Sunday, March 13, 2011

Review: Sanctum (2011)

Plot: Di-set di Papua New Guinea, sekelompok orang bermaksud ingin menjelajahi sebuah gua underwater, mereka berusaha untuk meng-explore tempat yang sama sekali belum terjamah manusia tersebut. Termasuk didalamnya, pasangan ayah & anak yang tidak harmonis, Frank McGuire (Richard Roxburgh) dan Josh (Rhys Wakefield); Carl Hurley (Ioan Gruffudd) dan pacarnya Victoria (Alice Parkinson) serta beberapa diver yang bisa dibilang anak buah Frank yang juga sebagai diver senior. Terjadi suatu kejadian yang kemudian membuat hubungan Frank dan Josh makin merenggang. Hingga suatu kecelakaan yang membuat mereka semua terperangkap di dalam gua tersebut. Dapatkah mereka selamat?

Review: Siapa sih di dunia ini yang sekarang tidak mengenal James Cameron? Cameron adalah orang dibalik layar dua film megablockbuster yang sekarang menjadi 2 film tersukses sepanjang masa, Titanic di tahun 1997 dan Avatar di tahun 2009. Apa sih yang membuat kedua film tersebut sangat laku di pasaran? Mungkin jawaban yang paling tepat adalah; state-of-the-art technology. Masih terasa begitu mewahnya interior kapal Titanic hingga adegan tenggelamnya yang menggugah. Atau keindahan planet Pandora beserta isi-isinya. Tapi film-film Cameron memang terkadang (sangat) kurang di-segi cerita. Walaupun James Cameron tidak menyutradarai film ini dan hanya menjadi executive producernya aja, ternyata Sanctum memiliki pakem yang serupa. Inginnya sih menjadi film yang menunjukkan kecanggihan teknologi menangkap indahnya alam plus dibalut dengan cerita seadanya. Hasilnya? Wah luar biasa..... mengecewakan.

Entah apa yang ada dipikiran sutradara Alister Grierson bersama penulis naskah John Garvin dan Andrew Wright. Apakah mereka merasa filmnya akan mengikuti jejak Avatar? Kisahnya sendiri konon diinspirasi dari kisah nyata Andrew Wright yang juga pernah mengalami peristiwa yang hampir merenggut nyawanya di salah satu explorasinya ke gua underwater. Jika dibandingkan dengan naskah-naskah buatan James Cameron, naskah Sanctum bener-bener gak jelas, bahkan membuat naskah Titanic dan Avatar jadi terdengar bagus. Semua hal-hal klise dengan dialog-dialog yang sangat sangat cheesy ada disini. Sebenarnya pun kalo menonton film-film seperti ini, cerita umumnya memang bahan pertimbangan yang kesekian. Tapi ya jangan dibuat seenaknya gini dong. Kisah hubungan ayah-anak dalam film ini yang kayaknya mau dijadikan kisah 'inspiratif' nyatanya gak bernyawa. Maaf kalo terkesan kasar, tapi menurut gw naskahnya itu no-brainer. Gak penting dan gak engaging.

Dari segi akting pun ternyata gak kalah sama jeleknya naskah film ini. Nyaris semua aktor yang bermain dalam film ini mungkin tidak akan dikenali penonton awam (atau cuman gw?). Yang paling terkenal mungkin hanya Ioan Gruffud yang beberapa waktu lalu "beruntung" bisa mendapatkan peran Mr. Fantastic dalam film Fantastic Four dan sekuelnya. Yang seharusnya menjadi pintu gerbang kesuksesannya ternyata cuman impian doang. Gruffud tidak memberikan kontribusi yang berguna disini. Perannya disini udah pasti antagonis dan udah ketauan nasibnya dari awal ketika ia sombong mengatakan bahwa Tuhan pun gak bakal nemuin mereka ketika mereka sudah di dalam gua tersebut. Hal ini diperparah dengan aktor-aktor lainnya yang bermain seadanya, bahkan cenderung sangat mengganggu. Come on, people, one of you had just died in a terrible accident underwater and you were all just looking at that with a flat flat emotion? Where the hell were your hearts?

Dengan kasus seperti ini, semua orang mungkin akan mengatakan bahwa film-film seperti ini memang gak memedulikan kisah cerita, tapi lebih ke efeknya. Dan gw bakal ketawa. No, the effects in Sanctum is not that great. Seriously. Ada sih beberapa couple of shots that I may consider as 'beautiful', tapi selebihnya, tidak ada yang luar biasa. Apa mungkin karena gw gak nntn 3Dnya? Bah, kalo tau filmnya kayak gini (story and acting-wise) mana sudi gw membayar mahal buat nntn 3D doang. Memang gw akuin usaha susah payah mereka membuat atmosfir underwater caves nya cukup berhasil. Tapi gak begitu bagus-bagus banget kok. Malah gw lebih suka scene2 cave di film The Descent (2005), walaupun gelap, tapi bener-bener efektif dalam membangun suasana 'trapped' yang sangat menyeramkan dan disturbing. Kedua elemen yang gak gw dapatkan sama sekali dalam film ini. Sayang, sungguh disayangkan.

Sanctum is nothing but a disaster. Avatar kelas-B. Dengan cerita yang biasa-biasa saja, dialog cheesy dan akting yang tidak mumpuni membuat film produksi Australia ini menjadi pembuka 2011 yang sangat buruk. Memang Sanctum masihlah lebih baik dibandingkan film-film horror-seks Indonesia. Mungkin karena ekspektasi dan package yang terlampau (keliatannya sih) prestige membuat ketika menonton film ini gw merasa sangat tertipu. At least, mereka masih berusaha membuat tontonan yang menghibur, walaupun hasilnya tidak sesuai rencana. Buruk memang, tetapi Sanctum juga bukan film yang nihil hasilnya juga. Masih bisa diacungi setengah jempol kok untuk tim efeknya yang walaupun gak membuatnya secara maksimal, but the thought counts, right? Dengan begitu gw tambahin setengah bintang tambahan untuk satu bintang (saja) yang originally gw kasih untuk film ini. Selamat.

(**)

Sanctum (2011) | Action, Adventure, Drama, Thriller | Rated: R | Cast: Richard Roxburgh, Ioan Gruffudd, Rhys Wakefield, Alice Parkinson, Daniel Wyllie, Christopher Baker, Nicole Downs, Allison Cratchley | Written by: John Garvin & Andrew Wright | Directed by: Alister Grierson

1 comment:

  1. reviewnya bagus :) jadi pengen nonton filmnya u,u
    yang mau baca review film terbaru, boleh kok mampir ke http://gostrim.com/category/movie-review/ selamat menonton :)

    ReplyDelete