Plot: Seorang mantan agen Secret Service harus berusaha untuk menyelamatkan Presiden AS dan keselamatan negerinya dalam sebuah serbuan teroris yang menyerang Gedung Putih.
Review: Mungkin setelah bosan dengan teroris Soviet atau Timur Tengah, kini Hollywood mulai menjamah teroris asal Korea Utara, negara komunis yang akhir-akhir ini sedang naik daun akibat deklarasi perangnya terhadap negara tetangga. Antoine Fuqua (Training Day, 2001) kini menghadirkan Olympus Has Fallen. Lewat film ini kita akan melihat aksi Mike Banning (Gerard Butler), seorang mantan agen Secret Service presiden AS dalam usahanya menyelamatkan Presiden Benjamin Ashner (Aaron Eckhart) dan beberapa orang yang terperangkap dan disandera dalam sebuah aksi teroris yang menyerbu White House. Olympus sendiri mengacu pada kode untuk Gedung Putih. Mastermind dari serangan tersebut adalah Kang Yeonsak (Rick Yune), yang menyamar menjadi bodyguard perdana mentri Korea Selatan yang sedang berkunjung ke White House pada saat kejadian. Dalam aksinya, Mike dibantu oleh kepala Secret Service, Lynne Jacobs (Angela Bassett) serta acting President sementara, Alan Trumbull (Morgan Freeman). Ia juga harus menyelamatkan anak presiden yang sedang bersembunyi di dalam gedung sebelum diraih lebih dulu oleh kroni Yeonsak.
Menonton Olympus memang bisa menjadi sebuah no-brainer escapist yang ringan. Film ini tak memberikan basis latar belakang yang jelas dari sang teroris, maksud dan tujuannya juga bagi saya terlalu lemah. Melihat bagaimana melempemnya security White House, yang sering disebut sebagai the safest place on earth, membuat saya geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa hal ini terjadi? Bukannya tidak mungkin dan meng-underestimate para pelaku. Tetapi menyaksikan serangan bombardir non-stop dan selalu selangkah lebih cepat yang dilakukan oleh para teroris Korea ini sepertinya kurang bisa dipercaya. Begitu pula dengan security Korea Selatan yang dinilai tidak teliti memilih pegawai. Saya sih bakal tersinggung kalau jadi warga Kor-Sel. Apalagi ketika karakter utama yang seperti menjelma layaknya John McClane dari seri Die Hard, sulit membayangkan sekelompok teroris yang di awal terkesan well organized bisa dikalahkan oleh seorang mantan bodyguard. Walaupun memang karakter Mike diceritakan hafal luar dalam dengan tata ruang Gedung Putih. Masa si teroris tidak me-research juga ya? Seperti duo penulis Creighton Rothenberger dan Katrin Benedikt yang ternyata baru pertama kali menulis naskah. Yah maklum kalo begitu.
Yah bagi saya ceritanya yang lemah memang bukan sebuah kejutan lagi. Itu yang saya expect dari film macam ini. Toh lagipula film-film seperti ini dibuat untuk menonjolkan sisi action nya saja, yang which was done quite good. Tidak fenomenal tetapi lumayan menghibur. Sama seperti seri ke-5 Die Hard kemarin, adegan baku hantam dalam Olympus bagi saya cukup seru. Ditambah lagi dengan alur yang cepat dan aksi non-stop, film ini jadi tidak sepenuhnya buruk, seperti yang ditulis mayoritas kritik luar. Film ini juga tidak malu-malu menunjukan kebrutalan aksinya. Memang tidak seeksplisit, say The Raid, tapi tidak lame juga. Mungkin karena faktor nama-nama besar yang membuat sebagian besar orang kecewa dengan film ini. Selain hobi memporakporandakan monumen atau negara nya sendiri, film-film Hollywood juga senang sekali mengangkat tema patriotisme. Mau bencana besar hingga serangan teroris fatal, film-film macam ini pasti kebanyakan akan diakhiri dengan sebuah simbol reborn AS yang tetap kuat dan adikuasa. Memang jiwa nasionalis kebanyakan warga AS itu sebenarnya sangat patut ditiru.
Overview: Sebuah tipikal film popcorn ringan yang jauh lebih mengedepankan aksi ketimbang ceritanya. Banyak hal-hal yang bagi saya kurang bisa masuk di akal. Emotional punch dan patriotism nya bagi saya juga masih kurang nendang. Tetapi jujur, saya cukup terhibur dengan adegan aksi dalam Olympus Has Fallen ini. Jelas bukan sebuah film masterpiece ataupun groundbreaking, tetapi untuk disebut total disaster juga bagi saya tidak pas. Fuqua juga sepertinya sadar potensi film ini seberapa, dan ia cukup bisa mempresentasikan potensi tersebut sesuai tujuannya; no-brainer action flick.
No comments:
Post a Comment