Tuesday, September 17, 2013

REVIEW: A Gritty Crime Drama "Mud" Offers a Deep, Heartfelt and Beautifully-Written Coming-of-Age Story

Ketika anda kecil, pernahkah anda bermimpi untuk pergi ke luar daerah tempat tinggal anda, mengeksplor lingkungan dan menemukan sebuah hal yang begitu mengesankan yang dapat  dibuat menjadi sebuah 'benteng' rahasia di pedalaman hutan?  Hal tersebut sedang dialami oleh dua remaja Ellis (Tye Sheridan) dan Neckbone (Jacob Lofland), yang menemukan sebuah kapal yang terdampar di atas pohon akibat banjir besar dalam film terbaru gubahan Jeff Nichols, berjudul Mud.

Kedua bocah yang mengharapkan untuk menjadikan kapal tersebut milik mereka berdua dikejutkan oleh seorang pria yang ternyata telah lebih dulu tinggal di kapal itu. Pria tersebut memperkenalkan dirinya sebagai Mud (Matthew McConaughey). Mud, yang mengaku adalah seseorang yang tumbuh di kota tempat Ellis dan Neckbone tinggal bercerita bahwa dirinya sedang menunggu seseorang di pulau tersebut, yang belakangan diketahui adalah wanita yang ia cintai, Juniper (Reese Witherspoon). Mud menawarkan sebuah penawaran kepada Ellis dan Neckbone untuk memberikannya makanan, ditukar dengan 'hak kepemilikan' kapal tersebut. Awalnya memang mereka berdua ragu, tetapi akhirnya pun hati mereka luluh juga dan mulai bekerja sama dengan Mud. Yang tidak mereka ketahui adalah ternyata Mud telah menjadi incaran polisi beberapa hari belakangan akibat perbuatannya menembak mati seorang pria yang menghamili Juniper. Belum selesai dengan masalah polisi, ternyata keluarga dari orang yang ia bunuh juga ikut mengejar Mud.

Matthew McCounaghey as Mud
Let me start the review this way: I love this film. Ada sebuah atmosfir ala Mark Twain lewat petualangan dua bocah Southerners ini, and we don't get that a lot in films nowadays. Film ini juga mengingatkan saya dengan Stand by Me (1986), in a good way. Secara visual, saya juga suka dengan nuansa gritty dalam film ini. Pemandangan dan aura Southern yang identik dengan hutan dan sungai benar-benar diambil secara indah di setiap shot-shotnya. Jeff Nichols, selaku sutradara dan penulis naskah rasanya benar-benar memiliki cara yang elegan dan rapi dalam membungkus film ini.  At first look, Mud terlihat menceritakan sebuah straightforward story mengenai unlikely relationship antara dua anak belia dengan seorang kriminal. Di satu sisi, film ini memang menjadi sepak terjang karakter Mud. Melihat dari kacamata dua anak innocent ini, kita akan juga dikagetkan dan dibuat merinding lewat perjumpaan pertama mereka dengan Mud yang muncul tiba-tiba. Mereka mulai mempertanyakan maksud dan tujuan Mud tinggal disitu. Tetapi lambat laun, mereka mulai bercengkrama dan bersahabat dengannya. Lewat gerak-gerik dan ekspresi gembiranya ketika mendapatkan sekaleng kacang polong, Matthew McConaughey kembali membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi leading man yang bisa berakting serius

Yang menjadi pertanyaan adalah entah mengapa pada awalnya Ellis dan Neckbone menyetujui tawaran Mud. Apa yang dilihat mereka dari seorang Mud? Apakah image 'bad and mysterious man' membuat mereka ingin tahu, atau semerta-merta mereka hanya berfikir naif bahwa kapal tersebut akan menjadi milik mereka? Atau karena ini adalah sebuah 'homage' terakhir bagi Ellis kepada tempat ia tumbuh dewasa sebelum ia harus bertandang ke kota nanti?  Sampai akhir pun sebenarnya kita tidak diberikan penjelasan secara jelas tentang asal mula Mud; hubungannya dengan Juniper; bagaimana ia bisa akrab dengan Tom Blankenship (Sam Shepard), pria yang juga misterius yang tinggal bersebrangan dengan Ellis; atau detil kejadian yang membuatnya diburu aparat. Memang hal-hal tersebut, at one point of another, sempat terucap dari mulut Mud. Tetapi apakah hal-hal tersebut benar adanya? Apakah kita, sama seperti Ellis dan Neckbone, bisa mudah percaya dengan seorang pria yang kita temui di hutan? Tetapi bagi saya, hal tersebut bukan lah menjadi masalah, tetapi malah memperkuat isu utama film ini.  Entahlah, tetapi saya rasa memang itu yang diinginkan oleh Nichols. Saya sebenarnya lebih merasa bahwa Nichols menggambarkan karakter Mud sebagai seorang pendukung bagi pendewasaan karakter Ellis.

Tye Sheridan as Ellis and Jacob Lofland as Neckbone
Ya, bagi saya karakter sentral dalam film ini adalah Ellis. Ini adalah cerita coming-of-age-nya. Ini adalah dimana ia mulai mempelajari bahwa hidup itu tidak tidak se-simple yang ia bayangkan. Ia akan belajar bahwa di dunia ini tidak hanya ada hitam dan putih. Ia menyaksikan bahwa kedua orang tuanya yang telah menjalin pernikahan beberapa tahun, hal yang ia asumsikan sebagai cinta (married couple should love each other, right?), ternyata memiliki perbedaan dan berujung pada rencana perceraian. Berbeda dengan Mud dan Juniper yang ia yakini memiliki the purest of love, ternyata tidak dapat bersatu oleh karena satu dan lain hal.  Ayahnya, seorang pria yang selalul ia look up to as a head of a family malah tidak berkutik ketika sang istri memutuskan untuk meninggalkan kota kecil tersebut yang secara tidak langsung membuat rumah (dan bisnis) mereka di tepi sungai akan dijual. Tak hanya belajar dari orang-orang di sekitarnya, Ellis juga harus mengalami sendiri ketika ia mulai tertarik oleh lawan jenis serta bagaimana rasanya putus cinta. Tye Sheridan, pemeran Ellis, bermain sangat natural disini. Sheridan sebelumnya dapat kita saksikan dalam film Tree of Life (2011) sebagai salah satu anak Brad Pitt dan Jessica Chastain. Sheridan, bersama dengan Jacob Lofland yang berperan sebagai teman baiknya aka partner-in-crime, Neckbone (his first acting gig) berhasil memberikan performa yang sangat sangat baik disini. Their acting is believable, their friendship is convincing, their characters are well presented. Dan itu datang dari dua pendatang baru ini. Oh, tak lupa dengan beberapa one-liners yang begitu jenaka diucapkan oleh Neckbone menjadi penyegar dalam film drama yang terkesan gritty ini. 

Selain McCounaghey, Sheridan serta Lofland yang dengan sukses menjadi penggerak film ini dengan akting yang mumpuni, pemeran-pemeran pembantu lain juga tak kalah dalam memberikan penampilannya. Reese Witherspoon, dalam perannya sebagai Juniper juga dengan baik membawakan karakter damaged goods yang meyakinkan sebagai seorang yang memikat hati Mud. Begitu pula bapak dan ibu Ellis, Ray McKinnon dan Sarah Paulson, yang walaupun sekilas tetap memberikan sebuah substance yang cukup vital bagi kehidupan Ellis. Yang mungkin menjadi satu saja kekurangan film ini adalah karakterisasi dari Galen yang diperankan oleh Michael Shannon. Galen adalah paman Neckbone yang sehari-harinya mencari mutiara di sungai. Mungkin hubungan baik antara Nichols dan Shannon, yang bermain sebagai pemeran utama film Nichols sebelumnya, the brilliant Take Shelter (2011), membuat Shannon kebagian peran disini yang rasanya kurang begitu penting bagi cerita ini. But is still forgiveable.

Ada begitu banyak yang di-eksplor dalam film ini. Ada petualangan, cinta, keluarga, father figure, persahabatan, crime, violence, hingga kehidupan itu sendiri. Jeff Nichols, yang bagi saya sudah berhasil memberikan sebuah thriller atmosferik lewat Take Shelter, kembali membuktikan bahwa dirinya mampu memberikan sebuah film dengan narasi yang dituturkan secara rapi dan mengesankan dalam Mud. Banyak yang komplain dengan masalah pacing dalam film ini, tetapi bagi saya Nichols berhasil memberikan sebuah dinamika untuk menyeimbangkan antara kisah getaway criminal dengan cerita coming-of-age dari seorang remaja. Di-set di jaman modern, Mud dapat terlihat sebagai sebuah film yang dibuat dalam any period of time. Dan bagi saya itu adalah salah satu kriteria film classic. As of now, this is the best movie of the year so far.  ~[FRZ]
______________________________________________________________________

Mud (2013) | Drama | United States | 130 minutes | Rated PG-13 for some violence, sexual references, language, thematic elements and smoking | Cast: Matthew McConaughey, Reese Witherspoon, Tye Sheridan, Jacob Lofland, Sam Shepard, Ray McKinnon, Sarah Paulson, Michael Shannon | Written and directed by: Jeff Nichols

7 comments:

  1. Take Shelter, beyond its slow pace, is a great piece of writing. Mud dengan durasi yang sedikit lebih panjang mungkin akan terasa "sedikit lebih melelahkan" (I finally succeed watching Take Shelter till finish after like two or three attempts, LOL) but many have referred Mud as this year's best drama, and I'm really looking forward to seeing it.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, Take Shelter is really2 greaat. Personally, lebih suka Mud sih dari Take Shelter, yang memang durasinya agak sedikit lebih panjang, tapi meresap bgt filmnya #eaa *apa coba* haha go see it!

      Delete
  2. I love Neckbone to bits! I read somewhere about this being a loose, modern take of the classic Huckleberry Finn. So maybe that's why it felt like a classic too.
    Anyway i felt the movie a bit cloying at the beginning but i definitely more engaged in the second half :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. He's a scene-stealer here for sure! Memang kerasa bgt sih aura Huckleberry Finn dan the whole Mark Twain atmosphere, jadi nya agak familiar. The first half memang agak sedikit challenging but I enjoy it as much as the second. But I'm glad you like this film too!

      Delete
  3. I haven't got a chance to review this yet but agree w/ your thoughts here Fariz. It's quite a different role I normally see McConnaughey does, even that one scene where he just looks up at Reese Witherspoon's character at the motel is heart-wrenching. That kid Tye Sheridan is very talented, I'd love to see more from him!

    ReplyDelete
    Replies
    1. McCounaghey has been proving he's a terrific actor these past few years. I hope he gets more acclaim after this, since he has always been known as the not-so-serious actor. Ah yes Tye is someone that could be the next big thing, he's talented. I hope he won't get child actor syndrome (they tend to decline after they become adults lol)

      Delete
  4. reviewnya good :) gonna read the latest movie reviews, can be saved directly to http://www.gostrim.com happy watching :)

    ReplyDelete