Plot: Terancam akan dipecat dari firma hukumnya, seorang pengacara muda, Arthur Kipps (Daniel Radcliffe) ditugaskan untuk menjual sebuah manor tua di desa kecil. Pekerjaan tersebut menjadi penting akibat ia harus pula menghidupi anaknya yang masih berumur 4 tahun sejak kehilangan sang istri ketika melahirkan. Rumah yang disebut oleh penduduk lokal sebagal Eel Marsh House ini ternyata memiliki sebuah rahasia gelap dan Arthur terus dihantui oleh bayang-bayang wanita yang memakai baju hitam. Dan setiap wanita itu muncul, satu dari anak penduduk lokal akan meninggal secara misterius.
Review: Setelah hampir satu dekade memerankan karakter yang sama dan begitu terkenal di seluruh dunia, sudah saatnya lah aktor-aktor (yang dulunya) cilik lulusan seri Harry Potter menjamah peran-peran lainnya dan mengembangkan karir mereka di dunia perfilman. Salah satunya adalah sang bocah sihir himself, Daniel Radcliffe. Setelah bermain dalam teater lewat Equus di tahun 2007 serta film December Boys di tahun yang sama pula, The Woman in Black menjadi film pertamanya selepas dari bayang-bayang Harry Potter. Film ini diarahkan oleh sutradara yang tergolong masih baru di perfilman, James Watkins, mengingat ini adalah film keduanya setelah Eden Lake di tahun 2008. Eden Lake, serta beberapa film yang ditulis oleh James Watkins mayoritas berbau thriller, jadi ini bukan pertama kalinya pula James Watkins mencoba untuk membuat penonton tegang. Walaupun sering menulis screenplay, naskah The Woman in Black sendiri ditulis oleh Jane Goldman. Menarik, karena saya juga baru sadar bahwa dirinya memiliki credit sebagai co-writer film-film seperti Kick-Ass hingga X-Men: First Class. Goldman sendiri mengadaptasi naskah ini dari sebuah novel berjudul sama karya Susan Hill yang dirilis di tahun 1983.
Sebagai sebuah film horror, The Woman in Black ini tidak jauh berbeda dengan film-film sejenis. Filmnya tidak begitu sulit untuk dicerna, bahkan di beberapa saat kita mudah menebak apa yang akan terjadi di adegan berikutnya. The Woman in Black ini memang begitu predictable. Sebagai film horror, di awal-awal film film ini terasa agak dull dan kurang menarik. Mungkin diakibatkan sama faktor predictable itu tadi ya. Mungkin juga karena ingin lebih menekankan pada atmosfir gelapnya. Yah salah satu faktor yang baik sih daripada hantunya banci tampil terus. Ada beberapa momen-momen colongan yang memang di-set untuk mengagetkan penonton. Mungkin itu salah satu alasan paling seru nonton film horror di bioskop: reaksi penonton. Pengalaman saya? Ketawa-ketawa sepanjang menonton akibat mendengar teriakan penonton yang mayoritas rada lebay dan jadi hiburan tersendiri :p. Eh tapi bukannya sok berani juga sih, semakin lama film ini bergulir dan semakin mendekati ending, intense nya mulai terasa dan ada beberapa adegan yang bener-bener bikin saya kaget. Yah tipikal film horror sih. Kalau cerita nya sendiri, seperti yang saya bilang, terlalu banyak yang klise. Jadi sebenarnya, The Woman in Black gak begitu menawarkan sesuatu yang baru. And don't even ask me about the ending, it's really really bland and disappointing after all the horrors in the last minutes.
Untuk Daniel Radcliffe sendiri, menurut saya ia sudah mampu membawakan perannya dengan lumayan baik. Tetapi mungkin memang dikarenakan dirinya sudah identik dengan perannya sebagai Harry Potter, usaha nya untuk menjalankan peran seorang ayah masih terasa sedikit aneh bagi saya. It feels just like yesterday he's fighting the Dark Lord, now he's facing a Woman in Black. Belum lagi dengan atmosfir gelap dan vintage yang ada di film ini, membuat Radcliffe masih terasa Potter di setiap gerak-geriknya. Bias aside, Radcliffe sebenernya memang bagus dan serius memerankan karakter Arthur Kipps. Tetapi sayangnya ya itu tadi, masih perlu beberapa waktu lagi untuk menghilangkan 'cap petir di dahi nya'. Pun begitu, sepertinya The Woman in Black akan menjadi film yang lebih 'kecil' lagi tanpa ada nama Radcliffe di dalamnya. Kalau bukan dia yang main, The Woman in Black sepertinya akan menjadi film yang less famous. Selain Radcliffe yang practically showed every single minute of the film, ada Ciaran Hinds yang berperan sebagai Sam Daily, seorang pemilik tanah yang anaknya juga menjadi korban sang 'woman in black'. Ciaran Hinds ini juga tampil di John Carter. Lalu ada Janet McTeer yang baru saja mendapat nominasi Oscar kemarin lewat Albert Nobbs. McTeer berperan sebagai istri Sam, Elizabeth. Dari 3 aktor di atas dan beberapa aktor yang kurang dikenal, tidak begitu ada penampilan yang begitu spesial. Not bad, not great either.
Overview: Dengan cerita ringan disertai dengan beberapa plot-holes, The Woman in Black sepertinya memang hanya berupa sebuah film popcorn semata. Tidak ada yang baru disini, formula yang ditawarkan sejenis dengan film-film horror lainnya. Sebagai sebuah vehicle yang Daniel Radcliffe pakai sebagai usahanya keluar dari bayang Harry Potter, The Woman in Black akhirnya tidak begitu menjadi film yang special. Tapi mungkin juga bukan pilihan yang salah, toh film ringan yang menurut saya forgettable ini bisa jadi sebuah 'sambilan' dan hiburan di kala bosan. Even though filled with cliches and a predictable storyline, The Woman in Black still offers some jump-scare moments. Kalo memang ingin serunya, tonton film ini rame-rame, entah di bioskop atau bareng temen-temen di rumah (kalo gak mau rugi bayar tiket). Forget the cliches and just enjoy the scares.
The Woman in Black (2012) | Drama, Horror, Thriller | Rated PG-13 for thematic material and violence/disturbing images | Daniel Radcliffe, Ciarán Hinds, Janet McTeer, Sophie Stuckey, Misha Handley, Liz White | Screenplay by: Jane Goldman | Directed by: James Watkins
Duh, gw takut nonton film horror di bioskop, ntar pas gw nonton psa lagi sepi lagi...
ReplyDeleteHehe...
hehe makanya rame2 aja kalo mau nntn :D
ReplyDelete