Maret, tanggal 31. Sembilan belas tahun gw udah hidup di dunia. Gak nyangka banget setaun lagi, umur gw udah kepala-2. Dan karena kalian semua lagi baca blog ini, gak nyangka juga lho, kalau blog ini sebenernya udah berumur 3 tahun, walau baru aktif ditulis 2 tahun yang lalu. Jadi seorang movie blogger itu ternyata tidak segampang yang gw kira pas pertama bikin. Banyak banget moment-moment down yang bikin blog ini jadi terbengkalai. Gw tidak mengatakan bahwa gw seorang expert ataupun seorang senior. Tidak, karena jauuuh lebih banyak blogger-blogger lain yang pengalamannya dan pengetahuannya menonton film lebih tinggi dari gw. Gw gak bermaksud sombong ketika gw bangga bisa mempertahankan blog ini hingga sekarang. Disini gw hanya ingin berbagi, dari seorang amatir ke amatiran juga. Buat pembaca yang belom punya dan pengen bikin movie blog. Beberapa langkah yang gw anggap sebagai alasan mengapa gw bisa bertahan sampai detik ini. Sebelum mulai, gw cuman mau ngucapin terima kasih yang sebanyak-banyaknya buat kalian yang sudah setia menemani gw menjalani dunia per-blog-an ini. You guys rock!
Thursday, March 31, 2011
Tuesday, March 29, 2011
Review: Summer Hours (2008)
Plot: Film ini dibuka pada perayaan ulang taun ke-75 Hélène (Edith Scob) di rumahnya. Ia mengundang ketiga anaknya yang sudah memiliki keluarga dan pekerjaan masing-masing; Frédéric (Charles Berling) adalah anak tertua dan satu-satunya yang tinggal di Perancis, memiliki seorang istri, 2 anak remaja dan ia bekerja di bidang ekonomi; Jérémie (Jérémie Renier), tinggal bersama istri dan anak-anaknya di China dan bekerja di pabrik sepatu Puma; dan Adrienne (Juliet Binoche), modern designer yang tinggal di New York, Amerika. Hélène selama hidupnya menjaga barang-barang karya dan koleksi pamannya yang sangat ia kagumi. Ia juga menyadari bahwa dengan umurnya yang sudah 75, ia tidak akan bertahan lama lagi. Selang beberapa waktu, Hélène meninggal dunia, meninggalkan rumahnya dan koleksi-koleksi seni yang mostly milik pamannya. Kini, ketiga anaknya lah yang harus menentukan; disimpan atau dijual?
Tuesday, March 22, 2011
Review: Requiem For A Dream (2000)
Plot: Sara Goldfarb (Ellen Burstyn) adalah seorang yang sudah berumur dan bermimpi ingin tampil di televisi untuk mengikuti sebuah acara kuis. Ketika mimpinya terwujud dan ia terpilih sebagai kandidat peserta kuis tersebut, yang ia inginkan adalah bisa kembali memakai pakaian favorit mendiang suaminya. Apa daya ketika baju tersebut udah gak muat lagi, hingga dimulailah perkenalan Sara dengan diet pills. Sara memiliki seorang anak, Harry (Jared Leto). Bersama dengan pacarnya, Marion (Jennifer Connely), mereka bermimpi untuk membangun sebuah toko baju hasil rancangan Marion. Harry, Marion dan rekannya, Tyrone (Marlon Wayans) adalah drug users dan kadang menjadi dealer untuk mendapatkan keuntungan. Hidup keempat orang ini semakin tidak terkendali ketika kecanduan yang mereka alami semakin lama semakin menghancurkan mereka.
Sunday, March 20, 2011
Review: Conviction (2010)
Plot: Betty Anne Waters (Hilary Swank) adalah seorang ibu dengan dua anak yang sedang berkuliah di law school. Tujuannya menjadi seorang pengacara hanya satu: membebaskan adiknya, Kenneth Waters (Sam Rockwell) yang selama ini dipenjara akibat dirinya didakwa bersalah dalam suatu kasus pembunuhan. Yakin bahwa adiknya tidak bersalah, Betty menghabiskan bertahun-tahun untuk lulus dan mendapat izin menjadi pengacara untuk adiknya. Pengabdiannya untuk sang adik nyatanya menjadi sebuah perjuangan panjang yang tanpa ia sadari juga mengorbankan keluarganya sendiri.
Wednesday, March 16, 2011
Head-to-head: Clue (1985) & Gosford Park (2001)
Mystery (bukan cerita hantu ya) kayaknya udah menjadi genre favorit gw dalam menonton film. Especially, kalo berhubungan sama detektif2an. Nah, di salah satu branch cerita misteri (bukan, bukan cerita hantu) ada yang namanya tipe yang disebut juga whodunit. Whodunit sendiri sebenernya adalah plesetan dari kata 'who's done it?', yang merujuk pada sebuah kasus, biasanya pembunuhan, dengan banyak karakter dikumpulkan dalam satu lokasi dan salah satu dari mereka lah sang musuh dalam selimut. Biasanya film-film whodunit itu memakai ensemble cast supaya gak begitu menonjolkan satu karakter aja, jadinya membuat para penonton makin sulit menebak siapa sih si 'perpetrator'nya. Kalau sekarang contoh yang paling awam adalah cerita-cerita dari komik Detective Conan dan Kindaichi, which by the way, my 2 most favorite comic series ever. Salah satu contoh dari sub-genre ini adalah, Clue (1985) dan Gosford Park (2001).
Sunday, March 13, 2011
Review: Sanctum (2011)
Plot: Di-set di Papua New Guinea, sekelompok orang bermaksud ingin menjelajahi sebuah gua underwater, mereka berusaha untuk meng-explore tempat yang sama sekali belum terjamah manusia tersebut. Termasuk didalamnya, pasangan ayah & anak yang tidak harmonis, Frank McGuire (Richard Roxburgh) dan Josh (Rhys Wakefield); Carl Hurley (Ioan Gruffudd) dan pacarnya Victoria (Alice Parkinson) serta beberapa diver yang bisa dibilang anak buah Frank yang juga sebagai diver senior. Terjadi suatu kejadian yang kemudian membuat hubungan Frank dan Josh makin merenggang. Hingga suatu kecelakaan yang membuat mereka semua terperangkap di dalam gua tersebut. Dapatkah mereka selamat?
Saturday, March 12, 2011
Review: Hereafter (2010)
Plot: Film ini memiliki 3 cerita yang berhubungan dengan kematian, dengan karakter-karakter yang berbeda di tempat yang berbeda pula. Pertama, tentang jurnalis Perancis bernama Marie Lelay (Cecile de France) yang sedang bertugas di Thailand ketika negara tersebut diterjang tsunami besar dan membuat Marie mengalami pengalaman spiritual yang mengubah persepsinya. Kedua, seorang pekerja pabrik di Amerika, George Lonegan (Matt Damon) yang ternyata memiliki keahlian sebagai psychic, berkomunikasi dengan orang-orang yang telah meninggal. Terakhir, Marcus (Frankie McLaren), seorang anak berumur 12 tahun yang tinggal di London berusaha mencari jawaban atas kematian orang terdekatnya.
Thursday, March 10, 2011
Tuesday, March 8, 2011
Head-to-head: The Virgin Suicides (1999) & All Good Things (2010)
Head-to-head is my newly series of posts where I review 2 movies (or more) with one particular resemblance, whether it's the theme of the films, the star or even the director. One of my attempts to increase numbers of review and also to save some time and space, cause I'm gonna do them shortly. Hope I can do this regularly.
Welcome to my first Head-to-head. Aaand Kirsten Dunst will have the honor to open this series up. Pertama kali gw kenal Dunst adalah dalam film Bring It On, yang menjadi salah guilty pleasures gw sampai sekarang. Walaupun sepertinya sudah sering bermain dalam banyak film, tapi menurut gw kayaknya Dunst kurang bersinar sebagai aktris kelas-A. Dunst mungkin paling dikenal sebagai Mary Jane dalam trilogi Spider-Man nya Sam Raimi. Selain itu, kebanyakan bermain film-film yang kurang komersil seperti Elizabethtown, Mona Lisa Smile atau Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Karirnya sekarang gak gitu-gitu wah banget, tapi ya gak begitu jelek juga. Pada kesempatan kali ini gw akan mencoba mereview The Virgin Suicides dan filmnya yang terbaru, All Good Things.
Welcome to my first Head-to-head. Aaand Kirsten Dunst will have the honor to open this series up. Pertama kali gw kenal Dunst adalah dalam film Bring It On, yang menjadi salah guilty pleasures gw sampai sekarang. Walaupun sepertinya sudah sering bermain dalam banyak film, tapi menurut gw kayaknya Dunst kurang bersinar sebagai aktris kelas-A. Dunst mungkin paling dikenal sebagai Mary Jane dalam trilogi Spider-Man nya Sam Raimi. Selain itu, kebanyakan bermain film-film yang kurang komersil seperti Elizabethtown, Mona Lisa Smile atau Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Karirnya sekarang gak gitu-gitu wah banget, tapi ya gak begitu jelek juga. Pada kesempatan kali ini gw akan mencoba mereview The Virgin Suicides dan filmnya yang terbaru, All Good Things.
Saturday, March 5, 2011
Review: American Psycho (2000)
Plot: Meet Patrick Bateman (Christian Bale), seorang pria yang seakan tampak sempurna. Tampang yang oke, figur yang fit, kaya lagi. Berasal dari keluarga yang sangat ber-privileged, dikelilingi oleh orang-orang yang juga berkelas, serta memiliki pacar yang cantik pula. For short, Patrick Bateman memiliki semuanya. Tapi ternyata dibalik sosok elegan tersebut, tersembunyi seorang psikopat berhati dingin dan tanpa ragu membunuh dan menghabisi korban-korbannya tanpa ampun, dengan alasan yang gak konkrit juga, seperti kecemburuan karir atas rekan kerjanya, Paul Allen (Jared Leto) atau hanya iseng-iseng membunuh para hooker setelah dipakai. Jadi, sebenarnya siapakah Patrick Bateman itu?
Thursday, March 3, 2011
Intermezzo: I'm just gonna leave it here....
LOL. Ini hanyalah sebuah tulisan gak penting dan mostly ditulis karena masih ada rasa kesal yang tertanam di hati semenjak kekalahan TSN. Lebay memang. Bodo amat ah. Silahkan di click more kalo mau baca 'curhatan' gak penting gw ini.
Labels:
Features,
movies,
Random things
Subscribe to:
Posts (Atom)