Plot: Seorang mahasiswi yang tengah mengerjakan tesisnya mengenai kekerasan dalam tayangan audio visual tanpa sengaja menemukan sebuah video tape yang berisi penyiksaan dan pembunuhan seorang gadis yang ternyata adalah mahasiswi yang hilang beberapa tahun silam.
Review: Thesis atau Tesis, adalah film debut dari sutradara asal Spanyol, Alejandro Amenabar. Publik internasional mungkin mengenalnya lewat film-film seperti Abre Los Ojos (Open Your Eyes -- yang kemudan di-remake menjadi Vanilla Sky), The Others (2001) serta The Sea Inside (2004) yang meraih Best Foreign Language Film Oscar tahun 2005 kemarin. Amenabar menulis script film panjang debutnya ini dengan rekannya Matteo Gil, yang juga akan bekerja sama dengannya di film-film berikutnya. Bercerita tentang Angela (Ana Torrent) yang menemukan profesor pembimbing tesisnya meninggal setelah menonton sebuah video. Sebelumnya, Angela meminta profesornya tersebut untuk mencarikannya video film dengan tingkat kekerasan tinggi dalam arsip kampus sebagai bahan tesis. Penasaran, Angela pun mencuri video tape tersebut yang ternyata adalah sebuah snuff film, berisi video penyiksaan dan pembunuhan seorang mahasiswi yang hilang. Dengan bantuan seorang mahasiswa introvert dan penggemar film-film ekstrim, Chema (Fele Martinez), mereka mulai menocba mencari jawaban dibalik video tersebut. Investigasi mereka membawa mereka pula kepada Bosco (Eduardo Noriega), mantan teman dekat sang mahasiswi. Dengan perangainya yang misterius, Angela malah lama kelamaan mulai terpikat dengan Bosco.
Thesis adalah sebuah film yang menurut saya sangat straight to the point. Perkenalan dari karakter utama yang sedang mengerjakan tugas akhir, apa temanya, hingga apa yang ingin ia cari untuk memperdalam tesisnya dijabarkan dari awal secsra cepat dan tepat. Begitu pula dengan karakter-karakter lain. Layaknya film-film thriller pada umumnya, tentunya Thesis juga memiliki beberapa twists along the way. Film ini dengan lincah membawa kita dari satu deduksi ke deduksi lainnya. Film ini tidak semerta-merta memberikan jawaban yang clear dari awal, ada beberapa turns yang membuat film ini membuat saya asyik menebak-nebak dari awal hingga akhir. Amenabar dan Matteo Gil sebenarnya tidak menghadirkan jawdropping twist besar di belakang dan untungnya tidak menyajikan red herrings (subplot) yang kompleks dan memusingkan. Menurut saya itu lah yang membuat Thesis itu a straight up thriller. That being said, mungkin dengan premis sederhana dan budget yang minim, Amenabar dan Gil sayangnya tidak secara thorough menjabarkan background the so-called snuff ring yang menjadi dalang kejadian dalam film ini, serta hubungan asosiasi di dalamnya. Begitu pula dengan ketertarikan Angela terhadap Bosco yang tidak begitu meyakinkan.
Sama seperti tesis yang dikerjakan oleh Angela, film ini juga ingin menyinggung tentang bagaimana penggambaran audio visual violence dan atraksinya terhadap penonton. Sudah jelas digambarkan lewat karakter Chemas yang memiliki 'fetish' dengan hal-hal yang berbau gore, violence dan pornography. Bisa dilihat juga dari karakter Angela, yang dari awal kisah sudah ngebet banget ingin melihat hal-hal ekstrem, seperti korban kecelakaan kereta hingga video penyiksaan yang 'nyata' atau adegan pembunuhan yang asli. Entah beruntung atau tidak, ternyata ia berhasil menemukan hal yang dimaksud. Tentu saja setelah melihat barang buktinya, ternyata Angela tetap tidak kuasa untuk menyaksikannya, kontras dengan pemikirannya sebelumnya; that she could handle to watch things like that. Dan memang tak bisa dipungkiri, curiosity itu dimiliki oleh masing-masing individu, begitu juga yang ingin diperlihatkan Amenabar lewat sebuah adegan dimana beberapa orang penasaran ingin melihat video tersebut setelah ditayangkan dalam satu acara televisi, regardless of the viewer's warning about the disturbing images.
Saya memang tidak begitu fasih dengan perfilman Spanyol, tetapi pada sebuah adegan dalam film ini, seorang profesor tengah memberikan wejangan dalam ruang kelas penuh mahasiswa perfilman untuk membangkitkan perfilman Spanyol yang katanya sedang terpuruk saat itu. Hal tersebut mengingatkan saya dengan film Fiksi (2008) karya Mouly Surya. Bukan karena ceritanya mirip, tetapi bagaimana film thrller macam Tesis dan Fiksi muncul pada masa-masa perfilman nasional masih bergejolak. Dan keduanya meraih critical acclaim dari negera masing-masing. Sama seperti Fiksi yang berhasil meraih Film Terbaik FFI, Tesis juga sukses meraih sejumlah Goya Awards (Spain's equivalent of Oscar) termasuk Film, Sutradara dan Naskah terbaik. Semangat low budget yang diusung oleh Amenabar disini tentunya bisa menjadi sebuah pelajaran bahwa film bagus tidak selamanya perlu budget besar. Lewat cerita simple dengan penulisan script dan direksi yang asik (plus ia sendiri yang menata musiknya!) nyatanya menjadi batu loncatan Amenabar ke ranah nasional, yang pastinya memiliki andil besar dalam karir internasionalnya kelak.
Overview: Lewat sebuah premis yang sederhana dan budget yang minim, tidak membuat Thesis menjadi film yang melempem. Dengan penulisan naskah yang baik serta penyutradaraan yang bagus pula, Thesis menjadi sebuah film thriller yang cukup menegangkan. Tidak bertele-tele dan ngalor ngidul, Thesis tidak pula kehilangan arah dalam membawa kita ke dalam misteri dan serangkaian investigasi. Memang ada beberapa hal yang sepertinya kurang dalam dieksplor serta editing yang tidak begitu halus di beberapa scene, tetapi saya maklum dengan tahun pembuatan, premis dan budget tadi. Thesis tentunya menjadi sebuah debut cemerlang dari sutradara Spanyol ini.
Thesis (Tesis - 1996) | Spain | 125 minutes | Horror, Mystery, Thriller | Rated R for strong and perverse violent content, brief strong sexuality and strong language | Cast: Ana Torrent, Fele Martínez, Eduardo Noriega | Written by: Alejandro Amenábar, Mateo Gil | Directed by: Alejandro Amenábar
never heard of this before! thank you for sharing it :)
ReplyDeletesy br liat bbrp film asal Spanyol dan menurut sy mereka bgs2 filmnya.
Saya jg nemu film ini tanpa sengaja, Miss. Taunya bagus :)
Delete