Wednesday, May 22, 2013

Review: The Great Gatsby (2013)

Sebelum menonton film ini, pengetahuan saya mengenai The Great Gatsby, novel yang digadang sebagai salah satu novel terbaik sastra Amerika hanyalah berasal dari halaman Wikipedia. Saya tidak pernah membaca buku yang ditulis oleh F. Scott Fitzgerald ini atau menonton film-film adaptasinya yang ternyata jumlahnya juga sudah banyak, ranging from a silent feature to a made-for-TV film. Ketika berita bahwa Baz Luhrmann akan membangkitkan novel ini ke layar lebar, I knew that I'll be in for a treat.

Dari apa yang saya baca di internet, saya rasa naskah yang ditulis oleh Luhrmann sendiri dan Craig Pearce ini sudah sangat baik dan clear dalam merangkum isi novelnya. Saya rasa Luhrmann dan Pearce sudah cukup setia ke subject matter aslinya. Dengan sedikit improvisasi, mereka membuat karakter Nick Carraway (Tobey Maguire), seorang penulis lulusan Yale dan bekerja di Wall Street ini menceritakan sekaligus menarasikan kepada psikiaternya tentang pengalaman yang ia alami di sebuah musim panas tahun 1922. Diceritakan bahwa Nick yang baru saja pindah kerja ke New York ini menyewa rumah di kota (fiktif) West Egg di Long Island. Nick memiliki tetangga misterius pemilik mansion yang sangat besar dengan hobi menyelenggarakan pesta-pesta besar setiap malamnya, yang belakangan diketahui bernama Jay Gatsby (Leonardo DiCaprio). Nick sering mengunjungi sepupunya, Daisy Buchanan (Carey Mulligan) dan suaminya, yang juga teman kuliah Nick, Tom Buchanan (Joel Edgerton), persis di sebrang kotanya yang terpisah oleh teluk (atau tanjung?), di East Egg. Suatu hari ia menerima undangan dari sang tetangga untuk datang ke pestanya dan menemui pria misterius tersebut. Lewat undangan dan pertemuannya dengan Jay Gatsby tersebut, Nick pun ikut terseret ke tengah-tengah sebuah dunia penuh ambisi, romansa, mimpi hingga konflik cinta orang-orang terdekatnya.

Baz Luhrmann sudah dikenal dengan gaya penyutradaraannya yang terkadang over-the-top dan extravagant. Lihat saja trilogi 'Red Curtain' dekade lalu, lewat Strictly Ballroom dan Romeo + Juliet yang memang terlihat meledak-ledak dan hyper-visualized serta ditutup dengan sajian yang lebih bombastis lagi lewat Moulin Rouge!. Moulin Rouge! bagi saya adalah dimana Luhrmann benar-benar menggebrak sinema musikal di era modern. Menyajikan sebuah drama tragis tentang cinta terlarang di era 1900an dengan gaya MTV yang dinamis serta diiringi dengan tembang-tembang lagu yang sangat sangat ahead of its era (literally!) sepertinya menjadi sebuah hal yang groundbreaking di jamannya dan bahkan hingga saat ini. Dan itu lah kesan pertama yang saya tangkap dari adaptasi The Great Gatsby-nya ini. Dia tidak mau membuat Gatsby sebagai film dengan konsep traditional filmmaking. I am Luhrmann, I made Moulin Rouge worked, and how canI make this one work too? And that's exactly what he did. Luhrmann tidak mau mengesampingkan signature dan estetiknya hanya untuk membuat adaptasi yang terlalu drama, sesuatu yang mungkin sutradara lain bisa lakukan. Dia lebih memilih menampilkan visual treat dibandingkan dialogue full of proses. He went with his own turn. Go bold or go home.

Dengan hadirnya bermacam editing yang vibrant, gerakan cinematography yang tak kalah lincah, kostum-kostum glamour hingga hingar-bingar perayaan pesta yang, dalam bahasa gaul sekarang, pecah banget, membuat Gatsby mungkin sekilas hanya menjadi sebuah film yang mengandalkan visual saja. Well, I beg to differ. Walaupun compare to Moulin Rouge!, Gatsby seems much more quiet. Sebagai sajian visual, jelas Great Gatsby benar-benar memanjakan mata. Lihat bagaimana Luhrmann benar-benar menghidupkan lagi New York di era Jazz tersebut. Interesting enough, Luhrmann pun tetap mengandalkan gayanya yang sebelumnya ia tampilkan dalam Moulin Rouge untuk memberikan musik yang, well, teramat kontemporer. Nama-nama seperti Jay-Z, Beyonce, Andre 3000, Fergie, Jack White, Florence + Machine hingga Lana del Rey mungkin menjadi selection yang cukup kontroversial untuk sebagian orang. Mengingatkan saya juga dengan usaha Sofia Coppola di Marie Antoinette. Memang di beberapa bagian akan terasa aneh, tetapi dari mayoritas representasi musik yang ada, semua sound yang hadir surprisingly masuk ke dalam atmosfir film ini. Hal tersebut juga menambah kesan playful yang sepertinya juga diperkuat oleh beberapa adegan fantasi dengan CGI serta satu-dua car chases yang juga tampil dalam film ini. 

Then again, film ini juga bukan tanpa cela. Mungkin ada benarnya ketika tata visualnya di beberapa occasion mendistraksi dari sisi emosional dan romantisme yang seharusnya mampu terpancar dari diri Gatsby dan Daisy, and to some extent, Nick dan Jordan (Elizabeth Debicki). Beberapa kritik mengatakan bahwa Gatsby 2013 ini terlalu lack dalam sisi emosi. Saya memang merasa bahwa passion yang dimiliki Gatsby dan Daisy agak kurang kuat. Kedua karakter mungkin juga tampak terlalu naif. Mungkin itu normal pada orang-orang jaman tersebut? I don't know. Di pertengahan film, ceritanya mulai agak sedikit draggy, serta ketika konflik mulai memuncak terasa bahwa tensinya kurang mencapai maksimal. Tetapi entah mengapa saya merasa hal tersebut sedikit termaafkan lewat penampilan dari sang aktor. Saya mungkin sudah beberapa kali menyatakan bahwa I'm not really a big fan of Leonardo DiCaprio. Salah satu alasannya adalah ia seringkali mengambil peran yang sebelas dua belas. Melihat dirinya berakting awkward (bukan "aktingnya yang awkward", tetapi ia "berakting awkward") ketika bertemu dengan Daisy, hingga pancaran sinar matanya terhadap mimpi dan ambisinya membuat dirinya tampil begitu charming dan menjadi salah satu performa terbaiknya, despite the excessive 'Old sport's lol. Carey Mulligan tetap tampil graceful dan elegan, walaupun bagi saya karakter teman Daisy, seorang golfer bernama Jordan Baker yang dimainkan oleh Elizabeth Debicki menjadi sebuah scene-stealer tersendiri. Hadirnya Isla Fisher sebagai selingkuhan Tom serta Amitabh Bachan sebagai rekan kerja Jay cukup memberikan kesan, walaupun kurang screentime.

Jadi apakah Luhrmann melenceng dari visi yang telah ditorehkan Fitzgerald dalam novelnya? Luhrmann, walaupun tidak banyak, tetap menyinggung tentang masalah sosial, bagaimana rasisnya Tom atau perbandingan antara keluarga bangsawan, kelas menengah hingga buruh lewat setting, make up hingga kostum serta bisnis ilegal yang common di era tersebut. Tetapi bagi saya Luhrmann sangat baik mengangkat tema American Dream yang saya ketahui menjadi salah satu pokok dalam buku tersebut. Dari situ, saya merasa bahwa karakter utama dalam film ini lebih jatuh kepada sang narator, Nick Carraway. Ia adalah saksi hidup dimana ia menyaksikan dan satu-satunya yang mengetahui seluk beluk rahasia dari masing-masing karakter. Dari diri Gatsby, kita bisa melihat Nick benar-benar menginspirasinya. Ia melihat Nick sebagai *the All-American Hero*; muda, tampan, kaya dan sukses di setiap aspek. Ia juga bisa melihat Nick sebagai seorang yang berjiwa optimisme dan berpegang teguh dengan harapannya yang sangat tinggi, yang mungkin benar-benar mencerminkan Amerika sendiri. Ia juga menjadi saksi bahwa 'the American Dream' juga masih memiliki flaw. Ia melihat Tom yang ia sangka happily married dengan sepupunya malah memiliki selingkuhan. Begitu juga dengan Daisy yang jelas tampak hampa. He, after being tempted with the glamour of New York and its parties, then disgusted to know that for most people, your status and your fortune are the ones that matter. Dan Tobey Maguire sangat pas memerankan pemuda naif yang akhirnya merasakan asam garam kehidupan tersebut.

Mungkin bagi yang telah membaca novelnya, banyak yang tidak terlalu ditekankan oleh Baz Luhrmann & co dalam usahanya mengadaptasi buku tersebut; mulai dari kritik sosial, Jazz age, hingga romansanya itu sendiri. Tetapi saya rasa Luhrmann dengan bijaksana berhasil mengambil beberapa esensi yang relevan serta dengan berani memberikan twist visual dengan ciri khasnya. Responnya sih lebih banyak yang negatif. Tetapi siapa yang menyangka dahulu novelnya sendiri juga mendapatkan kritik yang pedas, bahkan flop di pasaran pada saat dirilis? Entah apakah The Great Gatsby versi Luhrmann ini akan diapresiasi lebih tinggi di kemudian hari atau tidak, saya tetap berfikir bahwa film ini menjadi sebuah sajian visual yang apik dan epik, dengan cerita yang well-told dan well-directed. Those are what I search in a good film, old sport.
________________________________________________________________________________

The Great Gatsby (2013) | United States, Australia | 143 minutes | Drama, Romance | Rated PG-13 for some violent images, sexual content, smoking, partying and brief language | Cast:  Leonardo DiCaprio, Tobey Maguire, Carey Mulligan, Joel Edgerton, Isla Fisher, Elizabeth Debicki, Amitabh Bachchan | Screenplay by: Bazz Luhrmann, Craig Pearce | Directed by: Baz Luhrmann

7 comments:

  1. Glad to know you like the film! I've read the book, and tbh I didn't like it at first. But the more I think about the characters, the more I can't stop drowning myself into the story. I agree with you about Gatsby and Daisy were seemed too "naive", but I suppose that's how its pictured in the book.

    *spoiler alert*

    Some say Gatsby wasn't even -that- crazily in love with Daisy. He loved the idea of Daisy, that marrying Daisy (an old money) would make his ultimate dream complete. You can see it when he talks, how passionate he was when he tells his "stories". So it's pretty pointless anyway if by any chance Gatsby and Daisy reunite. And that's why I love every single character in it, there are always good and bad in every human being. Though I wish Tobey's Nick was less... chatty.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Well I kinda thought that's how Gatsby and Daisy were portrayed in the book, so in that case, the film adaptation was right on point then haha And I actually think that point of view about how Gatsby was not really into Daisy seems right and fits Gatsby's character. Wow, I never thought about it that way, but now I do.

      Lol. Yes he's a bit chatty, but I still like his performance :)

      Delete
  2. Wah, totally agree with your comprehensive posting (as usual) Riz! But I think the visual effect's just excessive. Like the one when Gatsby drove his modified car with Nick on the bridge, and every time Daisy and Gatsby together (maybe to show how they looked so perfect like a fairy tale).

    Overall, despite the gloomy and indecisive atmosphere of Daisy in the most of the scenes, I feel exhilarated with the movie's setting (specially in Gatsby and Tom's house that seems more like a palace haha), oh and also the costumes. Good job Luhrmann!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks :) Well yeah, Luhrmann tends to be very dramatic, but that's just his style. I understand though, cause I do feel that some scenes, like you said, were to excessive haha

      Delete
  3. Oh one more thing, I just realized you 're-decorated' the blog layout. It looks better than the previous one, anyway. The blog's neater and easier be enjoyed! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you, again! I really wanted to make my blog a bit more fresh after years sticking with the same design and I'm glad you enjoy it :) Thank you also for coming and reading, appreciate it a lot!

      Delete
  4. Hi,
    Ikutan lomba review film yuk.

    Cek di sini ya http://movie.loveindonesia.com/id/competition/index

    Hadiahnya lumayan lho untuk pecinta film :)

    ReplyDelete