Saturday, April 13, 2013

Review: Oblivion (2013)

Plot: 60 tahun telah berlalu setelah manusia memenangkan perang nuklir melawan bangsa alien yang telah menghancurkan bumi. Para manusia diceritakan sudah mengungsi ke Titan, bulan milik planet Saturnus. Jack Harper dan Victoria Olsen adalah 2 manusia yang tengah diberi tugas untuk mensupervisi drones yang bertindak menghabisi sisa-sisa 'alien' di bumi. Suatu hari sebuah spaceship asing jatuh ke bumi dan Jack menemukan seorang wanita yang tertidur dalam kapsul di dalamnya, wanita yang sama yang telah menghantui mimpi-mimpinya selama ini.

Review: Entah dimulai sejak kapan, kini trend film-film blockbuster bukan lagi milik summer dan fall saja. Beberapa tahun belakangan sepertinya distributor film melihat potensi untuk merilis film-film besar di bulan Maret dan April (spring), yang sebelumnya hanya dinilai sebagai 'pemanasan' untuk musim panas. Bahkan A Good Day to Die Hard (even though how bad that film was) yang dirilis Februari kemarin tetap mendapat hasil yang tidak buruk. Tahun ini, bintang A-list Tom Cruise hadir lewat Oblivion. Oblivion dimulai dengan sebuah voice-over karakter yang dinarasikan oleh karakter Jack Harper (Cruise). Diketahui bahwa pada tahun 2077, 60 tahun sudah berlalu setelah sebuah bangsa alien, dikenal dengan sebutan Scavengers atau Scavs, menghancurkan bulan dan meluluhlantakan bumi serta isinya. Jack menceritakan pula bahwa perang antara manusia dan Scavs sudah mereka menangkan, walaupun mereka harus kehilangan bumi yang tidak kondusif lagi untuk ditempati. Setelah hampir semua manusia sudah mengungsi ke luar angkasa, Jack serta partnernya, Victoria 'Vika' Olsen (Andrea Riseborough) ditugaskan untuk menjadi patroli drones menghabiskan sisa-sisa Scavs serta untuk menguras sumber daya alam yang akan dipakai nantinya. Kehidupan mereka terkesan cukup monoton, hingga ketika sebuah kapal luar angkasa tiba-tiba muncul dan Jack menemukan sebuah kapsul berisi perempuan, nantinya akan dikenal dengan nama Julia (Olga Kurylenko), yang selama ini selalu hadir dalam mimpinya.

Secara harfiah, oblivion bisa diartikan sebagai 'pelupaan' atau keadaan dimana seseorang lupa akan sesuatu. Lewat voice over di awal karakter Jack tadi, ia menyatakan bahwa ia dan Vika telah melewati proses penghilangan ingatan yang dilakukan oleh atasan mereka. Dari situ saja saya sebenarnya sudah bisa menebak twist film ini. Hadir dengan durasi kurang lebih 2 jam, Oblivion bagi saya terasa agak terlalu panjang. Dan menurut saya Oblivion sepertinya memiliki banyak sekali ide yang ditampung. Tak heran juga, karena Oblivion ditulis dan diedit berulang kali oleh sejumlah penulis, mulai dari Joseph Kosinski (sutradaranya sendiri), William Monahan (The Departed), Karl Gajdusek hingga Michael Arndt (Little Miss Sunshine, Toy Story 3 dan the upcoming Star Wars VII). Narasi yang saya tulis di paragraf sebelumnya sebenarnya pun hanya 30 menit  awal dari film itu sendiri. Bagian tersebut bagi saya sebenarnya sudah cukup baik memperkenalkan penonton pada post-apocalyptic world yang dihuni oleh Jack. Walaupun bagi saya sisi humanis yang ingin ditunjukkan dalam diri Jack agak terasa berlebihan (that Superbowl skit was a bit too long). Setelah sekitar 30 menit berjalan, film ini mulai berkembang dengan hadirnya sesosok misterius bernama Julia serta terbukanya identitas para Scavengers. Dari situ film ini menaikan tensinya. Yang menjadi masalah adalah bagaimana penyampaian tujuan tersebut kok terasa bertele-tele. Beberapa bagian dapat dipersingkat padahal, membuat saya merasa alur ceritanya jadi kurang efektif. To be honest, saya lumayan suka dengan ceritanya. Ide-ide yang ingin ditampilkan sebenanrya bagus, tetapi antara satu segmen ke segmen lain terasa tidak dihubungkan dengan rapi.

Mengenai ceritanya sendiri, Oblivion tampaknya banyak terinspirasi (kalau tidak mau disebut mencomot) dari beberapa film-film science fiction lainnya. Menyebut judul-judulnya sebenarnya bisa menjadi sebuah spoiler sih. Tidak menuduh Oblivion sebagai film rip-off juga, toh sebagian besar film sci-fi sudah terbiasa dengan mengembangkan premise yang sebelumnya sudah pernah ada. Tetapi sepertinya Oblivion tidak begitu memberikan sesuatu yang baru. Sebagai sebuah film sci-fi, Oblivion juga tidak lepas dari beberapa hal yang terkadang tidak konsisten serta tidak masuk akal. Sebenarnya film ini mengingatkan saya dengan Prometheus, film yang sebenarnya cukup asik diperbincangkan, walaupun pada akhir perbincangan bisa disimpulkan 2 film tersebut memiliki plot holes serta pertanyaan tak terjawab. Sudah saya sebutkan sebelumnya bahwa film ini hendak memberikan sebuah premis yang cerdas dan groundbreaking (macam Source Code atau Looper yang menurut saya sci-fi yang lebih superior). Tetapi dengan banyaknya ide digabung menjadi satu, film ini malah terkesan trying too hard. Belum lagi dengan ending yang sepertinya sengaja dibuat untuk membuat karakter Tom Cruise menjadi hero again and again. Oblivion pun sepertinya menjadi terlalu Cruise-drive film, tidak memberi ruangan bagi karakter-karakter lain untuk bersinar. Risenborugh yang berperan sebagai Vika bagi saya memberikan kesan baik dalam film ini. Sedangkan Kurylenko benar-benar lemah dan tampil gabut (gaji buta) disini. Tak ada chemistry antara karakter Julia dan Jack sama sekali. And we should root for them?! (Go Vika Go!!). Morgan Freeman dan Nikolaj Coster-Waldau yang berperan sebagai pemimpin Scavengers (lol spoilers!) pun hanya selewat aja, such a waste.

Jujur saja, sebelum saya menonton film ini saya sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai Oblivion, kecuali bahwa ini adalah another 'Tom Cruise in a post-apocalyptic world' film. Ternyata sang sutradara, Joseph Kasinski, adalah orang yang sama yang membawa kembali Tron ke layar lebar lewat Tron: Legacy tahun 2010 kemarin. Saya mungkin hanya satu dari sedikti orang yang lumayan terkesan dengan film tersebut. Tak heran melihat production design yang memang hampir-hampir mirip dengan Tron. Versi 'gersang' dari dunia Tron, if I may say so. Saya suka dengan dunia futuristik yang diusung dalam film ini. Silvery sleek, elegant and minimalistic. Mulai dari Tower tempat tinggal Jack dan Vika, hingga desain chopper mirip capung kendaraan Jack dan drones yang ada dalam film ini. Oblivion juga menawarkan beberapa adegan action yang cukup thrilling dan dreamy, ditambah dengan efek yang juga smooth. Jika dalam Tron: Legacy, Kransinski membawa Daft Punk untuk membuat score nya, dalam Oblivion yang terpilih adalah M83 yang memiliki root music sebelas-duabelas dengan Daft Punk. Not really a standout soundtrack, tetapi vibe electronic meets slow rock bagi saya cukup menyegarkan. Cinematography nya sendiri diarahkan oleh Claudio Miranda yang baru saja memenangkan Oscar lewat Life of Pi kemarin. Dengan tata visual yang elegan tersebut, Oblivion bagi saya memiliki nilai plus tersendiri.

Overview: It's a pretty good film as a whole. Memang ada beberapa hal yang tidak konsisten atau masuk akal, namanya juga science-'fiction'. Oblivion memang bukan film yang sempurnya di mata saya. Saya merasa bahwa premis yang menjanjikan tersebut tidak dieksekusi menjadi satu kesatuan naskah yang terjalin dengan baik.  Anehnya dengan banyak baggage yang ingin diusung, durasi 2 jam film ini lebih dipenuhi dengan adegan yang draggy. Saya bisa melihat Oblivion menjadi sebuah TV show atau mini-series.  Tetapi film ini juga jauh dari kata jelek; ceritanya lumayan (even disconnected I felt at times, it's still intriguing), efek teknis nya juara dan enak dipandang. Secara singkat, Oblivion adalah film hiburan yang cukup berkelas. Terkadang trying too hard is better than not trying at all (looking at you Kurylenko!).

Oblivion (2013) | United States | 124 Minutes | Action, Adventure, Sci-Fi, Thriller | Rated PG-13 for sci-fi action violence, brief strong language, and some sensuality/nudity | Cast: Tom Cruise, Morgan Freeman, Olga Kurylenko, Andrea Riseborough, Nikolaj Coster-Waldau, Melissa Leo | Written by: Joseph Kosinski, William Monahan, Karl Gajdusek, Michael Arndt | Directed by: Joseph Kosinski

6 comments:

  1. Wah kak, hampir barengan kita ngepostnya, hehehe. Setuju dengan bagian Superbowl itu. Malah bikin momen canggung-apaan-banget :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha kelamaan menurut gw emang, maunya ngasih emosi ke karakter Jack jadinya malah lebay, imo

      Delete
  2. Kenapa baru sekarang nemu blog ini ya
    Heheee
    Nyesel kenapa gag dr dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha kenapa memang? Terima kasih ya sudah berkunjung :D

      Delete
  3. "Saya mungkin hanya satu dari sedikit orang yang lumayan terkesan dengan film tersebut." tos!

    ReplyDelete