Plot: Meet, Oliver Tate (Craig Roberts), seorang remaja quirky berumur 15 taun yang ingin melepas keperjakaannya kepada seorang teman di kelasnya yang bernama Jordana (Yasmin Paige), yang awalnya hanya ingin menggunakan Oliver untuk membuat mantan pacarnya cemburu. Oliver juga tengah berusaha untuk mendekatkan kembali hubungan ayah dan ibunya (Noah Taylor & Sally Hawkins) yang sedang merenggang yang juga diperparah dengan munculnya mantan kekasih ibunya (Paddy Considine) yang pindah ke sebelah rumahnya.
Review: Boleh kah gw state dari awal betapa gw cintaaaaa banget sama film ini. Yah mungkin cinta nya berlebihan, tapi itu lah yang gw rasakan setelah menonton Submarine. Sulit lho bagi gw menonton film-film seperti ini, yang, pardon me, kadang-kadang terasa mencoba terlalu keras untuk menjadi lucu. Well not this film. Submarine sendiri adalah sebuah film debut penyutradaraan Richard Ayoade. Ayoade mungkin tidak asing bagi beberapa orang, karena ia sempat dikenal sebagai aktor dalam tv series Inggris, The It Crowd, yang sayangnya juga asing di telinga gw. Debut penyutradaraan ini juga sekaligus debutnya dalam menulis naskah yang diadaptasi dari novel gubahan Joe Dunthorne. Submarine diperankan oleh aktor-aktor muda yang sepertinya belum begitu dikenal luas, tetapi semoga saja memiliki karir yang gemilang di masa depan ntar. Pertama, ada Craig Roberts sang bintang utama yang rasanya melihat muka melasnya aja udah keliatan pas bgt jadi Oliver. Dan juga Yasmin Paige sebagai Jordana, little version of Summer from (500) Days of Summer, lol. Mereka ditemani aktor-aktor Inggris yang mungkin sudah pernah kita jumpai seperti Sally Hawkins (Happy-Go-Lucky), Noah Taylor (ayah Charlie di Charlie & Chocolate Factory) dan Paddy Considine. Oh, and btw Submarine ini sebenernya film keluaran 2010 kalo melihat premiernya di festival-festival film, tapi kalo dirilis secara luas di bioskop sih tahun 2011, jadi gw menganggap ini film taun 2011 aja yaa *maksa*.
Sebagai sebuah debut, Ayoade menurut gw terbilang sangat sangat sukses memberikan tontonan yang gak hanya menghibur, tapi juga menohok dan memperlihatkan sebuah komedi satir mengenai dunia remaja khususnya masa-masa coming of age. Dalam waktu 5 menit saja, oke, 5 menit, Submarine telah berhasil mencuri hati gw. Betapa tidak, melihat tingkah dan kelakuan seorang Oliver Tate dari film ini berjalan seakan 'menyindir' gw. Oliver is one of those characters that I really can easily relate to. Sebagai seorang remaja yang clueless dicampur labil dikalilipatkan dengan gejolak hormon yang menggebu-gebu, karakter Oliver sepertinya sukses memberikan gambaran remaja 'normal' dengan segala ketidak normalannya. Bingung deh jadinya wkwk yah namanya jg masih remaja. Dalam durasi sekitar satu setengah jam++, Submarine memaparkan bagaimana alur kedewasaan seorang Oliver. Diawali oleh rasa 'alienated', lalu kemudian jatuh cinta, melakukan hal-hal gila untuk mendapat perhatian seorang cewek, hingga menyadari bahwa cinta itu tidak ada cinta yang abadi, or are there? Submarine menjadi sebuah film yang menarik karena cerita dan dialog nya yang ditampilkan begitu kocak dan memikat. Tak terhitung berapa kali gw tertawa melihat aksi delusional ataupun 'ke-edgy-an' seorang Oliver yang terkadang memang sedikit mengingatkan pada gw dan remaja pada umumnya (ehm apa gw doang ya?).
Sebagai seorang remaja kebanyakan, Oliver merasa dirinya clueless. Berbeda dengan beberapa binatang yang mampu mendengar suara setingkat ultrasonic, manusia gak bisa. Dia merasa gak bisa membaca pikiran ibunya, ayahnya hingga Jordana yang terkadang membuat Oliver sendiri bingung. Lain di mulut, lain pula di hati. Apalagi melihat kelakuan orang tuanya yang sepertinya semakin hari semakin menjauh. Oliver menyinggung tentang kapal selam, yang menurutnya mampu menangkap gelombang ultrasonic dan menangkap apa yang tidak bisa didengar manusia pada umumnya. Dia pengen menjadi 'kapal selam' supaya bisa membaca pikiran orang-orang disekitarnya. Mungkin itu sih analogi yang gw tangkap mengapa film ini berjudul Submarine. Selain mungkin karena Oliver juga menyukai hal tersebut. Selain itu, layaknya kapal selam juga, seiring film ini berjalan, semakin dalam pula permasalahan yang dihadapi oleh Oliver. Dari yang awalnya seneng banget kayak di langit ketujuh, Oliver harus menyadari bahwa kisah cinta dalam hidup itu gak seindah pandangan pertama. Oliver harus menyadari tentang betapa rumitnya hubungan ayah dan ibu nya yang terlihat sama-sama kaku. Hingga ketika pernikahan kedua orang tuanya diambang kehancuran, ia harus memilih antara menjadi 'perfect boyfriend' bagi Jordanna yang juga sedang dalam kegalauan akibat penyakit yang diderita ibunya, atau sebagai penyelamat bahtera rumah tangga orang tuanya. Di tengah-tengah film ini lah dimana emosi kita juga diuji, karena tone film menjadi lebih gloomy dibandingkan awal-awalnya yang co cwiit (err...).
Membicarakan Submarine sepertinya sulit kalo melepaskan aspek gambar-gambarnya yang sangat sangat indah. I'm not exaggerating, though. Ayoade bersama dengan sinematografernya berhasil menangkap lanskap2 indah yang sangat artistik. Gambar-gampar dalam film ini terasa bener-bener dishot secara apik. Pergerakan kamera yang dinamis juga membuat aura muda sekaligus quirky tersalurkan dengan lancar. Beberapa adegan yang disuguhkan dengan cara yang, well, unconventional sedikit membuat menonton film ini menjadi lebih seru. Coba perhatikan saat pergantian chapter dalam film ini dengan musik a la Psycho yang menegangkan yang dijadikan sebuah sindiran mengenai betapa dramatisnya hidup yang dijalani Oliver. atau yang ia rasakan. Yang paling berkesan tentu saja scene 'Two Weeks of Lovemaking', scene dimana 2 minggu awal hubungan Oliver dan Jordana yang penuh dengan petasan dan kembang api. Itu semua digambarkan layaknya sebuah film yang menggunakan kamera super 8 yang direkam oleh kepala Oliver. Sebuah gambaran jatuh cinta yang sangat sangat romantis. Belum lagi kita juga diiringi dengan score yang asik serta lagu-lagu original soundtrack dari pentolan band Arctic Monkeys, Alex Turner yang menciptakan 5 lagu khusus untuk film ini.
Overview: Sebagian kritikus menilai Submarine sedikit terpengaruh dengan film-film Wes Anderson. Karena hanya segelintir saja karya Anderson yang udah gw tonton, jadinya tidak bisa berkata banyak. Walaupun perbandingan tersebut tidak dalam konotasi yang buruk sih. Nevertheless, Submarine tetap sukses membuat gw kesengsem (wht, bahasa jaman kapan ini?). Dengan sebuah penampilan akting yang believeable, alur cerita yang menarik dan dalem banget messagenya serta penggarapan yang terbilang unik, Submarine menjadi sebuah tontonan yang menurut gw sangat sayang untuk dilewatkan. Sebagian orang mungkin agak kehilangan hasrat menonton di tengah-tengah film akibat ke-gloomy-annya, tapi bagi gw, itu menujukkan betapa dalemnya film ini, gak kayak film-film remaja kebanyakan. Ditambah lagi dengan gambar-gambar yang artistik serta musik yang pas di setiap adegan. I think it's kinda safe to say that, so far, Submarine is one of the best films I've seen this year dan kalo boleh dibilang, currently, Submarine is sitting on the first spot. Memberikannya nilai sempurna rasanya sah-sah saja, ya kan? Buktiin aja sendiri :))
Submarine (2010/2011) | Comedy, Drama | Craig Roberts, Yasmin Paige, Sally Hawkins, Noah Taylor, Paddy Considine, Gemma Chan, Steffan Rhodri | Written by: Richard Ayoade (screenplay), Joe Dunthorne (novel) | Directed by: Richard Ayoade
I love this movie so much.
ReplyDeleteAGREE! Suka banget sama sinematorgrafi-nya ditambah sama soundtrack dari Alex Turner yang negbuat film ini hampir perfect buat gw :''')
ReplyDelete@ugly duckling; yep this movie is so easily lovable :)
ReplyDelete@dani: Amen!
awalnya liat potongan2 di Cinemags, langsung suka.
ReplyDeletetau soundtrack-nya oleh Alex Turner, makin ngebet.
tapi lagi2, BELOM NONTON. my (movie) life sucks. :(
memang bagus kok djaff! ayo ditonton, gw gak tau dvd nya udah ada atau blm, gw lewat donlotan sih
ReplyDelete:)
ReplyDelete