Thursday, January 3, 2013

Review: Pieta (2012)

Plot: Seorang debt collector yang memiliki sifat tanpa ampun dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita tua yang mengaku sebagai ibu kandungnya yang dulu menelantarkannya.

Review: There will always be a first time for everything. Well, this is my first time seeing Kim Ki-Duk's film. Nama Ki-Duk sepertinya sudah lumayan beredar dalam festival film internasional. Sutradara asal Korea Selatan ini dikenal dengan film-filmnya yang seringkali memiliki tingkat kebrutalan atau seksualitas yang agak tinggi. Pieta, film teranyarnya yang kemarin baru saja memenangkan Golden Lion, penghargaan tertinggi pada Venice Film Festival 2012 lalu adalah untuk yang pertama kalinya saya mencicipi karyanya. Teman movie blogger saya, Movfreak sempat menulis review dari film-film Ki-Duk, bagi yang berminat silahkan mampir kesana. Pieta bercerita tentang Kang-Do (Lee Jung-jin) yang bekerja sebagai seorang debt collector kejam kepada seorang lintah darat yang selalu menaikkan bunga pinjaman setinggi langit. Modus operandi Kang-do kepada para peminjam adalah ia selalu melumpuhkan korban-korbannya, tidak membunuh mereka, dengan tujuan mengambil uang asuransi. Suatu letika, seorang wanita setengah baya Mi-Sun (Jo Min-Su), muncul di hadapannya, dan mulai mengaku sebagai ibunya yang dulu menelantarkan Kang-do. Rutinitas Kang-Do pun lambat laun berubah sejak saat itu.

Ugh. Saya sebenarnya sudah mengira film ini akan menjadi experience yang tidak mengenakan. But I was still very bewildered. Film ini sebenarnya tidak secara eksplisit mengumbar kesadisan, bahkan frekuensinya juga tidak sebanyak film-film sejenis yang saya tonton sebelumnya. Tetapi lewat atmosfir dan aktifitas-aktifitas 'janggal'-nya yang membuat saya ngilu. Saya sepertinya tidak perlu menjabarkan satu persatu hal-hal disturbing yang ada dalam film ini, biarlah menjadi kejutan buat anda yang memutuskan akan menonton. Tapi saya peringatkan, this is a tough one. Kalau yang sudah familiar dengan film-film Ki-Duk atau yang sejenis mungkin bisa sedikit 'maklum'. I cringed on some of the scenes. Especially: "Can I go back in?". Ooh that line bothered my for days. Banyak simbolisasi dan metafora yang Ki-Duk tuangkan disini (termasuk judulnya). The fact that some people said Pieta is one of Ki-Duk's most accessible is beyond me. Apa kabar film-filmnya yang lain? Yah namanya juga baru pertama sih, mungkin belum terbiasa juga. Well, setidaknya saya mau beri applause buat kedua aktor utama film ini, Lee Jung-jin dan Jo Min-su. Karena walaupun lewat hal-hal gila yang mereka lakukan dan mereka alami disini, anehnya di beberapa adegan saya sedikit bersimpati pada mereka, thanks to their good portrayals.

Bagi saya bagaimana film ini mengarah ke paruh akhir tidak begitu mengagetkan. Saya sudah sedikit bisa menerka kejutan yang ada di belakang, bahkan lewat adegan pembuka. After all, South Korean films are known for their revenge theme. Tetapi mungkin itu yang menjadi inti cerita film ini. Kang-do mampu menjadi seseorang berhati dingin seperti yang ia tunjukkan dari awal film mungkin karena anggapan bahwa he's got nothing to lose. Tak ada keluarga, pacar maupun teman. Kekayaan atau nafsu lainnya juga sepertinya bukan tujuan hidupnya. Tetapi setelah ada seseorang yang datang mengaku sebagai relasinya, dan secara pelan (dan begitu menyaktikan) tapi pasti, ia pun dapat menerima Mi-sun ke dalam hidupnya. Kang-do akhirnya memiliki seseorang yang peduli dengannya, yang secara naluri pula harus ia lindungi. Sifat Kang-do yang brutal pun lama-lama mulai pudar. Mungkin itu juga yang menjadi maksud Ki-Duk dalam film ini. Semonster-monsternya seorang manusia, pasti tetap ada soft side dalam dirinya. Walaupun sudah terkubur dalam, lewat cara 'penggalian' yang benar, pasti akan muncul juga. Film ini juga menunjukkan hal yang sebaliknya pula. Dan ketika kita kehilangan orang yang kita sayang, rasanya seperti end of the world bukan? Bahkan melakukan dan mengorbankan apa pun yang kita punya.

Overview: Actually there are a lot of much more disturbing films than this one, but Pieta still took me by surprise by its highly uncomfortable scenes. For first timers, this might shock you. Mungkin saya tidak suka style Ki-Duk, atau belum terbiasa. Suasana bleak dan depressing-nya agak kelewat kelam buat saya. At least, lewat gaya penyutradaraan yang 'sadis' lahir batin itu, Ki-Duk tidak hanya memasangnyanya untuk visual atau membuat kontroversi saja, tetapi sebagai pendukung cerita dan karakternya. Disturbing? Yes. Tapi untungnya, ada sebuah studi karakter di dalamnya.

Pieta (2012) | South Korea | Drama | Cast: Lee Jung-jin, Jo Min-su, Kang Eun-jin, Woo Gi-hong, Cho Jae-ryong | Screenplay and directed by: Kim Ki-duk

8 comments:

  1. ada seorang anak memandang api dan kemudian rasa penasaran timbul.." ini panas dan menyakitkan..itu kata semua orang.."..kemudian dia mencoba menyentuh si api dan kemudian meloncat kaget..walau sudah mengira si api akan panas..tetap aja ga nyangka sepanas ini..(kira-kira gitu kesan review nya ya :) )

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha kalau memang dianalogikan seperti itu, anak itu mencoba menyentuh api bukan karena panasnya, tapi, let's say, kata orang2 api itu bawa berkah, api itu ada khasiatnya blablabla haha jadi ngelantur gini... ya maksud saya saya nonton film itu bukan karena saya tau ada adegan2 seperti itu, tapi karena film ini menang golden lion, dapet rekomendasi bagus dari bbrp movie blogger dll. jadi yaa 'panas' itu bukan yang menggerakan si anak untuk memegang, tapi konsekuensi nya :p

      Delete
  2. Hehe akhirnya nonton Ki-duk. Tapi film-film dia belakangan jadi kehilangan greget setelah lebih banyak main dialog. Soalnya sutradara edan yang satu ini lebih keren pas film yang minim dialog macam The Isle, 3 Iron & Spring Summer Fall Winter and Spring

    ReplyDelete
    Replies
    1. penasaran sih sama film2nya yang lain, pengen nntn 3 iron.. tapi blm pernah mood aja hahaha

      Delete
  3. ohhh iya sorry..maksud saya emang begitu jg analoginya..cuma bingung nyampaikannya hihi..saya jg tertarik n pingin liat jg nieh film..juga "old boy" (trilogi vengeance").. mudah2an kagak ikut shocking jg haha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha gpp :) Oldboy udah nntn, dan mungkin karena saya udah tau spesifiknya gak begitu ngagetin kayak gini hehe

      Delete
  4. bleak and disturbing? this is why i love korean films (not the super cutie shits)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe but not all great Korean films are bleak and disturbing or super cutie shits, no? :)

      Delete