanya loop hole dalam cerita yang ditulis oleh Rian Johnson ini mungkin memang tidak bisa dihindari, mengingat core cerita yang cukup kompleks sepertinya sulit untuk dijelaskan panjang lebar. Itu bahkan juga menjadi sisi positif film ini juga, dengan tidak memfokuskan time travel itu sendiri sebagai inti cerita. Seperti yang diutarakan oleh Johnson, yang ia inginkan adalah penonton fokus dengan para karakter dan apa yang terjadi di layar saat itu, bukan mengkaji science dari time travel-nya. Kekurangan-kekurangan klise seperti bagaimana saya dibikin gregetan dengan beberapa decision-making para karakter atau gampangnya Joe and old Joe selalu lepas dari kejaran musuh sebenarnya agak mengganggu. Maybe because the story was really creative, jadi kesannya sayang kalo dinodai dengan kesalahan sepele seperti itu.
And by the way, I actually like all the main characters. Mulai dari Joe (walaupun agak geli juga dengan make-up nya yang sengaja dipakai agar Levitt mirip dengan Willis), old Joe serta Sara dan khususnya Cid. Thanks to the script and the performances by the respective actors, mereka memiliki cukup waktu untuk 'menjelaskan' diri mereka, their purposes and their places in the film's plot. Pierce Gagnon, especially, bagi saya cukup mencuri perhatian. Di umurnya yang masih muda itu, ia mampu memberikan penampilan Cid yang kompleks. Karakter-karakter lain, sayangnya tidak memiliki privilege yang sama untuk digali lebih dalam. Misalnya hubungan Abe (Jeff Daniels), sang looper boss dan Kid Blue (Noah Segan) yang sangat ingin mendapatkan pengakuan dari Abe. His cartoonish character a bit irked me, to be honest. Atau karakter teman baik Joe, Seth (Paul Dano), 'alleged lover' Joe, Suzie (Piper Perabo) dan istri Old Joe (Qing Xu) yang terlihat hanya seperti tempelan, walaupun sebenarnya bisa memiliki peran yang cukup relevan dalam cerita. But by a long shot, it's no big deal anyway.
Overview: Even with its flaws, Looper definitely exceeds anybody's expectation on how creative, smart and enjoyable a sci-fi flick can be. Sejujurnya, bagi saya film ini agak sedikit overrated. Don't get me wrong, saya suka film ini. Dengan fokus cerita pada karakterisasi para tokoh dan tentang nilai-nilai moral, dan tidak pada time travel-nya sendiri, adalah nilai plus buat saya. Sebagai film action, saya dihibur dengan segala adegan fight dan baku tembaknya. Looper jelas memiliki script yang ditulis dan diarahkan dengan baik, walau saya memiliki masalah di beberapa segmen, but nothing major actually. Penampilan para aktor pun juga membantu memberikan hal positif untuk film ini. While I think it's not the best film of the year, but it definitely has a spot among them. So go watch it, it's a great and thought-provoking sci-fi film that is worth your cents.
Well, Looper is a cool science-fiction..
ReplyDeleteTapi sy sih ngerasa dari pertengahan ke belakang film ini terasa sedikit hambar. Saya membayangkan bakal ada action yang seru, tapi nyatanya uurrhh seperti kurang greget. :|
Haha kalo saya sih suka, karena sisi drama nya jadi keangkat :) emang sih belakangnya kurang nendang hehe
DeleteTertarik sih,
ReplyDeletetapi entah kenapa saya lebih nunggu The Hobbits, Lincoln atau Djanggo Unchained yaa? Lebih worth for every my pennie kayaknya, hehe..
Tapi 3 film itu kan masih akhir taun, kalo The Hobbit kemungkinan besar tayang disini, Lincoln sama Django masih blm jelas kayaknya hehe :)
Delete