Sunday, January 29, 2012

Review: Tinker Tailor Soldier Spy (2011)

Plot: Inggris di era Cold War, setelah gagalnya operasi rahasia salah satu agen British Intelligence, Jim Prideaux (Mark Strong) dalam di Hungaria, pimpinan British Intelligence pada saat itu, Control (Jim Hurt) dan tangan kanannya, George Smiley (Gary Oldman) terpaksa mundur dari jabatan. Sebelum ia mundur, sebenarnya Control telah mencurigai adanya pengkhianat yang menjual info kepada pemerintah Russia di antara bawahan-bawahannya, yaitu Percy Alleline (Toby Jones), Bill Haydon (Colin Firth), Roy Bland (Ciarán Hinds) dan Toby Esterhase (David Dencik) serta Smiley sendiri. Dugaan tersebut diperkuat dengan adanya info dari Ricki Tarr (Tom Hardy) yang kini tengah melarikan diri. Smiley, yang sebenarnya telah berhenti dari pekerjaannya akhirnya diutus untuk menginvestigasi siapa kah sang pengkhianat.

Review: Beberapa bulan yang lalu, saat trailer pertama untuk sebuah film berjudul Tinker Tailor Soldier Spy muncul, saya langsung terpukau dengan apa yang saya saksikan dalam trailer tersebut. Selain faktor adanya Gary Oldman dan beberapa aktor kenamaan Inggris lainnya, gambar-gambar yang keren, faktor Tomas Alfredson pun juga membuat saya ingin cepat-cepat menyaksikan film ini. Bagi yang belum tau, Alfredson adalah sutradara asal Swedia yang tahun 2008 lalu 'menggemparkan' dunia perfilman (agak lebay, sori) dengan film horror vampir Let The Right One In (Låt den rätte komma in). Tinker Tailor, CMIIW, menjadi film internasionalnya, means outside his country, yang pertama. Film British ini adalah sebuah adaptasi dari novel karya John le Carré yang pertama kali terbit di tahun 1974. Tinker Tailor versi 2011 ini bukan yang pertama kalinya bagi novel tersebut untuk diadaptasi. Di tahun 1979, salah satu stasiun tv Inggris ternama, BBC, mengadaptasinya menjadi sebuah mini-series. Judulnya yang unik ini sebenarnya dikutip dari kode-kode nama yang diberikan oleh karakter Control kepada orang-orang yan ia curigai menjadi pengkhianat dalam tubuh British Intelligence; 'Tinker' (untuk Percy Alleline), 'Tailor' (Haydon), 'Soldier' (Bland), 'Poorman', (Esterhase) dan 'Beggarman' (Smiley).

Seperti yang saya rangkum sebelumnya, Tinker Tailor Soldier Spy bercerita tentang sebuah investigasi yang dilakukan oleh George Smiley untuk menemukan seorang 'double agent' atau istilah lainnya 'mole' yang ada diantara petinggi-petinggi, British Intelligence Secret Service (bisa disebut juga dengan istilah 'The Circus'). George Smiley, yang sebelumnya telah dikeluarkan dari Circus, diutus untuk menginvestigasi siapa kah sebenarnya yang telah membocorkan informasi kepada agen Russia. Dari premis tersebut, rasanya seperti mendengar film-film spy action seperti James Bond, Bourne atau pun Mission: Impossible. Bagi yang mengharapkan Tinker Tailor akan menjadi film sejenis, sepertinya akan dikecewakan karena Tinker Tailor lebih menekankan pada suspense misteri serta studi karakter di dalamnya. Film ini mungkin memang berjalan agak lambat, tetapi menurut saya berhasil membangun atmosfir misteri yang memang hendak dicapai. I found myself really drawn into the story and performances. Tinker Tailor menyelipkan beberapa flashback yang dipakai untuk menguatkan atau menjelaskan aspek-aspek cerita dalam film ini. Walaupun alurnya memang loncat-loncat, entah mengapa saya tidak begitu sulit membedakan yang mana yang past, yang mana yang present. Walaupun memang, jujur, cerita film ini tidak begitu mudah untuk diikuti, with so much going on and lots of characters. Tetapi props have to be given to Alfredson serta dua penulis naskahnya, Bridget O'Connor & Peter Straughan yang memang berhasil 'mengubah' novel dengan cerita kompleks itu menjadi kesatuan film tanpa mengurangi esensi cerita aslinya.

Penampilan Gary Oldman dalam film ini menurut saya begitu "down-to-earth". Maksud saya adalah tanpa harus menangis tersedu-sedu, berteriak-teriak marah, atau harus 'bertransformasi' secara fisik, Oldman sebagai George Smiley memberikan penampilan yang, istilahnya, diam-diam menghanyutkan. Karakter Smiley dalam film ini tidak pernah neko-neko. Sikapnya tenang bahkan terkadang pasif. Tetapi coba perhatikan sorot mata dan ekspresi yang diberikan oleh Oldman, sungguh menusuk. Senang rasanya salah satu aktor favorit saya ini akhirnya dilirik pula oleh Academy yang memberikan nominasi Oscar pertamanya lewat film ini juga. Sebagai sebuah film yang memang memiliki banyak karakter, ensemble cast yang dihadirkan film ini juga tidak main-main. Aktor-aktor Inggris ternama seperti Colin Firth, Mark Strong, John Hurt, Toby Jones disadingkan pula dengan nama-nama baru seperti Tom Hardy hingga Benedict Cumberbatch yang masing-masing memberikan penampilan yang juga tak kalah baik. Kalau ada satu saja yang menurut saya menjadi satu kelemahan Tinker Tailor adalah terlalu banyak karakter yang sebenarnya masih bisa dikembangkan lagi. Tidak heran memang, novel karya John le Carre ini dahulu diadaptasi menjadi miniseries sepanjang 7 episode. Tetapi itu tidak begitu mengganggu keasikan menonton, karena tiap karakter telah diberikan porsi yang pas sesuai dengan durasi filmnya.

Setelah menonton film ini, saya tidak habis pikir mengapa film ini 'hanya' mendapat 3 nominasi Oscar saja, walaupun tentu saja 3-3nya well-deserved. Actor untuk Oldman, jelas. Lalu Adapted Screenplay untuk naskah adaptasi yang menurut saya berhasil merangkum novel kompleks tersebut menjadi sebuah feature film tanpa mengurasi rasa suspense. Serta Original Score karya Alberto Iglesias yang benar-benar menghanyutkan penonton ke dalam film ini. Tetapi ada 2 aspek yang menurut saya benar-benar di-overlooked oleh para juri; cinematography dan art direction. Sejenak lupakan saja pujian saya terhadap cinematography War Horse atau The Girl with the Dragon Tattoo, karena cinematography arahan Hoyte van Hoytema ini bagi saya adalah yang terbaik tahun lalu bersanding dengan Emmanuel Lubezki di Tree of Life. Saya SANGAAT suka sama shot-shot film ini. Hoytema dan tentunya bersama sang sutradara menampilkan sejumlah gambar yang luar biasa artistik dan menyimpan banyak makna. Saya ingin menjelaskan semua, tetapi sepertinya cukup panjang, misalnya seperti bagaimana banyaknya gambar 'refleksi' atau 'over-the-glass', yang menurut saya menyimbolkan pengkhianatan dan kecurigaan yang menjadi salah dua aspek dari cerita film ini. Sungguh jika diperhatikan secara seksama, saya yakin bahwa shot-shot tersebut benar-benar di atur sedemikian rupa dengan tingkat ketelitian (dan artistik) yang tinggi. Art directionya tidak perlu ditanya, berhasil menggambarkan Inggris era tersebut. And they chose Midnight in Paris over this? Untung ada BAFTA yang masih memberikan atensi terhadap film ini (with 11 nominations!).

Overview: Tanpa perlu action dengan special effect canggih, Tinker Tailor Soldier Spy menjadi salah satu spy thriller yang begitu menegangkan serta mengasyikkan untuk diikuti. Seru melihat perseturuan antara dua negara serta suatu badan intelijen yang penuh dengan intrik, misteri dan pengkhianatan. Aspek misteri yang diusung turut diperkuat dengan atmosfir yang dihasilkan dari tangan sang sutradara Tomas Alfredson. Film ini juga diisi oleh penampilan yang sangat mengesankan dari Gary Oldman dengan para pendukung yang juga tak kalah menariknya. Film ini mungkin memang beralur lambat dan perlu konsentrasi tinggi untuk menontonnya, but once you're hooked, susah untuk tidak menyaksikan hingga akhir cerita. Belum lagi dengan begitu luar biasa indahnya film ini dibuat. Cinematography terbaik bagi saya untuk tahun 2011 (begitu pula dengan Tree of Life) dengan alunan score dan tata artistik yang juga apik. One of the very best films of 2011.

[A-]
Tinker Tailor Soldier Spy (2011) | Drama, Mystery, Thriller | Rated R for violence, some sexuality/nudity and language | Cast: Gary Oldman, Colin Firth, Tom Hardy, Mark Strong, Ciarán Hinds, Benedict Cumberbatch, David Dencik, Stephen Graham, Simon McBurney, Toby Jones, John Hurt | Written by: John le Carré (novel). Bridget O'Connor, Peter Straughan (screenplay) | Written by: Tomas Alfredson

8 comments:

  1. Bener-bener blm ada niat nonton ini!
    Btw top10 lu belom dirombak riz?

    ReplyDelete
  2. Tonton, Dan! keren lho hahaha ntar2an aja deh, pas banyak yg udah ketonton hehe

    ReplyDelete
  3. Gw malah ketiduran tiga kali nonton ini baru rampung bro. Woakaka. Asli one of the most boring movie buat gw tahun ini.

    Tadinya gw kira Tree of Life paling boring lo padahal. Tapi abis adegan geje (creation of the universe plus dinosaurus out of nowhere) mendadak filmnya jadi lumayan.

    Mgkn emang bukan selera doyanan gw film Tinker Tailor Soldier Spy.

    Or mungkin gw ekspektasinya ketinggian ngeliat nama-nama beken di dalamnya. :P

    ReplyDelete
  4. Aaaaahhh...tidaaaakk!! saya keduluan oleh fariz ;)

    pengen banget nntn ini tapi pengennya di bioskop. Kalo ga ada Benny, saya dah tntn di DVDdari kapan tau, tapi pengen banget liat benny dilayar gede untuk pertama kalinya...tapi sepertinya ga akan ada ya :(

    Film inimemang menuai 2 pendapat,keren dan boring...seperti komen2 disini. saya sendiri jadi penasaran bakal jadi yang merasa ini film keren atau boring. Saya mau nunggu sebentar lagi sebelumakhirnya beli DVD (masih ngarep di bioskop)

    ReplyDelete
  5. @tukang review: ohya? hahaha ya mungkin selera/ekpspektasi jg pengaruh ya, mas. memang menurut saya film ini gak begitu mudah buat dicerna.. untung saya nntnya pas dapet moodnya hehe btw pas nntn itu saya jg percobaan ketiga kok :p

    @novroz: wah saya malah gak yakin bakal tayang di bioskop, Miss hehe gak tau juga sih.. disini Benedict nya lumayan banyak dan keren (ada satu scene di perpustakaan yg bikin geregetan haha)

    ReplyDelete
  6. sebenernya udah punya film ini, tp belum2 nonton berhubung parno ama statement tmn yg bilang film ni 'berat' hehe.. jadi keburu urung duluan. :D

    ReplyDelete
  7. Tapi pas sy tanya blitz, ktnya dah dibeli sama org 21...jd sy msh berharap itu benar.

    Iya sy tau kalo Benedict bnyk muncul, bhkan ada tmn yg jd tertarik ma akting dia gr2 film ini (sy dah tertarik dr Sherlock thn lalu). Mgkn sy bli DVD n tntn dulu n kl di bioskop muncul, nntn lg d ;)

    ReplyDelete
  8. @scott: haha memang filmnya agak berat sih, but for me it was worth it.

    @novroz; oiya miss tadi baru ngeliat poster coming soon di 21 hehe iya menurut saya sih disini Benedict juga bagus mainnya

    ReplyDelete