Sunday, October 14, 2012

Review: Seeking a Friend for The End of the World (2012)

Plot: Setelah misi terakhir untuk menghancurkan asteroid raksasa yang akan menghadang bumi gagal, maka berakhir pula harapan manusia untuk hidup, menyisakan 3 minggu saja sebelum sang asteroid menghancurkan dunia. Dodge Petersen (Steve Carrel) yang baru saja ditinggal oleh sang istri, berniat untuk mencari kembali highschool sweetheart yang beberapa bulan sebelumnya mencoba untuk rujuk kembali. Dodge ditemani oleh tetangga flat-nya, Penny (Keira Knightley), yang juga baru saja putus dengan pacarnya. Semakin dekat hubungan Dodge dan Penny, semakin dekat pula akhir dunia akan menghampiri mereka.

Review: Ketika film-film end of the world yang telah beredar di pasaran kebanyakan adalah film-film action full CGI no-brainer atau horror/thriller yang diisi oleh zombie, telah banyak pula filmmaker yang setidaknya mencoba untuk membuat atmosfir berbeda dengan tema armageddon tersebut. Mungkin yang ada di kepala saya sekarang jelas adalah Melancholia (2011) milik Lars von Trier. Trier membuat film apocalypse dengan pendekatan yang lebih 'nyeni' dan depresif, membuat Melancholia menjadi film end of the world yang terasa begitu berbeda (in a good way). Lorene Scafaria, yang sebelumnya menggarap komedi romantis Nick and Norah's Infinite Playlist (2008), juga ingin memberikan twist tersendiri yang bersetting pada hari-hari sebelum dunia hancur. Scarfaria pun menulis dan kemudian menyutradarai film berjudul Seeking a Friend at the End of the World. Seeking a Friend ini bercerita tentang perjalanan dua orang tetangga, Dodge dan Penny, yang dulunya tidak saling kenal beberapa hari sebelum sebuah asteroid bernama Matilda diprediksikan akan menghancurkan bumi. Dodge ingin menggapai kembali kekasihnya dulu ketika masih SMA, Olivia. Akibat Penny-lah yang lupa memberikan surat dari Olivia yang nyasar ke kamarnya, membuat Dodge melewatkan momen tersebut. Akibat merasa bersalah, Penny pun berusaha agar Dodge dapat menemui Olivia kembali.

Dengan bumbu komedi (dan romantis) itu tadi, bagi saya Seeking a Friend menjadi sebuah film yang unik. Dan film ini juga menampilkan berbagai macam 'options' yang bisa dipilih dalam keadaan seperti itu: whether you will spend it with your loved ones, memperjuangkan kembali the one that got away dan hal-hal yang kita sesalkan kemudian, beraksi dalam tawuran, menghabiskannya dengan berpesta pora, membuat benteng tangguh dan berusaha untuk dapat bertahan saat hari-H atau anda akan menyerah dan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh anda? Even if it's portrayed as a comedy, saya bisa melihat pilihan-pilihan tersebut menjadi suatu hal yang make sense dalam menghadapi bencana yang sudah kita yakini akan menjadi akhir dunia. Seeking a Friend menawarkan sejumlah comedic moments yang mampu membuat saya tersenyum hingga tertawa lebar. Most of them are I think brilliant and witty jokes, bahkan beberapa mengingatkan saya dengan Shaun of the Dead (2004) atau Hot Fuzz (2007). Tak lupa juga bahwa Seeking a Friend juga menyelipkan adegan-adegan manis dan mengharukan di dalamnya yang berhubungan dengan mimpi-mimpi masa muda yang kandas, atau yang lebih sederhana, keluarga atau orang-orang yang kita kasihi yang kita telantarkan sebelumnya.

Pada awalnya saya menganggap disandingkannya Steve Carrel dan Keira Knightley terlalu unlikely. But in this film, they were really a great pair. Walaupun chemistry mereka saya rasa hanya bagus 'as friends, not as lovers', tapi ya I can live with that. Bisa dibilang mereka 'bertukar' peran disini. Carrel, seorang aktor komedi berperan sebagai Dodge yang continuously sad dan gloomy, sedangkan Knightley berperan sebagai Penny yang hip dan optimist. I was so impressed with Knightly, she's the MVP here, padahal sebelumnya saya tidak pernah terkesan dengan akting Knightley. Ada satu kalimat yang sempat dilontarkan oleh Penny dan Dodger di penghujung film tentang bagaimana Penny berharap mereka bertemu jauh-jauh hari sebelumnya. Dodger menjawab, 'never whould have been [enough time]'. It really hit me. Kita akan selalu menunda hal-hal yang sebenarnya ingin kita lakukan atau sampaikan hingga di saat-saat terakhir. Membuat penyesalan selalu akan datang belakangan, no? Aktor-aktor lain yang seperti William Petersen, Melanie Lynskey, Adam Brody, Derek Luke, Connie Britton, Patton Oswalt dan lain-lain yang hanya muncul sekitar rata-rata 5 menit sayangnya terasa hit-and-miss; ada yang menghibur, ada yang asal lalu saja.

Mungkin yang menjadi kelemahan film ini adalah Seeking a Friend played it too safe. Nothing extreme, or nothing too dramatic. Sepertinya rating dewasa untuk film ini "hanya" untuk scene dimana Dodge dan Penny menghisap ganja. Bahkan sebuah scene 'foreplay' orgy-nya pun sama sekali tidak memperlihatkan apa-apa (or did I watch the uncensored version? Doubt it, though). Some people might find it flat. Tapi entah mengapa, saya malah begitu menikmati alur film ini. There are also some plot holes in it, dan beberapa hal yang tidak masuk akal sepertinya sengaja dimasukkan dalam film ini sebagai semacam plot devices untuk mendramatisir cerita. Memang cukup disayangkan, mengingat film ini memiliki potensi menjadi sebuah film yang begitu kreatif. Satu komplain lagi dari saya mungkin adalah endingnya yang, yaah tidak jelek-jelek banget sih dan saya rasa cukup pas, tapi sayangnya kurang greget. Seharusnya potong saja 10 menit terakhir dan berhenti disitu, film ini akan memiliki strata yang lebih tinggi lagi di mata saya. But I still like this movie, though.

Overview: It might played it too safe, and cheesy at times, but Seeking a Friend for the End of the World was a blast. Seeking a Friend boleh saja dilapisi oleh sentuhan komedi romantis, tetapi film ini memiliki beberapa isu yang jauh lebih dalam. Walaupun film komedi, tidak semerta-merta apa yang ditampilkan hanyalah lelucon belaka, malah bagi saya sebagian besar rasional. Carrel dan Knightley bagi saya menjadi pasangan yang begitu manis dalam film ini. Film ini memberikan hiburan yang membuat saya tertawa, terharu serta membuat saya berkaca kepada hidup saya sendiri. If tomorrow is the end of the world, apa yang akan saya lakukan? Apakah saya telah memaksimalkan hidup dan segala potensi saya? Apakah akan ada penyesalan? Last but not least, bersama siapa kah saya akan menghabiskan sisa hidup saya tersebut? Haha jadi galau gini...

Seeking a Friend for the End of the World (2012) | Comedy, Drama, Sci-Fi, Romance | Rated R for language including sexual references, some drug use and brief violence | Cast: Steve Carell, Keira Knightley, William Petersen, Melanie Lynskey, Adam Brody, Tonita Castro, Derek Luke, Connie Britton, Patton Oswalt | Written and Directed by: Lorene Scafaria

5 comments:

  1. ha! been waiting to read your review about this movie. despite the pensive feeling it gave me after watching the movie, i quite liked it. gotta say that 'Seeking A Friend FTEOTW' shows how everything is meaningless if there's no future. In the end what matters is the relationships we've made.

    thanks for the review mate

    ReplyDelete
  2. Endingnya bagus, tapi banyak kekurangannya khususnya cerita yang lebih kearah boring ... hehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha banyak yg berpendapat gitu ya, kalo saya entah knp enjoy bgt sama filmnya :)

      Delete
  3. Waah...sepertinya asyik nih filmnya.
    Harus masuk jadwal list nonton dulu kalau gitu

    ReplyDelete