Friday, January 13, 2012

Review: Poetry (2010)

Plot: Yang Mija (Yoon Jeong-hee) adalah seorang wanita tua yang sehari-harinya bekerja sebagai perawat seorang pria yang juga sudah lansia. Beban berat yang dialami Mija itu demi menghidupinya serta cucu nya yang tinggal bersamanya, Jong Wook (David Lee), yang dititipkan oleh ibunya yang merantau ke luar kota. Kesehariannya semakin bertambah sulit ketika ia kemudian didiagnosa penyakit Alzheimer pada stadium awal, yang lama kelamaan akan bertambah parah. Belum lagi dengan sebuah kejadian tewasnya seorang siswi sekolah yang ternyata memiliki sangkut paut dengan cucunya. Di tengah itu semua, Mija turut mengikuti sebuah kursus penulisan puisi untuk membantunya menghadapi segala musibah tersebut.

Review: Saya selalu memiliki sebuah admiration terhadap film-film Korea Selatan. Kebanyakan dari sineas-sineas mereka sering -dan most of the times, berhasil- dalam meramu begitu banyak aspek yang secara sekilas tidak berhubungan dan meraciknya menjadi satu kesatuan tontonan yang bisa dibilang saling melengkapi. Sama halnya dengan film yang berjudul asli 'Shi' ini. Poetry adalah film yang disutradarai oleh Lee Chang-dong, yang sebelumnya membuat film seperti Peppermint Candy (2000), Oasis (2002) hingga Secret Sunshine (2007). Judulnya terdengar asing? Ya, saya juga merasa begitu :p Tetapi tidak bagi beberapa festival film tersohor lainnya. Lewat Secret Sunshine misalnya, sang aktris utama berhasil menggondol Best Actress dari Cannes film Festival di tahun 2007, yang kemudian di tahun 2010 lalu juga menghadiahi Best Screenplay untuk film ini. Poetry menurut saya termasuk film slow yang cukup depressing, tetapi entah mengapa ada sebuah keindahan di setiap frame-frame yang disajikan.

Ketika saya menonton film ini, saya juga teringat ketika saya menonton A Separation, film favorit saya tahun 2011 lalu. Kesamaan tersebut terletak pada pertanyaan moral yang juga ikut saya pertanyakan dalam hati. Mohon maaf, tetapi rasanya agak sulit untuk mereview film ini tanpa menulis juga beberapa poin cerita yang sebenarnya saya yakin tidak begitu vital kalau saya bocorkan disini, after all, memang kasus tersebut adalah inti film ini. Kalau ada yang merasa ini spoiler, sori2 aja ya ^^v. Diceritakan bahwa cucu Mija bersama teman-temannya dalam periode yang cukup lama, telah memperkosa seorang siswa yang juga teman sekelasnya. Siswi tersebut (mungkin) merasa malu dan kemudian terjun dari sebuah jembatan untuk mengakhiri hidupnya (mayat siswi yang mengapung tersebut juga turut membuka film ini, so, it's not a spoiler). Sebuah diari ditemukkan yang ternyata berisi pengalaman sang siswi diperkosa oleh teman-teman sekelasnya. Spontan, para orang tua dari anak-anak tersebut ingin bertindak agar masa depan anak-anak mereka tidak berakhir tragis pula, bahkan dibantu juga oleh pihak sekolah yang tidak ingin nama sekolah mereka jelek. Maka dihubungilah Mija yang dalam hal ini berperan sebagai pengasuh Jong Wook. Hal yang begitu menangkap perhatian saya adalah ketika Mija bertemu pertama kali dengan para ayah teman-teman cucunya yang, walaupun sembunyi-sembunyi, berbicara menghadapi kasus ini begitu tenang sekali. Bahkan kesannya, mereka menganggap yang menjadi korban dari kasus tersebut adalah anak-anak mereka sendiri.

Mija, satu-satunya wanita dalam pertemuan tersebut, serta bisa dibilang satu generasi di atas bapak-bapak tersebut, hanya bisa terdiam menyaksiksan itu semua. Absurd? Mungkin itu yang ia pikirkan. Lewat 'tugas'nya untuk menulis puisi, ia seakan mencari sebuah 'keindahan' di tengah-tengah kasus memalukan sekaligus memilukan tersebut. Sebenarnya, saya pun masih bingung ketika harus dihadapkan pada posisi bapak dari anak-anak tersebut. Ya, mereka telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, tetapi sebagai orang tua, apakah kita tega dengan begitu saja menjebloskan darah daging kita sendiri ke dalam penjara? Mungkin itu pula lah yang sebenarnya di-galau-kan oleh Mija, yang juga menjadi salah satu alasan mengapa ia tidak dapat menulis puisi yang baik, masih ada yang mengganjal di pikirannya. Mija dihadapi oleh dilema, ketika ia juga merasakan kesedihan dari orang tua siswi yang bunuh diri tersebut. Lewat ekspresi dan tindakannya, saya yakin sebenarnya Mija ingin sekali membantu cucunya, tetapi setelah ia melihat bagaimana cucu dan teman-temannya malah tidak menunjukkan ekpresi menyesal atau remorse -bahkan dengan santainya menonton TV dan bermain bola-, rasanya Mija semakin merasa prihatin dan malah bersimpati dengan keluarga sang siswi tersebut. Sebenarnya banyak aspek yang disinggung dalam film ini, membuat film ini terasa ber-layer-layer. Tetapi sulit untuk saya menjabarkan semua.

Praktis, Poetry adalah film milik Yoon Jeong-hee. Jeong-hee adalah artis ternama Korea yang kembali bermain film lewat film ini setelah selama 16 tahun absen. Penampilannya begitu sendu tetapi tegar di saat yang bersamaan. Kita melihat sosok Mija begitu kuat tetapi di saat yang sama juga begitu rapuh. Tidak lupa dengan salah satu adegan 'berani' nya pada film ini yang cukup membuat saya kaget untuk aktris seusia beliau, walaupun tidak explicit-explicit amat. Tapi saya masih belum ngeh arti dari adegan tersebut, apakah itu termasuk caranya 'mencari kebahagiaan/inspirasi'. Hehe silahkan nanti tonton sendiri, abis itu diskusi bareng ya #ngajak. Lewat penampilannya ini, Jeong-hee mendapatkan begitu banyak penghargaan yang memang pantas ia dapatkan, termasuk sebuah kejutan penghargaan Best Actress dari Los Angeles Film Critics Awards tahun lalu, salah satu kumpulan kritikus paling prestigious di US. Pada awalnya saya mengira pemain Poetry (Jeong-hee) adalah orang yang sama dengan yang bermain Mother (Kim Hye-ja). Secara teknis, Poetry tidak menawarkan hal-hal yang extraordinary. Walaupun saya lumayan suka dengan cinematography dan pergerakan kamera yang begitu halus disini.

Overview: Poetry tidak hanya menceritakan bagaimana perjuangan seorang nenek untuk menulis puisi sebelum dirinya tenggelam dalam dementia nya, tetapi juga tentang moral yang sepertinya kurang dihargai lagi di mata generasi sekarang, bahkan disepelekan. Lee Chang-dong berhasil menyusun sebuah cerita yang menyinggung banyak sekali hal, bahkan tentang keberadaan seni puisi yang semakin hari semakin hilang pamornya, sosok orang tua terhadap sang anak hingga konsumerisme teknologi. Dalam film ini, kita bisa melihat akting hebat dari aktris kenamaan Korea, Yoon Jeong-hee yang bermain dengan begitu meyakinkan. Dari beberapa aspek yang ingin dicapai oleh Poetry, menurut saya ada satu yang begitu penting yang membuat saya terpikat dengan film ini. Poetry menggambarkan bagaimana 'bahagia' itu dapat ditemukan dimana-mana. Kebahagiaan dan keindahan ada di sekeliling kita. Kebahagiaan itu sederhana, se-sederhana memori Mija bersama kakaknya ataupun ketika kebenaran dan keadilan akhirnya mampu ditegakkan.

[A-]
Poetry - Shi (2010) | Drama | Cast: Yoon Jeong-hee, Lee David, Kim Hira, Kim Yong-taek, Park Myeong-sin | Written and directed by: Lee Chang-dong

2 comments:

  1. Wah, baru tgl 12 kemarin ane nonton tuh film gan... film yg bener2 top markotop bin good marsogood..

    Ane super duper merinding denger puisi "Agnes" yang dibacakan di akhir film. [spoiler alert]

    Review agan mewakili pendapat ane.. hahaha... good job gan...

    ReplyDelete
  2. iya, puisi di endingnya bikin merinding... thank you udah dibaca ya gan :))

    ReplyDelete