Sunday, January 31, 2010

"That was Mozart. That! That giggling dirty-minded creature I had just seen, crawling on the floor!"

Amadeus (1984)
November 1823 -- film ini diawali oleh sebuah pengakuan dan usaha bunuh diri dari Antonio Salieri (F. Murray Abraham), seorang komposer yang telah lanjut usia. Ia mengaku bahwa ia telah membunuh seseorang bernama Mozart. Ketika ia dibawa ke sebuah asylum, seorang pendeta mengunjunginya. Dengan metode back-to-back flashback, Salieri pun kemudian mulai menceritakan tentang seorang komposer muda jenius bernama Mozart.
Salieri dahulu adalah salah satu komposer terkenal di Vienna, bahkan menjadi Count Composer untuk Emperor Joseph II (Jeffrey Jones). Pada zamannya, Salieri telah menjadi seorang komposer tersukses di Vienna dengan opera-opera yang ditulisnya. Semua tiba-tiba berubah ketika Wolfgang Amadeus Mozart (Tom Hulce) datang ke Vienna. Mozart diyakini oleh banyak orang memiliki bakat natural dan brilian dalam hal musik. Sejak kecil Mozart telah dilatih dan dibawa ayahnya, Leopold (Roy Dotrice) ke berbagai daerah untuk menunjukkan bakatnya. Bakat yang luar biasa ini juga diakui oleh Salieri. Ketika Emperor Joseph mulai terpikat dengan bakat Mozart dan juga makin bersinarnya nama Mozart di Vienna membuat rasa kekaguman Salieri menjadi kecemburuan dan kebencian.

Siapa yang tidak kenal Mozart? Komposer yang satu ini sudah menjadi sebuah legenda dalam dunia musik klasik. Karya-karya nya masih sering diperdengarkan sampai saat ini. Jujur, gw masih kurang hafal dengan apa saja yang telah Mozart tulis, tapi gw pasti bisa mengenali satu atau dua lagu karya nya yang gw gak tau judulnya. Gw yakin beberapa dari lo gak familiar dengan judul lagu Eine Kleine Nachtmusik. Coba search di YouTube, pasti langsung tau lagunya.
Film yang diarahkan Milos Forman ini (gw baru tau dia yang sutradarain One Flew Over Th Cuckoo's Nest juga) dan diangkat dari stageplay karya Peter Shaffer ini mendapatkan 8 Oscar pada perhelatan Academy Awards 1985. Termasuk didalamnya adalah Best Picture dan Director. Kisah dalam film ini mungkin memang tidak historically correct (begitu yang disebut berbagai sumber). Apakah hal-hal yang dituturkan dalam film ini benar adanya atau gak gw gak tau dan yah gw agak males juga nyari tau sebenernya hahaha Gw sih menerima film ini bukan sebagai sebuah kisah nyata, tapi lebih ke perasaan cemburu yang ternyata bisa berdampak sangat buruk, bahkan bisa menjauhkan kita dari Tuhan.
Salah satu poin plus terbesar film ini adalah penampilan duo akting yang luar biasa dari Abraham dan Hulce. F. Murray Abraham yang berperan sebagai Salieri bermain sangat sempurna ketika ia bercerita mengenai rasa iri hatinya yang bercampur dengan rasa kagum terhadap Mozart dalam interviewnya dengan sang pendeta dan juga ketika ia berhadapan dengan Mozart dengan segala muka-duanya. Rasanya pantas2 aja kalau Abraham diberi gelar Best Actor oleh Academy Awards. Tapi kalau menurut gw Tom Hulce lebih pantas menerima gelar tersebut (Hulce juga mendapat nominasi Best Actor, hal yang sangat jarang terjadi, 2 aktor mendapatkan nominasi dari 1 film yang sama dan tahun yang sama). Permainan Hulce sebagai Mozart menurut gw pas banget; jeniusnya dan slengeannya. Seperti yang gw bilang, gw gak tau apakah Mozart yang asli benar2 jenius slash party-animal seperti gambaran dalam film ini. Tapi penampilan Hulce sangat memorable. Apalagi dengan tawa khasnya. Uniknya, walaupun mungkin terlalu sering tapi gw selalu ketawa setiap Mozart ketawa.

Kelebihan lain dari film ini adalah editing yang bisa dibilang lumayan rapi. Pergantian scene-scene antara masa sekarang (dimana Salieri udah di asylum) dengan masa lalu menurut gw sangat halus dan mengalirnya enak aja. Jadi bikin enak buat ditonton. Pengambilan gambarnya juga menurut gw oke banget. Gw suka banget ketika Mozart ataupun Salieri 'mengomandoi' orkestra nya, pas banget diambil gambarnya. Sayang editing dan cinematographynya tidak mendapat Oscar. Kemegahan film ini juga ditunjukkan dengan penataan kostum, dekorasi dan make-upnya yang juara. Berasa banget seperti Eropa di zaman pertengahan (eh zaman pertengahan kan ya? hahaa).
Hal yang gak mungkin dilewatkan dari film tentang Mozart tentu aja penataan musiknya. Dalam film ini, alunan musiknya keren banget, classicly sophisticated kalo kata gw dan juga brilliantly put. Gw gak tau apakah semua musik dalam film ini murni musik buatan Mozart atau original score untuk filmnya, tapi yang jelas bagus banget.

A feast for your eyes and ears. Menurut gw ceritanya sebenernya biasa aja, gak heboh2 banget. Tapi penampilan akting dari 2 lead actors nya luar biasa kalo kata gw. Ditambah lagi dengan aspek2 teknis seperti penataan musik, kostum, make-up dan sebagainya yang sangat pas. Awalnya gw kira film ini bakal ngebosenin (awalnya malah gw kira film ini tentang penyihir -- gara2 liat posternya hahaha), tapi ternyata menghibur juga. A great great movie!

(****)

Orion Pictures
Cast: F. Murray Abraham, Tom Hulce, Elizabeth Berridge, Simon Callow, Roy Dotrice, Christine Ebersole, Jeffrey Jones
Written by: Peter Shaffer
Directed by: Milos Forman

No comments:

Post a Comment