Saturday, December 22, 2012

Review: 5 cm. (2012)

Plot: Setelah tidak pernah terpisahkan selama 10 tahun, 5 orang sahabat, Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji) memutuskan untuk break sementara dan tidak bertemu selama 3 bulan. Setelah 3 bulan tidak bertemu, Genta telah mempersiapkan sebuah perjalanan ketika akhirnya mereka bertemu kembali; mendaki puncak Semeru, puncak tertinggi pulau Jawa.

Review: Publik Indonesia mengenal Rizal Mantovani sebagai that director who made 'Jelangkung'. Nama Mantovani melesat setelah ia dan Jose Purnomo berhasil menghantui tanah air dengan filmnya yang fenomenal. Semenjak itu Mantovani meneruskan karirnya dengan beberapa film horror dan film drama komersil lainnya, but nothing as huge as Jelangkung. Sampai ketika Mantovani diberi kesempatan membuat film adaptasi sebuah novel laris karya Donny Dhirgantoro berjudul 5 cm. Keputusan untuk menyutradarai film ini sepertinya tepat, karena sampai review ini ditulis, 5 cm telah berhasil ditonton satu juta penonton dalam waktu 10 hari. Sebagai sebuah premis, 5 cm sebenarnya adalah sebuah ide yang cukup segar. Bukan ide orisinil memang, tetapi apa yang hendak disampaikan bagi saya menjadi sebuah film yang berpotensi mampu memberikan semangat dan tontonan yang menghibur bagi anak muda (or any other Indo moviegoers). Bercerita tentang, Genta, Ian, Arial, Zafran dan Riani, lima sekawan yang telah berteman sejak SMA sampai mereka sudah lulus kuliah sekalipun (kecuali Ian). Setiap minggu mereka selalu berkumpul seperti sebuah rutinitas. Genta, yang merasa hidupnya monoton, mengajak mereka untuk tidak berkumpul dulu dalam beberapa bulan. Usul yang awalnya ditentang, tetapi akhirnya di-iyakan juga oleh teman-temannya. Tiga bulan akhirnya terlewati sudah. Mereka yang sudah tidak sabar menunggu untuk berkumpul lagi akhirnya bertemu lewat perjalanan mendaki puncak Semeru yang telah digagas oleh Genta.

Setelah sukses dengan fase perkenalan di awal film yang bagi saya lumayan rapi, 5 cm ternyata terpeleset di tengah jalan. Setelah lima sekawan tersebut memutuskan untuk tidak bertemu dulu selama 3 bulan dan menjalani hidup masing-masing, disitulah saya tersadar bahwa perjalanan ini tidak akan selancar yang saya harapkan. Begitu membosankan dan kurang fokus. Mungkin karena takut durasi nya menjadi terlalu panjang, pengembangan karakter terpaksa tidak maksimal dalam bagian tersebut. Setelah dibuat mengantuk dengan sejumlah adegan canggung dan dibuat-buat, rasa antusias saya terbangun kembali ketika mereka akhirnya bertemu dan merencanakan sebuah 'petualangan' yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup. Itu yang dijanjikan oleh Genta. Saya sebenarnya tidak begitu masalah mengenai ketidak-logisan Genta mengajak teman-temannya melakukan hal yang, let's face it, berbahaya dan bukan ajang main-mainan. Saya hanya berusaha untuk memaklumi rencana 'liburan' mereka itu. Beberapa adegan juga lumayan asik buat ditonton. Ini mungkin memang dimaksudkan untuk mendramatisir persahabatan dan mental mereka yang diuji, sekaligus untuk mengangkat pemandangan indah Indonesia. Lagi-lagi hal tersebut menjadi bumerang. Yang saya dapatkan adalah dialog-dialog (sok) puitis dan sangat janggal diucapkan serta hint nasionalisme yang seakan came out of nowhere. Bukan ide yang buruk tentunya memasukan hal-hal tersebut dalam sebuah film dengan tema ini. Tetapi ya itu tadi, tidak ada fondasi kuat yang dibangun jadinya terasa hal tersebut hanya tempelan saja. Masalahnya belum juga selesai, ketika film ini juga gagal memberikan sebuah klimaks (juga kurang pas momennya, seharusnya pas tanggal 17 Agustus ditayangin) atau pun menjelaskan ideologi '5 cm' itu sendiri kepada penonton.

Tetapi, 5 cm juga bukan sebuah kegagalan total. Film ini menawarkan banyak momen-momen komedi dan juga (sedikit) mengharukan yang berhasil memancing emosi. Berterimakasih lah kepada Herjunot Ali yang berperan sebagai 'bang' Zafran. Interaksi nya dengan Dinda, adik Arial yang ia taksir, yang diperankan oleh Pevita Pearce (but sorry dear, you were so dull, or is it your character?) dan Ian yang dimainkan oleh Igor Saykoji adalah highlight dalam film ini. Igor Saykoji juga cukup mampu membawakan perannya. Tetapi mungkin dikarenakan karakternya, Ian, yang bisa dibilang 'the clown of the group' memang sudah menarik di atas kertas. Fedi Nuril, sang pemimpin, sebenarnya terasa berwibawa, but sometimes he acted so much like a preacher. Piece of advice, tolong lain kali surprise buat temen-temennya yang gak life-threatening gini ya. Raline Shah mungkin juga menjadi sebuah revelation. Mantan finalis Putri Indonesia ini bisa dibilang juga termasuk cukup baik sebagai Riani. Sedangkan Denny Sumargo keliatannya begitu underused. Tetapi memang aktingnya gak bagus-bagus banget sih. Not surprised, ini film pertamanya dia juga kan (CMIIW). Overall, para pemeran sebenarnya bukan menjadi sebuah nilai minus. But they performed better as a team instead of their individual sub-plots. Dan seperti itu juga, film ini memang lebih baik ditonton bersama-sama, dibandingkan sendiri. Nanti makin kerasa garingnya hehehe. Film ini juga bisa dibilang memiliki teknis yang tertata baik, lewat gambar-gambar yang menawan serta alunan musik yang 'anak-muda' banget.

Overview: 5 cm was a 'hit and miss'. Dan walaupun banyak 'hit' yang sukses menghibur, film ini memiliki sejumlah misses yang, sayang sekali, rasanya sangat mengganggu. Premisnya menarik, sudah jarang sepertinya film Indonesia mengangkat tema persahabatan anak muda yang digarap secara ambisius seperti ini. Sayangnya film ini dipenuhi dengan adegan tidak masuk akal, akting yang biasa-biasa saja (kecuali untuk beberapa pemain) serta dialog yang terlalu dibuat-buat. Even the Nidji's soundtrack was not memorable. Then again, 5 cm bagi saya tetap menjadi sebuah film yang setidaknya bisa menghibur walaupun hanya di beberapa momen. FIlm ini yang seharusnya lebih banyak dibuat, yang mampu berkoneksi dengan anak muda serta memacu rasa nasionalisme. 5 cm tried to do that, but not entirely successful. At least, they tried. Semoga yang berikut-berikutnya bisa berhasil. Dapet salam, guys, dari Indonesia!


5 cm. (2012) | Indonesia | Comedy, Drama, Romance | Cast: Fedi Nuril, Denny Sumargo, Herjunot Ali, Raline Shah, Igor Saykoji | Screenplay by: Donny Dhirgantoro | Directed by: Rizal Mantovani

10 comments:

  1. mungkin efek dari si penulis novel yang merangkap jadi screenwriter ya?

    bahkan seinget gw sepanjang film ga pernah didengungkan "5cm" itu maksudnya apa. mereka cuma bilang something like "taruh mimpi kalian di sini", sambil taro telunjuk deket jidat. am i right? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha mungkin juga sih, tapi sebenernya memang sempet dibahas kok ttg 5cm, tapi kenapanya itu gak jelas -.-

      Delete
  2. setuju banget sama reviewnya!!! bener banget yang tentang dialog-dialog (sok) puitis, klo menurut gue jatohnya jadi lebay dan bener-bener keliatan gak natural. gue juga setuju banget yang pevita pearce "but sorry dear, you were so dull, or is it your character?" is so true!!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha abis kayaknya Pevita gak sedatar itu kalo akting, kayaknya sih :p disini jadi agak2 oon gitu..

      Delete
  3. Pas mereka udah sampe di puncak diomongin kok soal "5 cm" itu apa, tapi memang nggak memorable banget. Cuma sekali lewat doang. Itu cukup ngecewain yg udah baca novelnya sih, soalnya sebagian orang yg blm baca jd gak terlalu ngeh inti ceritanya apa.

    Dialog2 sok puitis itu memang ganggu banget :| trus backsound nya kadang suka kurang pas sama suasana IMO. Tp saya tetep nangis sih pas nonton :'}

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sayang kalo gak dijelasin, biar kena bgt pesannya... yg bagian2 mengharukan memang lumayan nendang sih :)

      Delete
  4. Ternyata ngga cuma gue ya kak, yang ngerasa kalimat nasionalisme terasa basi dan kurang sesuai. Overall review kita 11:12 wkwkwk. Ternyata ada yang berpikiran sama kaya gue. Soalnya mayoritas pembaca blog gue ngerasa film ini perfecto.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya memang agak janggal aja dengernya.. iya agak aneh jg banyak yg bilang film ini bagus banget, sebenernya sih gak ancur2 bgt, cuman banyak minusnya aja hehe

      Delete
  5. Film ini cuma bagus di awal doang, plus sinematografi suasana alam sekitar semeru. Sisanya bikin gue nyesel ngabisin 50 ribu buat nonton.
    Mendingan gue nonton Life of Pi versi 3D utk yg ketiga kalinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha setuju, awal2nya meyakinkan, lama2 bosen. tapi tengah2 lumayan seru sih kalo menurut saya.. wah mas lagi di Indonesia ya bisa nntn ini hehe

      Delete