Saturday, February 9, 2013

Review: Upside Down (2012)

Plot: Seorang pria bernama Adam (Jim Sturgess) mengorbankan segalanya agar bisa bertemu kembali dengan gadis yang ia cintai sejak kecil, Eden (Kirsten Dunst). Hal tersebut menjadi sulit mengingat mereka terpisah dalam dunia yang berbeda; dua planet kembar yang memiliki gravitasi yang berbeda serta kehidupan sosial ekonomi yang jauh berbeda pula.

Review: Awalnya saya bingung mengapa film Upside Down ini sepertinya beredar under the radar. Padahal memiliki 2 bintang yang (lumayan) terkenal dan ide cerita yang unik. Ternyata film ini memang dijadwalkan rilis tahun 2013 (Maret di US dan April di Prancis). Sayangnya film ini telah bocor di internet lewat media torrent semenjak akhir tahun lalu setelah ditayangkan di Kazakhstan. Lucky for me and all other pirates (maaf yah, like it's going to be released in Indonesia anyway). Once upon a time in a galaxy far far away, sebuah hal unik terjadi pada dua planet kembar. Keduanya memiliki jarak yang dekat dan mengorbit pada satu bintang yang sama, keduanya juga memiliki penduduk masing-masing. Bedanya adalah masyarakat dari planet Up Top hidup serba mewah dan mumpuni tetapi pemerintahnya mengeksploitasi masyarakat kumuh di planet Down Below. Kedua planet dipersatukan lewat sebuah menara tinggi sekaligus sebuah kantor yang menyambungkan keduanya, Transworld. Adam (Jim Sturgess), protagonis kisah ini telah menjelaskan beberapa peraturan double gravity yang ada pada dua planet ini; 1) gravitasi yang berlaku adalah darimana orang/benda tersebut berasal. 2) Berat dari suatu obyek dapat diimbangi oleh materi dari planet lainnya, tetapi 3) barang dari satu planet akan sedikit demi sedikit terbakar jika terlalu lama berada di planet yang satunya lagi. So far, gak begitu ribet. 

Tapi Adam sendiri sudah menegaskan di awal bahwa film ini adalah tentang kisah cinta. Adam, yang yatim piatu sejak kecil, dulu sering berkelana ke sebuah gunung di dekat rumah neneknya untuk mengambil serbuk sari dari lebah berwarna pink (hal ini juga ditekankan oleh Adam akan sangat bermanfaat dalam perjalanannya). Disitulah yang mempertemukannya dengan Eden (dewasa diperankan oleh Kirsten Dunst). Ketika remaja, terjalin hubungan diantara keduanya, against all odds. Tetapi hal tersebut tidak berjalan lancar ketika aktifitas mereka diketahui, karena hubungan antara dua dunia tersebut adalah hal yang ilegal (kecuali dalam gedung Transworld). Hingga ketika dirinya sudah beranjak dewasa, Adam yang sudah pasrah bahwa dirinya tidak akan bertemu kembali dengan Eden, mendapatkan suntikan semangat bahwa Eden bekerja di Transworld dan satu-satunya cara untuknya bertemu Eden adalah bekerja disana. Thus, his adventure of seeking his lost-love began. Dengan menggunakan serbuk sari yang ia kembangkan tersebut, ia pun diterima bekerja di Transworld untuk menciptakan krim kecantikan. Dibantu oleh rekan kerjanya di Up Top, Bob Boruchowitz (Timothy Spall), ia mempertaruhkan pekerjaan dan mungkin nyawanya untuk dapat menyusup dan bertemu dengan Eden.

Membuat film dengan mengambil setting dalam sebuah alternate universe memang cukup tricky. Penonton sebagian besar pasti belum familiar dengan dunia yang berasal dari ide sang sutradara sendiri, Juan Diego Solanas. Penjelasan di awal mungkin cukup berhasil memberikan gambaran kasar tentang dua dunia ini. Tetapi dalam implementasinya, ternyata masih banyak hal-hal yang tak logis yang saya temui. Yah namanya juga film fantasi, tapi bagaimanapun juga, seharusnya ada basis yang kuat jika ingin membuat fantasi yang...believable. Bagaimana planet tersebut berotasi?  Atau bagaimana security dalam Transworld tidak bekerja dengan efektif with no video cameras atau further investigation ketika Adam mulai melakukan 'penyusupan'? Dan beberapa plot holes lainnya yang sepertinya akan menjadi spoiler jika saya membeberkannya disini. Belum lagi dengan embel-embel kisah cinta yang dikumandangkan oleh karakter Adam di awal film malah terkesan hambar disini. Jim Sturgess sebenarnya telah bermain dengan cukup baik sebagai sang geeky lover. Tetapi hubungannya dengan karakter Eden rasanya terlalu dipaksakan dan tidak meyakinkan. That being said, Kirsten Dunst terlampau disia-siakan disini. Tidak ada character development signifikan yang membuat saya simpati dengan karakter-karakternya. Begitu juga dengan karakter Bob yang sebenarnya cukup vital untuk cerita film ini.

Walaupun begitu, Upside Down juga tidak bisa saya sebutkan sebagai bencana juga. Saya masih bisa appreciate dengan ide ceritanya yang cukup groundbreaking (hal yang tidak bisa saya samakan dengan hasil akhirnya). Ada beberapa isu yang sebenarnya bisa diperluas lagi penjelasannya, misalnya seperti kekontrasan dua dunia tersebut sebagai cerminan si kaya yang mengeksploitasi si miskin. Dan tentang revolusi era juga. Coba perhatikan nama kedua karakter; Adam dan Eden (walaupun bukan Eve, yang pastinya akan terlalu obvious). Musiknya lumayan bagus, walaupun kadang tidak diletakkan secara strategis. Visualnya juga begitu cantik. Special effect yang dipakai bagi saya sangat indah, meskipun di beberapa adegan terlalu dark blue-ish (tapi itu warna favorit saya, so not complaining!). Efek kantor Transworld yang menggambarkan dua dunia berbeda gravitasi digabungkan menjadi satu juga keren. Beberapa shot diambil benar-benar upside down, jadi mungkin awalnya akan sedikit pusing. Ada beberapa adegan aksi yang buat saya cukup memberikan hiburan ketegangan yang seru, yang lagi-lagi sayangnya tidak begitu banyak porsinya. Mungkin kekurangan budget ya. Karena kurangnya adegan action itu lah yang membuat konsekuensi hubungan antara dua dunia yang harusnya ilegal tersebut tidak begitu terkesan strict banget. Hal tersebut juga menjadikan ending film ini terkesan terlalu safe dan anti klimaks.

Overview: Upside Down memiliki premis yang unik, dan pada detik-detik awal film sepertinya kisah ini menjanjikan. Sayangnya seiring film berjalan, muncul beberapa plot holes dan kisah yang tidak terstruktur dengan baik. Setidaknya, Juan Diego Solanas selaku penulis dan sutradara masih mampu memberikan beberapa adegan yang cukup tegang bersamaan dengan visual effect yang breathtaking. Penampilan para aktor dan aktris yang sudah baik juga terkadang terasa underused. Memang banyak kekurangan, tetapi bagi saya film ini masih berada di dalam tingkat yang menghibur. Memang eksekusinya tidak sebagus ide ceritanya, tetapi saya cukup enjoy menonton film ini. So it's not really a big let down.

Upside Down (2012) | France, Canada | Drama, Fantasy, Romance, Sci-Fi | Cast: Jim Sturgess, Kirsten Dunst, Timothy Spall | Written and directed by: Juan Diego Solanas

4 comments:

  1. sounds cool but....hehehe kayanya udah kebayang filmnya punya potensi besar tapi kurang matang.tapi bolehlah di tonton, engga rugi juga.

    ReplyDelete
  2. Hi Fariz! Great review. You don't mind I write in English right, I'm more comfortable that way [meski sy bisa ngomong Indo]. I've been wanting to see this forever, but not sure when it'll make it to US theaters, haven't seen any promo on it anywhere. I kind of have a feeling it might not live up to its potential but I quite like sci-fi romances so this really appeals to me!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wow thank you so much Ruth for visiting and reading my reviews! I didn't know you can speak Indonesian :) and yes I think Upside Down was not executed really well despite the crazy but great premise. But I still think it's a fun movie to watch!

      Delete