Friday, October 19, 2012

Review: I Am. (2012)

Plot: Sebuah dokumenter dan biografi mini dari artis-artis Korea Selatan yang tergabung dalam sebuah agency bernama SM Entertainment. Film ini mengeksplor behind the scene dari konser gabungan SMTown Live World Tour di New York serta menghadirkan beberapa rekaman tentang masa-masa ketika para artis masih dalam training.

Review: There's no denying that our country right now is suffering from a Korean fever. Setelah selama ini dunia hiburan dan teknologi Korea Selatan selalu dibawah bayang-bayang Jepang, beberapa tahun belakangan ini, entertainment Korsel ini semakin lama semakin naik. Hallyu wave, demikianlah masyarakat Korsel menyebut globalisasi dari budaya dan produk-produknya. Lewat drama yang melodramatis, konsep acara tv yang tidak kalah unik, serta fenomena boyband dan girlband nya yang menjadi trend sekarang ini, Korsel dengan perlahan tetapi pasti telah merebut jutaan hati penggemar di Indonesia. Beberapa minggu yang lalu, sebuah agency ternama bernama SM Entertainment memboyong seluruh artisnya untuk tampil di Jakarta dalam konser bertajuk SMTown Live World Tour. Setelah ditayangkan pula di tv swasta beberapa hari setelahnya, begitu banyak reaksi yang berhamburan. Dari para fans berteriak gembira melihat penampilan enerjik idolanya, sampai cacian yang memandang sebelah mata terhadap lelaki-lelaki feminin yang berdansa di panggung, atau perempuan-perempuan 'artificial' yang menonjolkan paras dan lekuk tubuhnya. Tetapi I Am. (gak tau kenapa harus ada titiknya), bukan lah tentang konser yang berlangsung di GBK kemarin, tetapi adalah sebuah dokumenter sekaligus biografi mini dari artis-artis SM Ent sekaligus cuplikan konser mereka di Madison Square Garden, New York; menjadikan mereka artis Korea pertama yang tampil dalam venue legendaris tersebut.

SM Entertainment (namanya diambil dari sang pendiri, Lee Soo-Man) sendiri adalah rumah dari group-group yang bisa dibilang memilki fanbase yang cukup besar disini, seperti Super Junior, Girls' Generation, TVXQ, BoA, f(x), SHINee, Kangta dan beberapa artis lainnya. I Am. diisi oleh beberapa penampilan pilihan dari tiap artis yang diselingi juga dengan wawancara sekaligus footage-footage lama mereka ketika mereka masih menjadi seorang trainee. But for a documentary movie, i think I Am. is not that great of a film. Entah mungkin karena jumlah artis di SM yang terlalu banyak, membuat durasi yang tidak mencukupi, atau mungkin karena alurnya yang tidak terlalu runtun. Kalau dibandingkan dengan film Katy Perry: Part of Me yang memiliki template yang sama, I Am. terkesan berantakan. Terlebih lagi, for me, I Am. is just the tip of the iceberg. Begitu banyak hal yang sepertinya tidak diekspos disini. I mean, sebagai film yang memiliki potensi untuk memperkenalkan, atau menangkis bad judgement kepada artis-artis SM (lip-sync or plastic surgery rumors, etc), sayangnya film ini kurang mampu mempersuasi dengan maksimal. Yaitu tadi, mungkin karena faktor banyaknya artis, membuat tidak mungkin cukup untuk membeberkan semuanya. Tetapi untuk suatu perkenalan, sepertinya film ini bisa menjadi suatu first step untuk non-kpop fans yang ingin lebih mengenal artis-artis SM.  

Walaupun menghadirkan penampilan dari SNSD (a short for So Nyuh Shi Dae, Korean translation for Girls' Generation), penampilan live hits demi hits, sampai video-video menarik dari masa-masa training para artis SM Entertainment, tetapi bagi saya momen yang paling berkesan dari film ini malah jatuh kepada artis SM yang paling senior, Kangta. Kangta adalah former member dari boyband H.O.T yang menjadi idola di dekade 90-an, yang hingga kini masih diyakini sebagai pioneer dan blueprint dari fenomena boyband-boyband di Korea Selatan. Berbeda dengan rekan-rekannya yang satu persatu telah meninggalkan SM Ent. setelah bubar, Kangta memutuskan untuk tetap di agensi yang membimbing dan membesarkan namanya tersebut. Kangta tahu bahwa di jaman modern ini, ia bukan lah lagi idola. Bukan dirinya lah yang menjadi alasan utama ribuan penonton rela membeli tiket mahal-mahal untuk datang ke SMTown. Kangta sadar akan hal itu. Ia berkata, bahwa sebagai senior, ia tidak perlu selalu ada di atas. Tetapi ia ingin menjadi senior yang menjaga kuat fondasi SM dan artis-artisnya. Spoken like a true sunbae (senior in Korean). Saya juga suka dengan adegan akhir, dimana Lee Soo-Man menyambut anak didiknya dengan bahagia. And you can see, the feeling's mutual. Bagi saya, hal tersebut akan menangkis persepsi orang awam yang mengatakan bahwa Soo-man adalah CEO yang keras serta meng-overwork artis-artisnya. He really is a person they look up to.

Hal lain yang juga berkesan bagi saya, serta salah satu alasan mengapa saya begitu respect terhadap performer K-pop adalah scene-scene ketika mereka debut. Say what you want about them, but they have worked really really hard to be on their positions right now. Mereka mungkin bukan the best singers out there, or even best dancers, tetapi effort yang mereka keluarkan bertahun-tahun menjadi trainee, menunggu waktu tampil di panggung, all the bloods and tears untuk mengejar mimpi mereka, adalah satu hal yang saya salut terhadap artis-artis tersebut. Their nervous looks, their crying faces, their relieved feelings on their debut days really reflect all their hard works throughout the years. Personally, I look at SNSD as a motivator. There's more to them than just nice legs and pretty faces. Awalnya memang agak aneh harus mengakui bahwa saya mengidolakan mereka, to listen to their songs, watch their videos and tv shows. Tetapi setelah saya mengenal lebih jauh, ada rasa bangga dan salut terhadap setiap achievement yang mereka dapat. They've been through a lot. Menunggu bertahun-tahun sebelum debut, menjadi objek caci maki dari fans-fans labil yang cemburu bahwa mereka dekat dengan idols lainnya serta dipandang sebelah mata bahkan hingga saat ini. For me, they are and will always be the epitome of hard work and cohesiveness. Jigeumeun So Nyuh Shi Dae, apeurodo So Nyuh Shi Dae, yeongwonhi So Nyuh Shi Dae (right now, from now on, until forever: Girls' Generation)!!

Overview: Sebagai sebuah film dokumenter, it's unfortunate to say, kalau I Am. bukan lah a good example. Kalau di liat dari perspektif non K-pop fans, saya rasa I Am. tidak memiliki alur yang tersusun dengan runtun. Tetapi sebagai sebuah hiburan sih, mungkin bisa saja menghibur, lewat lagu dan wawancara dari beberapa artisnya sendiri. Sebagai orang yang selama ini hanya mengidolakan SNSD, I Am. setidaknya membuka mata saya terhadap artis-artis SM Ent lainnya. I Am. memang sepertinya segmented untuk para penggemar SMTown saja. Kalau saya adalah orang skeptis terhadap K-pop rasanya saya kurang bisa diyakini untuk menjadi fans lewat film ini. But if you're a fan, this is a great entertainment. Hopefully, setelah ini tidak ada perang antar fanclubs lagi (SM's fanclubs are notoriously known to be harsh at each other), karena I Am. akan menunjukkan bahwa mereka semua telah berkorban serta berjuang bersama-sama, side by side, untuk mencapai mimpi mereka. Respect!

I Am. (2012) | Documenter, Biography, Music | Cast: KangTa; BoA; all members of TVXQ, Super Junior, Girls' Generation, SHINee, f(x) | Directed by: Choi Jin-sung

6 comments:

  1. Sy belum nonton filmnya, tapi setuju sekali dengan paragraf kelima tentang SNSD. Keliatan kok kalo mereka emang kerja keras utk sampe di posisi skrg.
    Nice review :)

    ReplyDelete
  2. Udah nonton filmnya dan setujuuu sama pendapatnya soal SNSD dan artis K-pop lainnya. Anyway, sebagai fans SM garis keras, aku pribadi sih gak ngerasa ada kurangnya nih film, hehehe ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha makanya menurut saya kalo fans SM kayaknya bakal suka sama film ini :)

      Delete
  3. wah, jadi pengen nonton filmnya nih, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe kalo penggemar Kpop dan khususnya SM Ent, mungkin bakal suka :)

      Delete