Sunday, February 24, 2013

Review: Killing Them Softly (2012)

Plot: Seorang hitman diminta untuk mengusut dan menangkap pelaku dari sebuah perampokan yang terjadi dalam suatu permainan kartu mafia yang dilakukan oleh dua orang bandit amatir.

Review: Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada tahun 2008 lalu mungkin menjadi salah satu lembaran pahit bagi Wall Street dan kroco-kroconya. Di sisi lain, hal tersebut bisa menjadi trigger sineas untuk mengangkatnya menjadi sebuah tema film. Tak terkecuali dengan Andrew Dominik, lewat Killing Them Softly. Dominik sempat menjadi perbincangan hangat di kancah perfilman festival lewat film The Assassination of Jesse James by the Coward Robert Ford di tahun 2007 lalu. Killing Them Softly diangkat dari novel keluaran tahun 1974 berjudul Cogan's Trade karya George V. Higgins, yang juga menjadi judul awal film ini, dimana Dominik mencampurkan tema krisis ekonomi Amerika ke dalam naskah adaptasinya. Film ini berkisah mengenai usaha seorang hitman bernama Jackie Cogan (Brad Pitt) yang diminta untuk mengusut sebuah perampokan yang terjadi pada suatu permainan kartu mafia (yang anehnya tidak ada bodyguards pada saat kejadian) yang dilakukan oleh kriminal amatir; Frankie (Scoot McNairy) dan Russel (Ben Mendelsohn). Dalang dari pencurian tersebut adalah  Johnny "Squirrel" Amato (Vincent Curatola) yang hendak mengkambinghitamkan Markie Trattman (Ray Liotta), salah seorang pemain kartu yang sebelumnya juga melakukan hal yang sama, walaupun setelah mengaku ia tidak dapat hukuman apa-apa.

Film yang mendapat kehormatan untuk mengikuti kompetisi Cannes tahun lalu ini memang bukan lah sebuah film action pada umumnya. Film ini lebih menekankan cerita lewat dialog, walaupun ada beberapa adegan aksi yang cukup menawan disini. Sebenarnya saya suka dengan tipe film-film seperti itu, bisa membuat saya mikir. Sayangnya, banyak dialog-dialog yang kesannya tidak penting dan bertele-tele. Iya memang sebagian sedikit relevan dengan karakter masing-masing, tetapi tak jarang juga obrolan para tokoh melanglang buana kesana kemari. Film ini sebenarnya memiliki cerita yang lumayan simpel, tetapi entah mengapa penyelesaiannya dibuat menjadi lebih panjang dari yang seharusnya. Belum lagi dengan tujuan Dominik yang ingin 'memodernisasikan' film ini dengan mencampurkannya dengan isu krisis yang tengah melanda AS saat itu serta menganalogikannya dengan mafia yang terkena rampok. Bukan hal yang buruk memang, bahkan bisa menjadi ide yang baik, membuat film ini lebih relatable dengan masa sekarang. Kita bisa melihat dan mendengar tentang hal tersebut di sepanjang film; mulai dari TV, koran hingga radio. Bahkan ketika perampokan terjadi, TV yang disetel adalah yang menyiarkan berita tersebut. Blah. I think that's too much. Saya seperti sedang dicekoki secara paksa oleh Dominik. Ya, Amerika lagi krisis, we got it. But you don't have to shove it down my throat over and over again.

Film ini menjadi kali kedua Brad Pitt bekerja sama dengan Dominik. Saya belum menonton Jesse James (oh God, shame on me), tetapi saya rasa Pitt disini memberikan performa yang lumayan baik. Bukan penampilan terbaiknya, tetapi tidak jelek juga. Walaupun bagi saya karakter Jackie Cogan tidak terlihat begitu threatening dalam film ini, yang sepertinya kembali lagi dari scriptnya. Yang bikin saya bingung sih dengan istilah killing them softly yang menjadi prinsip membunuh Cogan. Gaya membunuh yang ia pakai malah lebih rough daripada soft. Lol, gak penting sebenernya. Penampilan dari Ray Liotta, Richard Jenkins (sebagai supir suruhan bos mafia) serta James Gandolfini (rekan sesama hitman Jackie) sayangnya tidak begitu memberikan kesan apa-apa, bahkan terkesan annoying. Yang menjadi standouts dalam film ini adalah Scoot McNairy dan Ben Mendelsohn. Kedua aktor yang memerankan 2 orang bandit amatiran tersebut memberikan permainan yang natural dengan sedikit humor di dalamnya. Seperti yang saya bilang sebelumnya, film ini memiliki beberapa adegan aksi yang di-craft dengan baik. Salah satu adegan dalam film ini menggunakan efek slowmotion, yang walaupun sudah begitu overused dalam film-film sejenis, tetap dibuat menjadi scene yang artistik. Ditambah dengan shot-shot yang lumayan cantik, ditangkap oleh Greig Fraser. Setidaknya dengan itu saya tidak benci-benci banget sama film ini.

Overview: Memang bukan film yang buruk, tetapi Killing Them Softly bukanlah untuk semua orang. Kalau anda mencari film action dengan baku tembak hebat, sepertinya anda akan menghabiskan waktu. Bukannya film ini memiliki cerita yang jelek, bagi saya malah lumayan seru dan beberapa bagian cukup membuat tegang dan tidak klise, plus, teknis yang lumayan baik. Tetapi dengan cara Andrew Dominik memaksakan untuk mencampur krisis ekonomi AS ke dalam scriptnya terkesan terlalu overdramatic. Belum lagi dengan chit-chat yang bertele-tele. It's funny to know, film dengan bintang-bintang besar seperti Pitt, Liotta, Jenkins dan Gandolfini, yang layak mendapatkan applause dan bagi saya menyelamatkan film ini adalah 2 aktor yang masih mencari pengakuan dalam industri perfilman.

Killing Them Softly (2012) | United States | 97 minutes | Crime, Thriller | Rated R for violence, sexual references, pervasive language, and some drug use | Cast: Brad Pitt, Scoot McNairy, Ben Mendelsohn, Richard Jenkins, James Gandolfini, Ray Liotta, Sam Shepard, Slaine, Vincent Curatola, Max Casella | Written for the screen by: Andrew Dominik | Directed by: Andrew Dominik

1 comment:

  1. Wonderful website. Plenty of useful information here. I am sending it to several friends ans additionally sharing in delicious.

    And naturally, thanks on your sweat!

    Feel free to surf to my website; www.Holidaysamerica.Com

    ReplyDelete