Tuesday, February 26, 2013

Review: Warm Bodies (2013)

Plot: Pada sebuah post-apocalytic world, sebagian besar penduduk bumi telah terjangkit oleh suatu wabah yang membuat mereka menjadi zombie. Adalah R (Nicholas Hoult), seorang zombie yang cukup berbeda dengan zombie lainnya. Ia merasakan ada yang berubah pada dirinya setelah ia bertemu dengan Julie (Teresa Palmer), seorang manusia yang nantinya akan mengubah 'kehidupannya'.

Review: Kisah cinta terlarang mungkin sudah menjadi tema cerita cinta yang sering di-recycle entah berapa kali. Meminjam template klasik dari kisah Romeo and Juliet, romansa antara dua insan yang datang dari keluarga, strata hingga dunia yang berbeda sudah banyak kita saksikan di layar lebar. Sekarang ini, sudah banyak versi-versi cerita Romeo dan Juliet modern dengan bumbu twist yang bermacam-macam. Contoh yang paling anyar mungkin adalah dengan film komedi romantis, Warm Bodies. Film ini bercerita tentang R (Nicholas Hoult), seorang zombie yang sebenernya tidak mengingat lagi nama aslinya. Kalau istilah sekarang, R ini adalah golongan zombie hipster. Ia terkadang dapat berfikir jernih (don't even know how that happened), sekaligus menarasikan bagaimana dirinya menjalani aktifitas ke-zombie-annya. Ia hobi mengumpulkan barang-barang unik dan menaruhnya di tempat tinggalnya (macem Wall-E) di sebuah pesawat terbang yang sudah terbengkalai. Ia pun juga sering mendengar musik lewat piringan hitam. How hipster. Dalam suatu rutinitas mencari mangsa, ia bertemu dengan Julie (Teresa Palmer), salah seorang rombongan manusia yang diutus untuk mencari obat-obatan. Julie tinggal bersama sang ayah, Colonel Grigio (John Malkovich), pemimpin komunitas manusia yang tersisa. Dan seperti yang bisa ditebak, R merasa ada sebuah 'hubungan' yang ia rasakan ketika ia melihat Julie.

Sebagai sebuah ide cerita, mungkin Warm Bodies akan terdengar agak absurd. I mean, zombie? Really? Selama yang saya tahu, belum pernah ada karakter zombie yang digambarkan memiliki akal untuk berfikir dan bertindak kecuali untuk mengejar dan memangsa manusia hidup. Warm Bodies sendiri adalah sebuah adaptasi dari novel berjudul sama karya Isaac Marion. Ceritanya sebenarnya memang loosely based on Romeo and Juliet. Romeo and Juliet, R and J, R and Julie? Film ini memang lebih memfokuskan ceritanya pada karakter R dan J, dengan tema 'zombie' hanya sebagai sebuah pendukung saja. Jonathan Levine, selaku penulis screenplay dan sutradara, sebenarnya telah memberikan sebuah warmth touch dalam penyutradaraannya, sama seperti yang saya rasakan dengan filmnya 50/50 di tahun 2011 lalu. Yang disayangkan adalah film ini tidak begitu memberikan landasan cerita yang baik. Ada banyak kontradiksi yang saya lihat pada karakter R dan hidupnya sebagai zombie. Ya, dia memang berbeda dengan zombie-zombie lainnya, tetapi kurang ada penjelasan yang clear mengapa ia berbeda. Dan dengan mindset gambaran zombie yang sudah melekat di kepala penonton, R ini kelihatannya hanya sebagai seorang zombie jadi-jadian (I can't even explain that).

Di paruh awal filmnya, walaupun tidak benar-benar jelek, tetapi saya rasa masih kurang maksimal penggarapannya. Ada beberapa humor canggung dan kurang begitu greget. Untungnya, masih ada beberapa gags yang lumayan memorable dan memancing tawa. Film ini harusnya belajar dari Shaun of the Dead (2004) atau mungkin Zombieland (2009) yang mampu memberikan twist komedi dengan baik pada genre zombie. Tetapi paruh awal saya maklum lah karena memang ingin menceritakan perkembangan chemistry antara dua tokoh utama. Untungnya lagi, seiring berjalannya film, Warm Bodies ternyata sedikit demi sedikit menaikkan tensi dan kualitasnya. Di paruh kedua, film ini menjadi lebih lucu dan seru. Saya suka bagaimana film ini ingin mengangkat tema tentang hubungan manusia sebagai sebuah 'penyembuh' dalam wabah zombie ini. Warm Bodies juga sebenarnya cukup pintar menyelipkan beberapa referensi pop culture ke dalam filmnya. Tetapi bagi saya kekuatan terbesar film ini adalah dengan pemilihan dan penempatan lagu yang sangat pas dan lintas generasi. Dan Warm Bodies memanfaatkannya dengan baik, bahkan dapat membuat sebuah lelucon dari hal tersebut. Dan ada satu hal lagi yang menurut saya menjadi nilai plus buat film ini, tetapi mungkin agak sulit dijelaskan; bagaimana editing film ini tidak begitu cepat meloncat ke sebuah adegan yang berpotensi sebagai jump-scare moments. Tuh kan susah jelasinnya, tonton aja deh, siapa tau ngerti maksud saya :p

Sebagai sebuah film zombie, Warm Bodies tidak begitu menunjukkan kesadisan dengan muncratan darah dimana-mana. Adegan pertempuran antara manusia versus zombies (dalam film ini, disebut corpse) atau pun corpse versus 'boneys' (corpse yang telah menjelma tinggal tulang saja karena tidak tahan dengan kelaparan) juga tidak terlihat sangar. Mungkin memang karena sasaran film ini lebih kepada young adult ya. Ngomong-ngomong tentang corpse, sebenarnya agak susah juga sih menilai penampilan Nicholas Hoult sebagai R, karena yang saya lihat hanya dirinya berakting dozey dan meraung-raung saja. Tidak buruk, tetapi juga tidak spesial. Kudos for losing his British accent, though. Peran pendukung seperti Teresa Palmer sebagai Julie cukup baik membawa film ini bersama Hoult. Sedangkan sang ayah yang tipikal pemimpin close-minded yang diperankan John Malkovich, Rob Corddry sebagai M, sahabat zombie R, serta Analeigh Tipton sebagai Nora, sahabat Julie, agak tidak begitu dimaksimalkan dengan baik. Padahal karakter tersebut bisa berpotensi untuk mencuri adegan jika karakternya lebih dikembangkan lagi. And don't get me started with Dave Franco, yang memerankan pacar Julie sebelumnya, Perry. Your acting is worse than your brother's when he hosted the Oscar.

Overview: Sebuah komedi romantis dengan twist zombie di dalamnya. Ceritanya ringan dan tipikal kisah cinta ala Romeo dan Juliet yang sudah berkali-kali didaur-ulang. Masih ada beberapa dry humor dan hal yang kurang greget dalam eksekusinya, tetapi dasar cerita tentang hubungan antar manusia masih dapat dibawakan dengan baik. Film ini juga berhasil memberikan tontonan yang lebih seru seiring menit berjalan. Warm Bodies, dengan beberapa kelemahannya, masih saya anggap sebagai sebuah tontonan fresh, menghibur dan sangat layak untuk dinikmati. 

Warm Bodies (2013) | United States | 97 minutes | Comedy, Horror, Romance | Rated PG-13 for zombie violence and some language | Cast: Nicholas Hoult, Teresa Palmer, Rob Corddry, Dave Franco, Analeigh Tipton, Cory Hardrict, John Malkovich, Patrick Sabongui, Tod Fennell | Written by: Jonathan Levine, based on 'Warm Bodies' by Isaac Marion | Directed by: Jonathan Levine

6 comments:

  1. yahh, gw pikir keren banget. worth it nonton di bioskop atau straight to dvd?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut saya sih filmnya lumayan bagus jadi boleh lah ditonton di bioskop, jadi hiburan aja :)

      Delete
  2. Memang absurd dan landasannya gak terjelaskan begitu clear, tapi cukup moving dan menghibur :) dan ost nya oke juga.

    ReplyDelete
  3. not my cup of tea! untung ga jadi nntn. Waktu ini pertama kl muncul, sy lg pgn nntn tp ga da yg seru.....kliatannya ini seru tp... untung ragu2 n ga jd nntn.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woow I actually thought you like this kind of movie, Miss :o
      Haha walaupun bukan masterpiece, ini buat tontonan hiburan juga udah lumayan seru kok hehe

      Delete