Saturday, December 8, 2012

Review: Amour (2012)

Plot: Georges (Jean-Louis Trintignant) dan Anne (Emmanuelle Riva) adalah sepasang suami istri berusia lanjut yang juga dua guru musik yang telah pensiun. Suatu hari, Anne mendapat serangan stroke yang membuatnya harus dirawat dan berujung pada kelumpuhan satu sisi tubuhnya. Georges pun mulai merawat Anne, yang semakin hari kesehatannya semakin menurun.

Review: Cannes Film Festival 2012, festival film paling bergengsi di dunia perfilman internasional, yang diadakan musim panas lalu memilih Amour, film besutan Michael Haneke untuk meraih penghargaan tertinggi Golden Palm (Palme d'Or) yang legendaris itu. With that, Haneke menjadi salah satu dari hanya segelintir saja yang mampu meraih 2 Palme d'Or tersebut secara back-to-back, bahkan hanya dalam selang waktu 3 tahun setelah kemenangannya yang pertama untuk film The White Ribbon (2009). Amour juga terpilih sebagai wakil dari negara Austria untuk berjuang dalam Best Foreign Language Oscar tahun 2013 mendatang. Sejauh ini, saya baru menonton secara full satu film dari Haneke, yaitu Hidden (2005). And it was.. interesting, to say the least, though 'difficult' to watch. Maksudnya adalah film tersebut bergerak dengan alur yang begitu lambat with, looked like, no essential conflict ever occured. The White Ribbon saja baru setengah jalan saya sudah menyerah. Saya sepertinya masih belum terbiasa dengan film-film arthouse macam itu haha bahkan untuk Amour sekalipun, yang sempat dikatakan sebagai the most accessible Haneke's. Amour, which literally means love, adalah film tentang kehidupan dua orang lansia dalam menghadapi disability yang terjadi pada salah satu dari mereka. Walaupun berjudul sentimentil seperti itu, Amour malah terlihat begitu depressing. Film ini tidak menghadirkan tentang dua pasangan yang kehilangan cintanya, tetapi tentang dua orang kakek-nenek yang harus menerima kenyataan bahwa mereka (or at least, salah satu dari mereka) sedang menuju ke halaman terakhir lembaran kehidupan mereka. 

Beberapa menit film ini bergulir, kita akan melihat Anne dan Georges, dua orang guru musik yang kelihatannya telah pensiun, menonton konser mantan anak didiknya dahulu yang kini telah menjadi pianis internasional. Keesokan harinya, Georges yang tengah menyantap makanannya menjadi bingung melihat sang istri yang tiba-tiba terdiam dengan tatapan kosong di matanya, bahkan tidak merespon perkataan dan sentuhan Georges. Long story short, Anne ternyata mengalami serangan stroke ringan dan harus menjalani operasi. Too bad, operasinya tidak berjalan lancar, membuat Anne harus mengalami kelumpuhan di seluruh sisi sebelah kanan nya. Georges pun dengan tekun merawat sang istri di apartemen mereka yang sayangnya tidak menunjukkan adanya perkembangan. Amour memang tidak memiliki cerita yang kompleks, bahkan dialog-dialognya pun cenderung seperti celotehan biasa. Kita hampir bisa menebak sebagian besar kemana film ini akan mengarah. Even the ending, which was a bit of a shock, was actually not that surprising. And like other Haneke's films, Amour mengalir dengan lambat, dan akan sulit untuk mengikuti beberapa bagiannya. Tetapi Haneke dengan begitu baik merangkai semua aktifitas-aktifitas 'ordinary' tersebut menjadi sebuah potret kehidupan yang begitu real dan raw tentang bagaimana 'menyambut' akhir usia. Haneke juga mengatakan bahwa cerita film ini memang personal baginya. 

Walaupun depressing, dari film ini kita bisa merasakan bahwa pasangan Georges dan Anne benar-benar pasangan yang penuh kasih sayang. Walaupun Haneke tidak secara langsung menunjukkannya dengan adegan-adegan peluk-cium semata, tetapi lewat bagaimana gesture, cara mereka memandang dan berbicara dengan satu sama lain, atau lewat sang anak, Eva (Isabella Huppert) yang mengingat bahwa ketika ia masih kecil ia sering mendengar orang tuanya berhubungan intim. Georges dan Anne juga tidak terlihat sebagai dua orang yang terlarut dalam duka. Even though they're struggling, mereka tetap berusaha untuk bertahan dan menjalani hidup mereka seperti biasa. Anne juga menolak untuk dikirim ke nursing home, dan Georges pun menepati janjinya hingga sampai akhir walaupun sempat ditentang oleh Eva yang tidak kuat melihat ibunya menderita. Memang atas dasar cinta pula, Georges dengan begitu tekun senantiasa merawat sang istri, hingga hal-hal yang ia lakukan di akhir kisah. Walaupun film ini begitu emosional, tidak ada melodramatis yang dibuat-buat ataupun 'the crave of sympathy' yang keluar dari dua aktor. Semua terlihat natural. Dan tanpa terlihat memancing simpati sama sekali, film ini tetap membuat saya merasakan simpati terhadap kedua aktor tersebut. Kekuatan utama film ini memang lah penampilan menawan dari Jean-Louis Trintignant dan juga Emmanuelle Riva sebagai dua orang yang mendominasi film ini. Trintignant dan Riva dengan begitu mumpuni mampu menghidupkan dua orang karakter yang terlihat fragile dan sedikit cemas terhadap apa yang mereka hadapi tetapi mereka juga berhasil memancarkan emosi dan ikatan kuat di antara keduanya.

Overview: It was slow and sometimes painful to watch. Dengan alur yang lambat dan terkadang sunyi, jelas Amour bukan lah film yang gampang ditonton maupun dicerna orang yang belum familiar dengan film-film macam ini seperti saya.  Ada hal-hal yang mungkin membuat saya kurang begitu menikmati film ini, tetapi jelas bukan penampilan luar biasa dari dua aktornya yang membuat saya teringat dengan orang tua dan nenek saya (less talkative though :p). And though it's not really my cup of tea, I can see how Haneke really portrayed an honest and real look of two loving couple facing mortality.


Amour (2012) | Drama, Romance | Rated PG-13 for mature thematic material including a disturbing act, and for brief language | Cast: Jean-Louis Trintignant, Emmanuelle Riva, Isabelle Huppert, Alexandre Tharaud, William Shimell | Written and directed by: Michael Haneke

4 comments:

  1. flm-film michael haneke emang keren mnampilkan ssuatu yg beda bkn hanya hiburan tp sebuah kenyataan untk brpikir...

    nce review..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi kayaknya saya masih belum mampu sepenuhnya menelaah dan menikmati(?) film-filmnya Haneke hehe

      Thanks :) terima kasih juga sudah berkunjung!

      Delete
    2. ngmg2.. maksut endngnya apa ya? trus si suami kemana?

      Delete
  2. Setuju, gw belom bisa sepenuhnya menikmati film-film haneke, yg paling mainstream dari dia yg gw suka cuma Funny Games, sisanya... hmmm, mikir-mikir dulu ;)

    ReplyDelete