Tuesday, March 8, 2011

Head-to-head: The Virgin Suicides (1999) & All Good Things (2010)

Head-to-head is my newly series of posts where I review 2 movies (or more) with one particular resemblance, whether it's the theme of the films, the star or even the director. One of my attempts to increase numbers of review and also to save some time and space, cause I'm gonna do them shortly. Hope I can do this regularly.
Welcome to my first Head-to-head. Aaand Kirsten Dunst will have the honor to open this series up. Pertama kali gw kenal Dunst adalah dalam film Bring It On, yang menjadi salah guilty pleasures gw sampai sekarang. Walaupun sepertinya sudah sering bermain dalam banyak film, tapi menurut gw kayaknya Dunst kurang bersinar sebagai aktris kelas-A. Dunst mungkin paling dikenal sebagai Mary Jane dalam trilogi Spider-Man nya Sam Raimi. Selain itu, kebanyakan bermain film-film yang kurang komersil seperti Elizabethtown, Mona Lisa Smile atau Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Karirnya sekarang gak gitu-gitu wah banget, tapi ya gak begitu jelek juga. Pada kesempatan kali ini gw akan mencoba mereview The Virgin Suicides dan filmnya yang terbaru, All Good Things.

The Virgin Suicides (1999) | Cast: James Woods, Kathleen Turner, Kirsten Dunst, Josh Hartnett, A.J. Cook, Hanna R. Hall, Leslie Hayman, Chelse Swain | Written by: Jeffrey Eugenides (novel) and Sofia Coppola (screenplay) | Directed by: Sofia Coppola

Plot: Michigan, dekade 70an, sebuah neighborhood dikejutkan dengan peristiwa percobaan bunuh diri seorang gadis berumur 13 tahun, Cecilia Lisbon (Hanna R Hall). Cecilia adalah anak bungsu dari 5 bersaudari, Therese (Leslie Hayman), Mary (AJ Cook), Bonnie (Chelse Swain) dan Lux (Kirsten Dunst), dengan ayah Ronald (James Woods) dan ibu Sara (Kathleen Turner). Sekelompok anak laki-laki yang tinggal di daerah itu mulai terobsesi dengan kehidupan para gadis keluarga Lisbon yang tertutup.

Review: Film ini adalah debut penyutradaraan sutradara wanita Sofia Coppola. Saat ini ia sudah dikenal sebagai sutradara film Lost In Translation, Marie Antoinette dan yang paling baru, Somewhere. Sofia ini selalu memiliki ciri khas di dalam film-filmnya. Entah, gw juga tidak bisa menjelaskannya secara rinci, tetapi film-filmnya terasa seaka n memiliki label di setiap scene2nya bahwa film ini adalah milik Sofia Coppola , tak terkecuali dalam debutnya ini. Sofia Coppola sendiri adalah anak sutradara The Godfather, Francis Ford Coppola, dan menjadi salah satu sutradara wanita yang pernah dinominasikan untuk Best Director dalam Academy Awards.

Film ini diangkat dari sebuah novel karya Jeffrey Eugenides. Pada awalnya gw mengira bahwa film ini akan bercerita lebih mengenai bunuh diri masing-masi ng dari gadis Lisbon ini, tapi ternyata film ini lebih condong ke drama kehidupan y ang dialami oleh para gadis Lisbon. Film ini pun sebenarnya tidak terlalu menjawab apa sebenarnya alasan para gadis-gadis Lisbon itu melakukan percobaan bunuh diri (kinda spoiler, but hey, it's on the title!). Apakah memang karena begitu keras dan strictnya ayah dan ibu mereka terhadap nilai-nilai religius dan mengekang mereka dari kehidupan sosial? Rasanya gak juga ah. Mereka masih bisa bergaul ke sekolah. Itulah yang menjadi misteri, sama seperti cowok-cowok di sekitar perumahan tersebut, kita sebagai penonton ikutan membuat spekulasi sendiri terhadap peristiwa naas tersebut. Film ini juga terlihat lebih condong ke kehidupan sehari-hari Lux (yang diperankan oleh Kirsten Dunst) yang bisa dibilang paling 'rebel', dan tanpa sengaja akhirnya menjadi sentral cerita, serta menjadi media atensi cowok-cowok rumahan itu.

Film ini juga sedikit menyentil tentang beberapa hal, yang berhubungan dengan kehidupan sosial. Contohnya aja seperti gossip yang gampang banget nyebar, dan gampang banget dibelok-belokkan seenak udel. Atau tentang ignorance yang dilakukan orang-orang di sekitar rumah Lisbon di ending, as if nothing happened. Yah, kalo menurut gw itu mungkin menjadi poin yang ingin diangkat: bumi itu selalu berputar, don't dwell on the past. Yang sudah terjadi, ya sudah. Mau diapain lagi kan?

(***1/2)

-------------------------------------------------------------------------------

All Good Things (2010) | Cast: Ryan Gosling, Kirsten Dunst, Frank Langella, Kristen Wiig, Philip Baker Hall, Diane Venora, Lily Rabe | Written by: Marcus Hinchey and Marc Smerling | Directed by: Andrew Jarecki

Plot: Di-inspirasi dari sebuah kejadian nyata, David Marks (Ryan Gosling) adalah seorang anak dari keluarga kaya yang awalnya tidak ingin mengikuti jejak ayahnya (Frank Langella) untuk bekerja dalam bidang real estate. David lebih ingin berkarir sendiri dan membuka toko makanan sehat, yang kemudia ia beri nama 'All Good Things'. David kemudian bertemu dengan seorang gadis yang nantinya akan menjadi istrinya, Katherine 'Katie' (Kirsten Dunst). Merasa ingin lebih membahagiakan Katie, David terpaksa menuruti ayahnya bekerja untuknya. Awalnya pasangan David dan Katie termasuk pasangan yang bahagia. Hingga ketika trauma masa kecil yang dialami David membuat kehidupan mereka berantakan.

Review: Setelah tau di opening title kalo film ini diangkat dari kisah nyata, gw jadi makin penasaran. Dari poster sampe pembuka benar-benar me mberikan kesan kalo film ini akan menjadi psychological thriller yang worth it untuk ditonton. Tetapi sayangnya, filmnya rada-rada 'meh'. Gw nntn film ini tanpa ada ekspektasi apapun, dan nyatanya merasa sangat dirugikan dengan film ini. Entah film ini mau condong kemana. Apakah ingin ke drama tragis romantis seperti film Gosling lainnya, Blue Valentine? Atau memang mau ke thriller-thriller gitu? Well, kalo mau 2-2nya sayangnya kedua unsur tidak diberikan eksekusi yang maksimal jadinya film ini terasa flat dan membosankan.

Salah satu kekuatan utama film ini adalah performa para aktornya. Film ini menampilkan penampilan Kirsten Dunst yang sangat baik (some argue that this was her best ever performance). Dunst kecil sempat mencuri perhatian ketika bermain dalam film Interview With The Vampire dan Little Women bahkan Jumanji hingga Bring It On. Hingga sekarang Dunst belum memberikan notable performance lagi. Dalam film ini memang gak sebegitu bagus, but it's a start, right?

Premis film ini sebenarnya sangat menarik, mengangkat kasus missing person yang hingga sampai saat ini masih belum ada jawabannya. Sayang sekali performa Gosling yang memang hampir setiap kali memberikan penampilan yang baik serta kembalinya akting oke dari Dunst ditutupi oleh film yang beralur lambat dan tidak jelas seperti ini.

(**1/2)

2 comments:

  1. gue udah beli dvd all good things dari lama, dan pas gue baca post lo gue jd penasaran. nah gue tonton tuh pas sampe menit ke-20, eh krn keinget kata" yg katanya plot nya sering nyeleweng gw cepet"in tuh buat sekedar liat gmn kelanjutannya, ternyata....freak!

    ReplyDelete
  2. hahaha bener kan.. aneh menurut gw ceritanya

    ReplyDelete