Monday, September 30, 2013

REVIEW: "Rush" Takes You For an Exciting Ride of Juicy Rivalry and Passionate Character Study


Saya bukanlah orang yang hobi menonton tayangan olah raga exclusively, apalagi pertandingan Formula 1. The closest thing I've ever gotten into watching a Formula 1 was that I had watched Senna (2011), I loved it and put it into my top 10 list that year. Ketika mengetahui bahwa film terbaru dari sutradara peraih Oscar, Ron Howard adalah sebuah biografi dari dua pembalap F1, saya tidak begitu excited dan menunggu-nunggu awalnya. Lewat rekomendasi dari beberapa review, saya pun memberanikan diri untuk mencoba mencicipi Rush. And boy, what a ride it was.

Diisi dengan penampilan yang begitu apik dan menghayati dari Chris Hemsworth (surprisingly good) sebagai karakter pembalap nyata James Hunt dan Daniel Brühl (as expected) sebagai Niki Lauda, Rush akan membawa kita ke sebuah drama emosional yang begitu dalam dan menyegarkan yang bercerita tentang karir kedua pembalap tersebut. Lewat naskah yang ditulis oleh Peter Morgan, Rush memiliki setting pada musim balap mobil bergengsi Formula 1 di dekade 70-an. Lebih tepatnya, film ini akan berfokus pada dua 'permusuhan' yang sempat heboh menghiasi media massa di kala itu antara Hunt dan Lauda. Hunt dan Lauda pertama kali bertemu lewat sebuah lomba balap 'kelas teri' Formula 3. Kedua racer yang masing-masing berasal dari Inggris dan Austria ini sudah adu mulut since the get-go, meributkan teknik membalap masing-masing. Kedunya memiliki watak yang sangat bertolak belakang, walaupun sama-sama keras kepala dan memiliki determinasi untuk menjadi juara. Film ini akan mengkronologikan bagaimana perjalanan Hunt dan Lauda yang awalnya pembalap amatir hingga puncak pertarungan mereka di laga profesional Formula 1.

Selama 2 jam film ini berjalan, Ron Howard mampu mempresentasikan sebuah kisah perseturuan yang dituturkan dengan seru dan exciting. Lewat naskah yang fast-paced dari  Morgan, kisah antara kedua rival ini menjadi terasa menyenangkan untuk disaksikan. Film ini mungkin terasa sedikit draggy di menit-menit awal dan beberapa scene selanjutnya, yang bisa dimaklumi untuk membangun fondasi bagi kedua karakter utama, but once the adrenaline kicks in, it won't let you go. Ron Howard memang memiliki bakat dalam menyajikan storytelling yang apik. Duet Howard dan Morgan ini sebelumya kita saksikan dalam film biography yang tak kalah tegang pada Frost/Nixon (2008) lalu. Sama seperti Frost/Nixon yang terlihat hanya seperti sebuah film biografi biasa, Rush juga memiliki thrilling edge dengan emotional depth di dalamnya. Rush is not all about racing. Film ini pun tak semerta-merta hanya menceritakan tentang Hunt vs Lauda saja, tetapi juga perjalanan mereka untuk mencapai posisi mereka saat itu. Dengan caranya masing-masing mereka berusaha untuk bisa diakui sebagai pembalap profesional. Lengkap pula dengan kisah cinta mereka masing-masing sebagai bumbu pemanis film ini. Diselingi pula dengan scene-scene balapan yang terlihat realistis.

The heart of this film goes to the rivalry between Hunt and Lauda. Hubungan archenemy unik ini awalnya memang terasa seperti sebuah persengitan kotor di antara keduanya. Tetapi lambat laun, dari unhealthy relationship tersebut tumbuhlah sebuah dorongan bagi keduanya untuk menjadi yang terbaik. Entah terbaik di dalam lapangan perlombaan, atau terbaik sebagai seorang pria sejati #eaa. Kedua tokoh utama, practically, are very unlikeable. Hunt adalah playboy yang slengean, keras kepala dan lebih mementingkan nyali dan spontanitas dalam mengemudi. Sedangkan Lauda adalah seorang yang terlalu tactical, sombong, kelewat percaya diri dan dingin. Tetapi anehnya, I ended up supporting both of them. Peter Morgan benar-benar membuat karakterisasi dalam film ini begitu dalam dan menarik. Bagaimana karakter kedua orang ini diperlihatkan sebagai flawed human beings dengan segala kekurangannya, tetapi juga tak mengikiskan fakta bahwa mereka berdua adalah pria-pria yang mengejar mimpinya, whatever it takes. Dari determinasi keduanya pula, tumbuh rasa hormat di antara Hunt dan Lauda. And apparently me to both characters. Film ini pun pada akhirnya menjadi seperti sebuah film coming-of-age dimana awalnya Hunt dan Lauda yang bermula di Formula 3 terasa begitu amatir dan sembrono, hingga akhirnya masing-masing mencapai prestasi sebagai Juara Dunia di Formula 1.

Plot Rush memang lebih condong kepada character-driven story line, tetapi hal tersebut tidak membuat film ini melempem dalam bidang racingnya sendiri. Saya tidak begitu tahu apakah detail atau fakta dari perlombaan dalam film ini benar-benar historically accurate atau tidak, tetapi Ron Howard bagi saya sukses memadukan adegan-adegan racing tersebut menjadi tontonan yang exciting sekaligus artistik lewat tata cinematography, sound serta editing yang jempolan. Presentasi adegan racing yang begitu dinamis membuat Rush menjadi sajian yang memacu adrenalin. Editing yang lincah dipadu dengan musik yang tak kalah seru juga turut memaksimalkan pengalaman menonton. Tak lupa dengan sebuah adegan tabrakan sekaligus operasi yang hadir setelahnya yang begitu menegangkan dan sedikit membuat ngilu. Selain memacu adrenalin, Morgan dengan uniknya menyisipkan drama lewat kisah pribadi dan percintaan antara Hunt dan istri pertamanya serta sedikit sentuhan komedi romantis dalam pertemuan pertama antara Niki Lauda dan calon istrinya, Marlene (Alexandra Maria Lara) pada salah satu adegan terbaik dalam film ini. Dan tentunya, Howard dengan manisnya menerjemahkan hal tersebut ke media gambar. Belum lagi dengan departemen production design serta costume yang juga sukses membawakan authentic atmosphere 70an ke dalam layar.

Rush mungkin sedikit terasa terbata-bata di awal sebelum akhirnya plotnya mengikat kita di menit-menit selanjutnya. Minimnya peran pembantu yang signifikan juga agak terasa mengganggu, terutama karakter istri pertama Hunt, Suzy (Oliva Wilde) yang terkesan hanya sebagai tempelan saja walaupun sebenarnya memiliki peran yang vital. Walaupun masih disertai dengan beberapa speed-bumps, Rush sudah cukup dapat menghibur saya sebagai tontonan yang memacu adrenalin yang juga dilengkapi dengan sisi emosional yang digali dengan baik serta tata artistik yang stunning. Rush bukanlah film yang dihadirkan hanya untuk penikmat F1 saja. Film ini tidak hanya bercerita tentang balap-membalap, tetapi juga tentang passion, love, friendship, life and what it takes to become a champion. So fasten your seatbelt, and enjoy the ride! ~[FRZ]
_____________________________________________________________________________

Rush (2013) | Action, Biography, Drama, Sport | United States, United Kingdom | 122 minutes | Rated R for sexual content, nudity, language, some disturbing images and brief drug use | Cast: Chris Hemsworth, Daniel Brühl, Olivia Wilde, Alexandra Maria Lara, Pierfrancesco Favino, David Calder, Natalie Dormer, Stephen Mangan, Christian McKay | Written by: Peter Morgan | Directed by: Ron Howard

3 comments:

  1. Sounds like a nice ride, literally and figuratively :D Hoping to catch this one this weekend.

    ReplyDelete
    Replies
    1. You should! It's one of the most enjoyable films this year for me :)

      Delete
  2. review filmnya bagus :) yang mau baca review film terbaru lainnya bisa langsung ke http://www.gostrim.com selamat membaca :)

    ReplyDelete