Saturday, September 7, 2013

REVIEW: A Flawed and Underwritten "Elysium" Still Manages to be an Entertaining and Enjoyable Sci-Fi Treat

The year is 2154, dimana orang-orang kaya dan memiliki koneksi sudah pindah dari bumi yang kotor dan penuh sesak ke sebuah stasiun luar angkasa bernama Elysium yang mengorbit mengelilingi bumi. Sedangkan yang lain harus berusaha menjalani hidup di bumi yang berpolusi ini. Premis tersebut adalah yang menjadi basis film kedua Neill Blomkamp, sutradara asal Afrika Selatan, yang namanya bersinar lewat film sci-fi yang berhasil dinominasikan sebagai Best Picture Oscar tahun 2009 lalu, District 9.

Film keduanya ini, yang diberi judul Elysium, kita akan dihadirkan oleh Max De Costa (Matt Damon), seorang pria yang berusaha untuk meluruskan jalannya setelah selama ini hidup bak kriminal. Matt Damon yang bekerja di sebuah perusahan industri Armadyne yang dimiliki oleh John Carlyle (William Fichtner), sejak kecil sudah bermimpi untuk dapat hidup di Elysium, yang ia anggap sebagai tempat tinggal yang ideal dibandingkan hidupnya dulu yang tinggal di panti asuhan. Walaupun telah lama ia menanggalkan mimpinya tersebut, Max kini kembali ingin berusaha untuk terbang kesana, setelah ia tanpa sengaja terkena radiasi tinggi saat bekerja dan hanya di Elysium lah dirinya bisa disembuhkan. Ia beserta teman baiknya, Julio (Diego Luna) meminta associate lama, Spider (Wagner Moura), gembong underworld yang selama ini berusaha secara ilegal untuk membawa imigran-imigran gelap ke Elysium. Usaha Max ini tentunya tidak akan gampang; ia harus menghadapi Secretary of Defense berhati dingin, Jessica Delacourt (Jodie Foster) yang juga memiliki agenda tersendiri dan rouge agent psychotic Kruger (Sharlto Copley). Usaha Max juga harus diwarnai dilematis ketika teman masa kecilnya, Frey (Alice Braga), memiliki anak yang menderita leukimia.

Susah memang untuk tidak membandingkan film ini dengan film Blomkamp sebelumnya. Seperti yang dilakukannya dalam District 9, Blomkamp menciptakan sebuah alternate reality yang berhasil membawakan kesan nyata di dalamnya. Things like that could really happen in our universe. Tetapi dalam Elysium, Blomkamp meningkatkannya, in terms of scale, effect and visually. Mulai dari 'the sunny' Los Angeles yang kini berubah seperti sebuah boot camp yang kotor, penuh dengan sampah dan kriminal, hingga sebuah space station di luar angkasa bernama Elysium yang sophisticated. Dunia yang dilukis oleh Blomkamp terlihat benar-benar nyata. Ditambah dengan efek yang juga tak kalah baik. Good lookin robots and techs you got here. Not to mention, exoskeleton yang di-upgrade ke tubuh Max, yang menjadikannya menjadi setengah mesin. Elysium juga dipenuhi dengan beberapa adegan aksi yang seru. Memang ada sebagian scene yang cukup memusingkan, dengan handheld camera yang tidak statis atau ada juga adegan yang, out of nowhere, menjadi sebuah one-person POV, tetapi sebagian besar action sequences dalam film ini bagi saya cukup menghibur. Gritty and nice editing too, tanpa banyaknya efek CGI atau 3D yang mengganggu. Saya appreciate dengan effort Blomkamp yang dengan budget yang lebih besar dari yang ia dapat dalam District 9, ia tetap memiliki niat untuk memberikan good ol' action di dalamnya. 

Sayangnya, karakter-karakter dalam Elysium memang terasa underwritten dan sedikit one-dimensional. There are no really  an Oscar-worthy performaces, but not Razzie-worty either. Lihat lah sang peran utama, Max. Max memang bukanlah 'the prophet' yang memiliki niat mulia untuk memperjuangkan hak asasi manusia bumi dengan yang tinggal di Elysium. Max adalah seorang mantan kriminal yang ingin memperbaiki hidupnya. Dengan kejadian fatal yang ia alami tersebut, he went all out and berserk crossing territories with only one goal in mind: he just wanted to live. Walaupun munculnya sekelebat flashback ketika Max dan teman kecilnya, Frey, hadir di sela-sela film, saya masih merasa bahwa hal tersebut kurang membantu dalam memberikan depth pada karakter Max, malah terkesan cheesy. Karakter teman baik Max (which kinda seem like his BFF), Julio pun terasa seperti tempelan saja, tidak diberikan full potential untuk bersinar. Frey sendiri yang diceritakan sebagai seorang yang berhasil 'keluar' dari tough life yang mereka lalui saat kecil, sepanjang film tidak berhasil memberikan kesan bahwa ia adalah karakter wanita yang smart dan independent. Begitu pula dengan karakter yang diperankan Jodie Foster (with her weird accent and over-the-top performance), yang terasa tidak konsisten serta tidak memiliki basis dalam kekejamannya tersebut. Praktis, karakter yang cukup memberikan kesan selain Max (cause he's the center of attention), adalah Kruger yang diperankan oleh Sharlto Copley. Yeah, we weren't shown much of his background except that he's a rouge agent with bad reps and psychotic behaviour, but that's not the point, cause Copley really nailed this badass performance.

Secara naratif, Elysium memang tidak begitu basa-basi dalam mempresentasikan semua goal yang ingin diraih. Film ini juga tidak bertele-tele menceritakan world-building yang diciptakan oleh Blomkamp. Pun begitu, rasanya Elysium tidak hadir tanpa cela. Masih ada sedikit isu dalam alur cerita yang tidak begitu seimbang di beberapa bagian, ditambah dengan flashback yang cukup corny dan terlihat sekuat tenaga hanya untuk memancing emosi.  Sebelumnya juga sudah saya bicarakan bahwa karakter-karakter di dalamnya rasanya kurang diberikan kedalaman yang clear. But it's still acceptable. Blomkamp sendiri bersikeras bahwa ia tidak memasukkan unsur-unsur politis ke dalam Elysium. Tetapi jelas bahwa Elysium mengangkat perbedaan kasta sosial yang memang sudah terjadi di masyarakat, juga dengan sub-plot kudeta pemerintahan. Here, Blomkamp literally made the difference higher. Lewat perbedaan sosial antara si kaya dan si miskin, muncul pula perbedaan dalam birokrasi serta hak asasi yang didapatkan. Dalam Elysium yang ditekankan tentunya adalah health-care system. Di Elysium, setiap manusia tidak dapat mati dan tidak dapat tua; setiap penyakit dapat disembuhkan, setiap keriput dapat dihilangkan, dalam beberapa menit saja dengan bantuan mesin kapsul canggih. Perbedaan kasta jelas terlihat dengan aura bleak and dirty yang muncul di bumi dibandingkan dengan clean and elegant yang tampil di Elysium. Mungkin dengan ke-eksklusivitas-an tempat tinggal tersebut, serta niat para penduduk untuk mempertahankannya, mereka tak ragu-ragu memusnahkan para imigran yang, secara ilegal, menginginkan untuk mencicipi kehidupan indah tersebut. What a civilized way of life, ain't it?

Masih seperti nafas yang diusung oleh District 9, Neil Blomkamp membawakan sebuah sci-fi yang (not entirely) original dengan gaya penyutradaraan yang lumayan stylish, serta tak lupa dengan isu sosial dan politik di dalamnya dalam Elysium. To be honest, saya mengharapkan lebih dari Elysium dan sebenarnya memang agak dikecewakan dengan beberapa bagian dalam film ini. It's a bit unbalanced and at times a bit frustrating and shallow. Tetapi, masih banyak part yang bisa diappreciate dari sini; ambisi Blomkamp yang ingin memberikan tamparan sosial, alternate world yang dibangun secara baik serta adegan aksi dan efek yang cukup menghibur. So, it's not entirely a let-down, although not a masterpiece either. ~[FRZ]
______________________________________________________________________

Elysium (2013) | Action, Drama, Sci-Fi, Thriller | United States | 109 minutes | Rated R for strong bloody violence and language throughout | Cast: Matt Damon, Jodie Foster, Sharlto Copley, Alice Braga, Diego Luna, Wagner Moura, William Fichtner | Written and directed by: Neill Blomkamp

5 comments:

  1. It's entertaining enough but definitely flawed and underwritten as you said. Too bad as D-9 was sooo good. I was hoping Copley was gonna be cast as the protagonist again but instead he played a cartoonish villain in this one.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, this film was a bit underwhelming for me... But I actually kinda like Copley's character :P don't know why but I can really feel Copley's psychotic performance here

      Delete
  2. I have not watch District 9, so i was not overwhelmed by comparison to Blomkamp previous effort that supposedly better. That being said i agree it was underwritten and flawed. I do like Max broken hero thing though. And i guess i'm all for this dystopic LA and the jaw-dropping elysian ship. Very well designed pokoknya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, it is still a well-designed film, eventhough the film lacks in other departments :) Aah I recommend you to watch D9 asap! It's one of my favorite film in 2009 :D

      Delete
  3. Perasaan saya dah ninggalin komen disini deh!
    your rating is better than mine, I haven't written my review yet (might not review any movie till Peaky Blinders is over as that series has taken over my weekly movie review slot). The only thing that makes me watch this movie is Sharlto, I like his bad-ass version

    ReplyDelete