Thursday, September 13, 2012

Review: Red Lights (2012)

Plot: Dr. Margaret Matheson (Sigourney Weaver) dan asistennya Tom Buckley (Cillian Murphy) bekerja sebagai paranormal investigator. Berdua, mereka membongkar orang-orang yang mengaku sebagai cenayang, mind readers, faith healers —atau bahasa kasarnya, dukun— berdasarkan logika dan teori-teori fisika. Matheson dan Buckley adalah dua orang skeptis yang tidak percaya dengan hal-hal supranatural. Hingga tiba-tiba seorang psychic tersohor yang sempat hilang dari peredaran selama 3 dekade, Simon Silver (Robert De Niro), memutuskan untuk kembali ke atas panggung.

Review: Bagi sebagian penikmat film, mungkin belum begitu familiar dengan nama Rodrigo Cortés. Tetapi pasti judul film Buried'(2010) akan lebih dikenal. Cortes adalah orang dibalik film unik dan low budget tersebut. Buried yang dibintangi oleh Ryan Reynolds sempat memberikan spotlight kepada Cortes yang diyakini telah membuat sebuah film dengan premis sederhana, serta bertumpu pada satu aktor dan dalah satu set, menjadi sebuah tontonan yang menegangkan. Kekuatan Buried bagi saya adalah flow yang diciptakan oleh Cortez begitu mulus hingga claustrophobic sense dan ceritanya menjadi begitu nyata. Setelah debut film berbahasa Inggris oleh sutradara asal Spanyol tersebut, kini ia kembali lewat sebuah film thriller berjudul Red Lights. Kalau dalam Buried kita hanya disuguhkan oleh Ryan Reynolds, Red Lights akan menawarkan kita dengan aktor-aktor papan atas serta pendatang-pendatang baru yang patut diperbincangkan. Red Lights sendiri bagi saya memiliki premis yang begitu menarik; tentang dua orang 'scientist' (seorang dengan logika) yang bekerja untuk membongkar ilusi-ilusi yang kerap digunakan oleh beberapa orang sebagai pengeruk uang. Sejujurnya, sebelum saya menonton film ini, saya sama sekali tidak tahu tentang cerita Red Lights sebelumnya. Pada menit-menit awal, Red Lights tidak bertele-tele dalam menyingkap tentang apa film ini akan berjalan, yang kemudian mengingatkan saya dengan serial-serial tv seperti The X-Files, Fringe, atau pun Sherlock. Wah film ini akan menarik, begitu yang saya pikirkan.

Ternyata asumsi saya di awal tersebut semakin memudar seiring film ini berjalan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya suka dengan premis yang diusung Red Lights. I have always loved detective/thriller stories like this one. Menjelaskan hal-hal gaib lewat cara pandang logika. Nyatanya, film ini tidak begitu fokus kepada hal tersebut. Kita akan diperlihatkan dengan sisi emosional dari dua karakter utama di awal hingga pertengahan cerita. Matheson memiliki anak yang terbaring koma dan ia tidak mau melepaskan life support yang menunjang 'kehidupan' anaknya karena ia tidak percaya dengan afterlife. Sedangkan Buckley menjadi skeptis akibat pengalaman pahitnya ketika sang ibu kehilangan nyawa karena begitu percaya dengan cenayang.  Cortes membutuhkan waktu kurang lebih satu setengah tahun untuk membuat naskah ini sembari me-research tentang fenomena psychic power dari point of view seorang skeptis dan believer. Cortes mengaku tidak ingin choosing one side lewat film ini. Walaupun ia adalah seorang skeptis, ia pun tahu bahwa banyak dari fenomena psychic yang belum dapat dijelaskan melalu ilmu pengetahuan. Sayangnya, research tersebut tidak dibarengi pula dengan penulisan naskah yang baik. Begitu banyak head-scratchers yang muncul ketika menyaksikan film ini. Mengapa Matheson begitu enggan menghadapi Silver? Walaupun ia telah memberikan alasan, tetapi bagi saya kurang kuat. Apa pula alasan Silver berhenti dari pekerjaannya dan kembali lagi setelah bertahun-tahun? Bagaimana Silver bisa lolos beberapa eksperimen yang ia jalani? And don't get me started with that ending. Sebuah ending yang begitu kontradiktif dari keseluruhan filmnya dan bagi saya menjadi sebuah 'prestige' yang kurang nendang.

Red Lights ini sepertinya lebih fokus kepada keinginan kuat yang berubah menjadi obsesi Buckley (Cillian Murphy) untuk membuka rahasia Silver. Sebagai sebuah film thriller, Red Lights menghadirkan beberapa adegan-adegan yang ditujukkan untuk menjadi sebuah jump-scare moments yang sebagian besar untungnya berhasil. Mungkin ketegangan yang lumayan terjaga itu (walaupun naskah yang tidak begitu jelas) menjadi salah satu yang saya appreciate untuk film ini. Apa yang kemudian saya sayangkan lagi di film ini adalah bagaimana aktor-aktor yang bermain di dalamnya seakan-akan tidak dimaksimalkan oleh Cortes. Oke lah, Cillian Murphy cukup mampu mengangkat film ini menjadi sedikit lebih watchable, walaupun tidak istimewa banget. Hal serupa juga berlaku untuk Sigourney Weaver yang saya rasa sudah memainkan perannya dengan lumayan baik. Sedangkan Robert De Niro, yang sepertinya menjadi nilai jual tersendiri, malah muncul tidak lebih dari sepertiga film (kurang lebih), dan tidak begitu istimewa pula. Dengan ini, De Niro seperti hanya sebuah has-been yang dipakai untuk menjual namanya, bukan permainannya. Pemeran pendukung seperti Elizabeth Olsen serta Craig Roberts yang tahun lalu mencuri perhatian (saya, at least) lewat Martha Marcy May Marlene serta Submarine, respectively, sepertinya sia-sia disini. Dan juga aktor watak Inggris, Toby Jones. Bukan karena performa mereka tidak bagus, tetapi penulisan karakter yang minim lah yang membuat ruang gerak mereka untuk berekspresi rasanya tidak maksimal. 

Overview: Rasa-rasanya, Red Lights bisa menjadi salah satu film yang paling mengecewakan tahun ini bagi saya. Bukan karena filmnya hancur total, saya masih bisa menikmati beberapa adegan karena tensi tegang yang dijaga rapi, tetapi karena film ini tidak begitu berhasil mengeksekusi ceritanya menjadi sebuah cerita yang makes sense dan bermaksud. Film ini memiliki potensi untuk membuat perbincangan antara orang-orang yang skeptis dan believer, tetapi sayangnya Cortes memiliki jalan keluar yang terlalu aman serta kontradiktif dengan maksud cerita di awal. Belum lagi dengan begitu banyak hal-hal yang tidak jelas dan terlalu rumit untuk dimengerti. Jajaran aktor yang menurut saya sebuah 'dream cast' tersendiri ini sayangnya tidak begitu dimaksimalkan oleh Cortes. Well, this film is not a total loss, though. A disappointment might be the right word. 

Red Lights (2012) | Drama, Horror, Thriller | Rated R for language and some violence | Cast: Cillian Murphy, Robert De Niro, Sigourney Weaver, Joely Richardson, Elizabeth Olsen, Craig Roberts | Written and directed by: Rodrigo Cortés

2 comments:

  1. pengen nonton film ini nihi seru kayaknya

    ReplyDelete
  2. sumpah asli keren ni film, saya sudah nton..
    saya sempat bingung siapa sebenarnya Tom Buckley itu :)
    heheee

    ReplyDelete