Friday, April 5, 2013

RIP Roger Ebert (1942-2013)

Mengatakan bahwa Roger Ebert adalah kritikus film paling ternama di dunia atau yang terbaik mungkin adalah hal yang cukup subjektif. Tetapi bagi saya, pengaruh Roger Ebert dalam dunia kritik film adalah sebuah hal yang begitu influential. Kepergian Ebert mungkin bukanlah sebuah hal yang datang tiba-tiba. Setelah berjuang melawan kanker, serta sebuah post terakhir yang ia post beberapa hari yang lalu menyatakan bahwa ia ingin mengurangi jatah me-review akibat kesehatannya yang mulai memburuk lagi. Tapi, setelah ia benar-benar pergi untuk selamanya, ternyata hal tersebut tetap menjadi sebuah berita yang masih mengagetkan.

Saya memang bukan generasi (ataupun tinggal di negara) yang beruntung dapat menikmati sajian televisi 'At The Movies' yang dipandu oleh Ebert serta mendiang co-host Gene Siskel yang melambungkan namanya dalam dunia film dan pop culture. Saya hanya melihat beberapa cuplikan debat mereka lewat situs YouTube dan sejenisnya. 'Perkenalan' saya pertama dengan Roger Ebert adalah dengan seringnya ia muncul dalam cover/backcover VCD rental yang sejak kecil saya gandrungi. Saya masih teringat dulu bahwa saya ingin sekali menjadi seperti Ebert; saya ingin memberikan 'bintang' atau 'thumbs up' pada film-film yang saya suka. Saat itu saya sudah bermimpi untuk bisa 'menilai' film sendiri. Over the years, setelah sering membaca review-review yang ia buat, saya menemukan banyak kesamaan selera, dan tak jarang juga saya tidak sependapat. Mungkin juga sudah banyak kritikus yang tulisan-tulisannya lebih saya favoritkan atau berselera yang sama dengan saya, tetapi ada hal yang membuat saya selalu menunggu-nunggu setiap review film darinya. Saya selalu senang membaca tulisannya (walaupun terkadang banyak spoiler :p), yang jujur, objektif dan benar-benar mencermikan penikmat film sejati .Setiap tahun, daftar Top 10-nya juga salah satu yang paling saya nantikan. 

Yang mungkin saya ingat betul dari beliau dan membuat saya lebih respect adalah bagaimana ia mungkin menjadi satu-satunya kritik US yang memilih, menebak dan membela kemenangan Crash sebagai Best Picture Oscar di tahun 2005. Ketika hampir seluruh jagad raya dunia perfilman bersumpah serapah dan mencap kemenangan tersebut adalah salah satu hal yang paling memalukan dalam sepanjang sejarah Oscar, he stood by his point of view, even though how much of a minority was that (I love Crash too). Dan ketika kanker tiroid merenggut kemampuannya untuk memberikan opini secara verbal, ia tetap mencari media lain untuk meyalurkan hobinya, lewat tulisan-tulisannya di harian Chicago Sun Times, blog atau sekedar celotehan di Twitter. Dua hal yang itu yang akan selalu saya ingat dari seorang Roger Ebert; the fact that he LOVED movies. He watched, talked, discussed and reviewed movies because he loved doing it. Walaupun banyak yang mengkritik seleranya dan walaupun kesehatannya melimitasi kegiatannya, his passion for movies was bigger than those obstacles. He kept writing by what he believed in and in any way possible. And with such passion, he had inspired a lot of aspiring movie critics and bloggers around the world, including and especially me.

So thank you, Mr. Ebert and may you rest in peace. You may be gone in presence, but in spirit and passion, you will live on. Sending all my thumbs-ups for you in heaven.

2 comments:

  1. Beberapa hari off dari internet, dan ebrita pertama yang kebaca berita meninggalnya Ebert, shock :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya :( padahal bbrp hari sebelumnya Ebert ngupdate dia bakal ngurangin jml post nya sih gara2 kankernya balik lagi :(

      Delete